RENUNGAN HARIAN
Tgl 31 Agust 2020
Dalam 1 Kor 2: 1-5 Paulus
dg ketulusan dan kemantapan hatinya mengatakan: "Ketika datang kpdmu, aku
tidak dtg dg kata2 yg indah atau dg hikmah utk mewartakan Allah. Aku malah dtg
dg kelemahan, sangat takut dan gentar. Supaya imanmu jgn bergantung pd hikmat
manusia tetapi pada kekuatan Allah.
Luk 4: 16-30 mewartakan Yesus yg
sdg di Nazareth - di kampung halamanNya. Ia beribadah bsama dg Jemaat.
KpdNya diberikan kitab Nabi Yesaya, dan Dia mbaca: "Roh Tuhan ada padaKu, Aku
diutusNya utk menyampaikan kabar baik kpd org miskin, pbebasan para tawanan,
penglihatan kpd org2 buta, mrk yg tertindas, dan Tahun Rahmat Tuhan telah
datang". Mata semua org dlm
rumah ibadah itu tertuju kpdNya. Dia mengatakan: "Pada hari ini, genaplah
ayat2 KS itu ketika kamu mendengarnya".
Hikmah yg bisa kita petik:
1. Paulus berani bicara apa
adanya: bhw dia dtg bukan dg hikmah dan kekuatan pribadinya, keluarganya,
pendidikannya dll, meski dia keturunan org Yahudi yg tersohor. Gurunya (=Gamaliel)
adalah guru yg amat terkenal dan berkualitas. Dia tidak menyombongkan diri atas
semuanya itu, malah menganggapnya "sampah" (=tidak ada nilainya /
tidak berguna).
Bagi Kristus, utk menjadi
utusanNya yg penting pertama-tama bukan gelar akademiknya, bukan
kedudukan / pengaruh / derajat keluarganya, harta dan asetnya, tetapi HATI dan
PRIBADINYA, KESIAPSEDIAANNYA, KETULUSANNYA, PENGORBANANNYA, DAN
KERELAANNYA UTK DIUTUS KE MANA-MANA. Dg kata lain: org itu mau
"repot dan susah", mau "direpoti dan disusahi"
dan mau diutus Kristus kapan saja dan di mana demi kedamaian hidup sesama
manusia dg sukacita.
2. Dalam dunia yg makin maju ini
"gelar / kedudukan / pangkat", tingkat kesarjanaan, gengsi,
kemudahan, supermarket, medsos dll makin menarik dan dikejar. Siapa yg tidak
ingin hidup enak, terjamin, gaji besar, tinggal di kota, dilayani,
apalagi hartanya utk 5 smp 20 generasi amat aman ? Saya pun mau.
Di sisi lain, semua itu sering
makin menjadi penghalang bagi banyak org utk menjadi pewarta. Diminta utk ikut
koor, jadi lektor, atau kolektan saja susah...apalagi jadi anggota / ketua Dwn
Paroki, apalagi jadi romo / bruder atau suster. Jawaban yg amat mudah adalah
"tidak ada waktu" ... saya belum layak... namun bila ditilik lebih
jauh alasannya adalah "gak mau repot, gak mau tersinggung, gak bisa kerja
sama, gak mau mdengarkan, dll.... dan mungkin juga maunya
"dilayani". Ada yg bpendapat yg penting udh mberi derma /
sumbangan yg besar.
Akhir2 ini banyak romo, bruder,
suster yg meninggal. Banyak sekali umat yang sedih dan simpati kepada mereka.
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Siapa yg akan mengganti mereka ?
3. Paulus dtg dg takut dan
gentar spy umatnya hidup dan berkembang karena mdpt sumber dan kekuatannya dari
Allah, bukan karena Dia. Maka, hendaknya para pewarta dan semua saja sadar dan
menghidupi bhw klo bukan karena Kristus (= dlm kesatuan dg Kristus, Gereja,
Keuskupan, Tarekat, Lembaga, Peguyuban, juga dg Lembaga Kemasyarakatan,
Pemerintah) dia / mrk itu tidak punya arti (= tidak bisa berperan) secara
maksimal. Siapa yg tidak menghargai dan tidak menjadi bagian dari
Pemerintah dan suatu Lembaga, sbtulnya org itu "hidup dlm dunianya
sdiri". Dia lebih cocok tinggal di pulau yg kosong.
4. Sebagaimana Yesus lakukan,
kita pun diutus utk mewartakan dan menghadirkan bhw Tahun Rahmat Allah, sudah
datang. Caranya: doa pribadi, mbaca buku2 rohani, hidup, bekerja dan melayani
sesama dg bersemangat dan bersukacita serta siap mengampuni yg sumbernya kita
minta kpd Allah yg maharahim kpd kita. Amin. (Mgr Nico Adi MSC).
Komentar