DI BANDARA HASANUDIN - MAKASAR

JAM 01.30 PESAWAT MERPATI YANG KAMI TUMPANGI DARI JAKARTA MENDARAT DENGAN MULUS DI MAKASAR. Seperti biasa, para penumpang dipersilakan turun dan menunggu di ruang tunggu selama 30 menit. Dari pada sendirian, saya mengajak pak Roy (nara sumber pada muspas 2010) untuk turun, dan minum kopi. Sementara kami minum kopi, ada pengumuman bahwa keberangkatan Merpati ke Biak, Jayapura dan Merauke, mengalami penundaan selama 30 menit. Dan 20 menit kemudian, ada informasi baru bahwa Merpati akan diberangkatkan jam 06.00 wita.

Kami mendatangi petugas Merpati di Bandara Hasanudin, untuk memperoleh informasi apakah ada hotel yang dekat, dan kami bisa istirahat di sana. Ternyata hotel yang terdekat pun sudah penuh. Penumpang-penumpang Merpati pada hari sebelumnya pun ada yang belum terbang. Kami bertanya kepada petugas itu, apakah alasan penundaan ini ? Jawaban yang kami peroleh adalah "BBM tidak ada". Merpati tidak boleh utang BBM di Makasar karena utang sebelumnya belum dibayar. Pak Roy, rekan seperjalanan saya mengatakan bahwa utang Merpati kepada yang belum dibayar Rp 270 milyar. Berita tentang utang Merpati sebesar itu, disiarkan oleh Metro TV beberapa hari yang lalu.

Marah kepada petugas bandara, tidak ada gunanya. Mengeluh pun tidak menyelesaikan masalah. Maka, yang terbaik adalah menulis tentang realitas ini sebagai "bagian hidup" dan memaknainya secara lebih positif, agar energi yang masih ada tetap berguna untuk diri sendiri dan orang lain.

Laptop yang ada di kabin pesawat, saya ambil. Sambil duduk di ruang ber-AC di Toraja Food Mall dan menikmati pisang rebus, saya menuliskan pengalaman ini. 3 jam menunggu bukanlah waktu yang pendek. Untuk tidurpun tidak ada tempat yang memadai. Maka, lebih baik, mengisi waktu dengan menuliskan apa yang muncul di pikiran dan perasaan saat ini.

Hal pertama: Bandara Hasanudin tidak pernah sepi. Selalu saja ada penumpang yang naik dan turun dari pesawat. Sejak saya turun dari pesawat sampai jam ini, di ruang tunggu ada banyak penumpang, baik penumpang yang hanya transit sebentar, maupun penumpang yang transit lebih dari 24 jam.

Hal kedua: masih ada beberapa kios / toko yang buka. Itu berarti (mungkin sekali) mereka buka 24 Jam. Siang dan malam, usaha untuk mencari nafkah, dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mencari nafkah berlangsung 24 jam juga.

Hal ketiga: banyak kaum perempuan yang bekerja sampai larut malam, bahkan sampai dini hari. Mereka bukan hanya pramugari, tetapi juga pelayan kios, atau petugas transit. Pada masyarakat yang makin "moderen dan maju", pekerjaan /pelayanan yang dilakukan oleh pria maupun wanita, tuntutannya bisa dikatakan sama.

Hal keempat: mengisi waktu secara kreatif. Di tengah perjalanan yang sebenarnya dan seharusnya lancar, kadang terjadi pula keterlambatan selama beberapa jam. Mengisi waktu dengan makan dan minum, adalah hal yang normal. Namun ada cara lain yang juga tidak kalah maknanya, adalah menulis. Mereka yagn membawa alat tulis: buku dan pena, sebenarnya juga bisa menuliskan pengalaman hari itu. Bisa juga bercerita tentang kegiatan yang akan dilaksanakan secara tertulis. Namun, bagi mereka yang membawa laptop atau alat elektronik lainnya, mereka juga dapat menulis dengan lebih lancar dan mengirimkannya kepada rekan-rekan di tempat yang jauh.

Hal kelima: di Bandara Hasanudin, ada sambungan internet: wireless / hotspot. Saya pergunakan kemungkinan yang terakhir ini untuk "menjumpai anda". Moga-moga anda tidak bosan membaca tulisan ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah memungkinkan saya mempergunakan hotspot di Bandara ini.

Hal keenam: masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang rela memaafkan dan cinta damai. Meski terlambat sekian jam dan tidak mendapatkan "santunan / ganti rugi" yang memadai, semuanya tetap tenang. Damai dan memaafkan memang mahal, namun tidak perlu dibeli di toko. Syukurlah bahwa kekuatan dahsyat ini ditanamkan Tuhan di dalam diri manusia. Maka,di mana ada damai, sebenarnya Tuhan dihadirkan.

Komentar

Postingan Populer