PISANG REBUS

MENUNGGU ADALAH SITUASI YANG TIDAK MENGENAKKAN. Tidak mudah untuk menerima kenyataan untuk menunggu, terlebih menunggu tanpa suatu kepastian. Sering terjadi situasi yang tidak mengenakkan ini harus diterima. Mengomel, berbantah-bantah, marah kepada petugas adalah bentuk-bentuk reaksi atas kekecewaan yang dialami. Ternyata tidak semua reaksi itu membuahkan hasil yang menguntungkan bagi semua pihak.

Yang jelas, ketika menunggu, rasa lapar dan haus pun tidak bisa dihindarkan. Tuntutan alamiah ini bila memang sudah saatnya, meminta untuk dipenuhi. Begitu pula malam itu, 15 Oktober 2011 jam 03.00 di Bandara Hasanudin Makasar. Sambil menunggu datangnya kepastian keberangkatan, kami menikmati pisang rebus yang kami pesan dri Toraja Food Mall. Sebelum dinikmati, pisang rebus itu dipanaskan lebih dulu. Kami pesan 1 piring yang isinya 6 biji.

Pelan tetapi pasti, sambil menulis email atau naskah untuk blog, pisang rebus itu satu persatu dinikmati. Lumayan, selain memang enak rasanya, rasa lapar yang mulai mengganggu telah dipenuhi. Perut sudah aman dan pekerjaan untuk menulis bisa diteruskan.

Pisang rebus itu, berasal dari daerah mana, ditanam oleh siapa, dan direbus oleh siapa, saya tidak tahu. Pisang itu pun tidak pernah berpikir bahwa "dirinya akan dinikmati oleh orang Merauke, atau orang Jakarta, atau orang Makasar. Dia siap sedia dinikmati oleh siapa saja. Tanaman pisang secara alamiah menghasilkan buah pisang, dan siapa yang akan menikmati bukanlah urusannya. Mereka tidak pernah berpikir besar-besar. Bagi dia yang penting adalah menghasilkan buah yang baik.

Kalau manusia berpikir sederhana sebagaimana pisang itu: menghasilkan buah yang baik, di satu pihak, dan juga berpikir besar tentang "nilai kehidupan yang diberikan dirinya" di lain pihak, betapa bahagianya kehidupan dunia ini. Angerah hati nurani dan suara hati yang diberikan kepada manusia, sebenarnya merupakan modal besar untuk mewujudkan semuanya itu.

3 biji pisang rebus, telah hilang wujudnya dan masuk ke perut orang yang menikmatinya. Wujudnya telah hilang dari permukaan dunia ini, namun energi dan khasiat yang diberikannya tidak menghilang. Sebaliknya, energi dan khasiat yang diberikannya telah "menyatu dengan jasmani orang itu" dan berguna untuk menghidupkan makhluk-makhluk lain yang bertemu, bertutur sapa serta bekerja sama dengannya.

Komentar

Postingan Populer