BASILIKA SANTO PAULUS DAN BEKAS PENJARA BELIAU
HARI LIBUR UMUM itu saya isi dengan mengadakan ziarah ke basilika St. Paulus dan ke penjara beliau. Letaknya tidak terlalu jauh dari Vatican, dan bisa ditempuh dengan kendaraan bis, atau taxi atau kereta. Lama perjalanan kira-kira 30 menit. Dengan menumpang kendaraan umum (bis atau kereta, atau naik keduanya) para penumpang hanya membayar 1 euro.
Sekitar jam 10 pagi kami tiba di Basilika St. Paulus. Gereja besar itu nampak megah, gagah dan mengagumkan. Halamannya luas dan dikelilingi pohon-pohon sejenis pohon pinus. Gereja itu mampu menampung 5000 orang. Meski jumlah orang yang masuk ke gereja itu besar sekali jumlahnya, tidak panas. Dinding yang tebal membuat sejuknya hawa di dalam ruangan tetap stabil dan tidak gampang dihalau oleh panasnya matahari, dan atap yang tinggi memungkinkan sirkulasi udara yang bagus. Ternyata para ahli bangunan sekian ratus tahun yang silam sudah paham akan hal-hal itu.
Di mana-mana di sekitar gereja, kita dapatkan patung-patung orang kudus, yang betul-betul besar, ukuran raksasa. Kalau anda berfoto di dekat patung itu, anda akan kelihatan kecil, begitu pula saya. Bangunan kuno yang membanggakan itu menjadi salah satu tujuan peziarahan saya. Mengapa ? Paulus adalah rasul yang telah membawa orang-orang bukan Yahudi kepada Kristus. Karena jasa Paulus, orang-orang bukan Yahudi dapat mengikuti Kristus tanpa harus disunat dan mengikuti adat istiadat mereka. Yang paling utama adalah bertobat, dan hidup baru sesuai dengan yang diajarkan dan dilakukan Jesus agar kita selamat dan memperoleh hidup abadi bersama sesama kita. Keselamatan itu, harus disebarluaskan kepada segala mahkluk agar mereka pun diselamatkan. Beliau diberi gelar Rasul bagi bangsa-bangsa kafir.
Di gereja itu, ada makam beliau. Makam itu letaknya di tengah-tengah, di lantai bawah. Para peziarah yang hendak mengunjungi makam beliau, harus turun melalui tangga-tangga yang cukup lebar dan aman. Ada pegangan di kiri / di kanan dinding sehingga memudahkan kaum lansia untuk menuruni atau menaiki anak tangga. Makam itu biasa-biasa saja. Di atas makam itu juga ada rantai, yang dulu dipakai untuk mengikat beliau ketika dipenjara.
Di lantai atas, tepat di atas makam itu, dibangun sebuah altar. Pada hari-hari tertentu dirayakan ekaristi di altar itu. Altar itu sederhana namun indah. Tidak ada banyak hiasan, namun tetap menarik dan bernilai. Mengapa demikian ? Karena di tempat itu dirayakan keselamatan Tuhan.
Kemudian kami berziarah ke penjara Paulus. Letaknya tidak jauh dari basilika. Kami naik bis ke sana dengan lama perjalanan kira-kira 6 menit. Penjara itu letaknya di bukit, dan ada sekitar 40 anak tangga untuk mencapai tempat itu. Penjara itu bagaikan sebuah gua, lantainya ubin biasa, sudah penuh dengan tanah dan hanya ada 2 lobang. Lobang yang satu ini ditutup dengan terali besi untuk berkomunikasi dengan petugas penjara, sedangkan lobang yang lain adalah untuk mendapatkan pelayanan rohani. Di sebelah ruang penjara beliau, ada ruang untuk berdoa. Di ruang itu ada sebuah altar kecil.
Kalau penjara itu diamati, lobang yang ditutup dengan pintu / terali besi adalah pintu untuk masuk dan pintu keluar. Padahal besarnya hanya pas seukuran tubuh manusia. Itu artinya, ketika beliau mau masuk, badannya harus bungkuk dan merayap / sedikit memanjat tembok. Mungkin pada waktu itu, Paulus belum dikenal oleh Penguasa Roma dan dianggap sebagai tahanan politik. Mereka takut kalau-kalau dia melarikan diri.
Yang jelas di penjara itu tidak ada kamar kecil. Mungkin juga pada waktu itu tidak ada tempat tidur atau pun perabot lainnya. Beliau duduk di lantai beralaskan tikar atau alas tidur lainnya. Dan setiap kali perlu ke kamar kecil, beliau harus lewat lubang itu, dan merayap. Memang di dalam ruangan itu terasa sejuk, tetapi juga pengap, kurang ventilasi. Hidup di dalam penjara yang begini pada waktu itu tentu sungguh tidak nyaman, apalagi pada jaman sekarang di negara-negara yang berhawa panas.
Paulus bertahan dalam kesulitan karena percaya kepada Kritus. Sekali ikut Dia, selamanya ikut Dia yang telah mencintai dan membebaskan dia dari dosa. Paulus seutuhnya menyerahkan diri kepada Kristus dan telah bertekad bulat mau menjadi alat-Nya. Terima kasih st. Paulus atas pengorbanan anda yang begitu besar bagi kamni, bangsa-bangsa non Yahudi. Karena engkaulah, kami mendapat bagian pula dalam keselamatan yang dianugerahkan Allah melalui Jesus.
Komentar