RENUNGAN HARIAN
Tgl 5 Sept 2020
Paulus dlm 1Kor 4: 6b-15 mengingatkan para penganutnya:
"Jangan melampaui yg ada tertulis. Jangan ada yg menyombongkan diri".
Dia rela menjadi hina, kerja keras, dimaki-maki karena Kristus.
Org Farisi menegur murid2 Yesus yg memetik gandum pd hari sabat.
Hari Sabat adalah hari yg dikuduskan bagi Tuhan. Maka, umat tidak boleh
melakukan pekerjaan berat. Yesus mberikan pencerahan bhw dlm keadaan sakit,
lapar dan demi mempertahankan kehidupannya, hari sabat, puasa, dan aturan
hendaknya “mundur” (mengalah).
Hikmah yg dpt kita petik:
1. Hukum / adat yg tertulis, tentu berasal dari nenek moyang
mrk, dan telah dihidupi berpuluh-puluh tahun atau bahkan ratusan tahun. Maka,
kita tidak mudah utk menggantinya dg yg baru.
Di satu sisi, adat/ aturan / kebiasaan yg berlaku telah menolong
masyarakat utk hidup. Maka, jangan menganggap sepele dan tidak menghargai
warisan leluhur.
Di sisi lain, hukum kasih dan penjabarannya, perlu diberikan sbg
pedoman...agar kita tidak kehilangan arah. Belajar dari pengalaman masa lalu,
yang telah dihidupi sekian puluh tahun bahkan sekian generasi amat
bijaksana. Kita ada dan bisa seperti
sekarang ini, karena ada sejarah / peran generasi sebelumnya yang telah menanam
dan menumbuhkan benih / nilai yang baik. Patutlah kita berterima kasih kepada
mereka.
2. Paulus rela kehilangan / mengalami kerugian karena Kristus.
Baginya, Yesus adalah segala-galanya. Maka, dia siap bekerja apa saja dan
melayani siapa saja dg penuh kasih, karena dia telah dikasihi.
Org yg pernah mengalami dikasihi, akan lebih mudah peduli dan
rela mberikan apa yang ada padanya karena dorongan kasih. Marilah kita mohon rahmat kepedulian dan
ketulusan, agar dg lebih mudah mbantu org2 yg miskin dan terlantar.
3. Aturan, hari sabat, puasa dll adalah alat bantu yg diadakan
agar manusia dibantu / diarahkan shg dapat dengan lebih mudah untuk bertemu
Allah dan melayani sesama. Semua itu
bisa terlaksana, dalam keadaan normal, tidak ada halangan fisik dan psikis
untuk melakukannya. Bila ternyata orang
itu mengalami gangguan / mendapat halangan,
pribadi / orang itu harus lebih dulu diutamakan. Hukum, aturan dan
kebiasaan yang justru “dlm keadaan darurat” menghambat kelancaran pertolongan,
harus disingkirkan.
Nyawa manusia dan kehidupannya,
harus diutamakan, karena jauh lebih berharga daripada alat tertentu. Alat bisa
dibeli, tetapi nyawa manusia tidak bisa.
Semoga kita sehati-sejiwa dalam mewujudkan kasih kepada sesama, dan
menomorsatukan kehidupan daripada cek-cok / bertentangan tentang alat bantu. Amin
(Mgr Nico Adi MSC).
Komentar