KEMATANGAN JIWA

 RENUNGAN HARIAN 

Tgl 28 Juli 2020

 Yer 14:17-22 mengisahkan sang nabi betul2 sedih luar biasa. Bangsanya sungguh 2 mderita, kelaparan dan kemiskinan melanda mereka. Musuh2 dg sewenang-wenang mbunuh org2 tak berdosa.  Bahkan para imam tidak bisa berbuat banyak. Semua itu terjadi karena mrk meninggalkan Allah. Dlm situasi yg demikian itu, Yeremia memohon pengampunan. 

 Mat 13: 36-43 menceritakan para murid bertanya kpd Yesus ttg arti perumpaan lalang di ladang, dan Yesus mau menjawab dg mberikan keterangan yg jelas.

 Hikmah yg dpt kita petik: 

 1. Yeremia betul berbelarasa dg umat Allah yg sedang mderita. Dia turut berduka dan menyesalkan terjadinya malapetaka yg hebat itu. Atas nama mrk, dia memohonkan pengampunan.  Sang nabi memberikan teladan bhw "merasa bersalah, menyesal dan mohon ampun" adalah sikap dasar utk bertobat dan kembali ke jalan yg benar. 

 Manusia pd jaman moderen ini cenderung utk mbela diri, dg menutupi kesalahan atau menyangkal. Ketika terbukti bersalahpun, tetap mbusungkan dada, bersilat kata dan mcari dukungan dg cara2 yg tidak terpuji (menyuap, hoax, pakai kekerasan dll). Sikap2 spt itu menunjukkan bhw dia sdh mati rasa. 

 2.  Murid2 ketika sampai di rumah bertanya kpd Yesus ttg arti lalang di ladang.  Mrk tahu bhw di rumah ada suasana kekeluargaan, ada waktu lebih panjang dan rileks. 

 Bertanya ttg hal2 penting / tidak jelas, hendaknya di rumah. Jangan teriak2 di jalan, atau demo2 dan menyebarkan berita2 yg belum jelas maksudnya.  Para murid tahu sopan santun, menahan diri dan merenungkan lebih dulu apa yg hendak mrk sampaikan, serta menghargai gurunya. 

 Menahan diri, sabar dan bertanya dg sopan, pada saat yg tepat adalah tanda kedewasaan pribadi, kematangan jiwa dan kecerdasan intelektual. Kita butuh org2 yg berkualitas yg demikian itu, agar kerajaan Allah dpt makin membumi dg bantuan mereka. Amin. (Mgr Nico Adi MSC).

 

Komentar

Postingan Populer