BERTEMU PAUS BENEDIKTUS XVI
Hari Sabtu, tanggal 1 Oktober 2011, 10 Uskup mendapatkan giliran untuk bertemu dengan Paus Benediktus XVI. Kami berangkat dari Domus Santa Marta (Roma ) jam 09.00 menuju ke Castel Gandolfo (Istana Musim Panas Paus) yang jaraknya cukup jauh dari Roma. Dengan 2 kendaraan kami menuju ke sana. Perjalanan memerlukan waktu kira-kira 1 jam.
Perjalanan yang menyenangkan. Sopir kami adalah para romo yang ditugaskan untuk mengantar para uskup menuju ke Castel Gondolfo. Semua sudah diatur dan dipersiapkan dengan baik. Kami melewati katakombe (tempat persembunyian dan kuburan orang katolik pada abad-abad pertama kekristenan) St. Calixtus. Di tempat itu, ada banyak orang katolik di kuburkan, dan sering menjadi tempat ziarah. Sebab ada dari antara mereka yang telah digelari orang kudus.
Ketika kami tiba di Istana, kami masih harus menunggu beberapa menit, sebelum diperkenankan bertemu dengan Paus. Di ruang tunggu, kami diberi pengarahan oleh seorang Monsigneur tentang apa yang harus kami lakukan. Kami boleh membawa sovenir untuk Paus, dan boleh juga membawa rosario dan benda-benda rohani untuk diberkati beliau.
Tibalah kami bertemu dengan Paus. Uskup Agung Makasar dipersilakan masuk lebih dulu, kemudian uskup Manado, uskup Amboina, Uskup Agung Medan, uskup Sibolga, uskup Agung Merauke uskup Agats, uskup Timika, uskup Jayapura dan uskup Manokwari-Sorong. Satu per satu masuk ke ruang utama, dan ada 3 orang imam yang diperkenankan ikut serta juga untuk bersalaman dengan Paus. Setelah bersalaman, ketiga imam itu mendapatkan 1 buah rosario dan dipersilakan meninggalkan ruangan itu. Kami para uskup diperkenankan berbincang-bincang dengan beliau selama 90 menit.
Dengan penuh keramahan paus menyambut kami semua. Kami saling menyapa dan kemudian para uskup, satu demi satu berfoto dengan beliau. Dengan penuh perhatian beliau menatap satu persatu, kemudian mempersilakan masing-masing uskup bersharing tentang keadaan keuskupan dan tantangan-tantangan yang kami hadapi. Sekitar 85 menit beliau mendengarkan, sambil satu-dua kali menanggapi dan meminta keterangan lebih lanjut kepada uskup yang sedang bersharing. Luar biasa kesabaran dan perhatian beliau pada sharing kami. Beliau tidak mengantuk dan penuh konsentrasi..... Beliau berterima kasih atas pelayanan, kerja keras dan kesatuan para uskup dengan Gereja Roma.
Beliau menyampaikan salam dan berkat kepada umat keuskupan masing-masing yang telah menyapa dan menyampaikan salam kepada beliau. Pertemua itu diakhiri dengan doa singkat dan berkat bagi para uskup. Setelah itu, beliau memberkati rosario dan benda-benda suci yang dibawa oleh para uskup. Uskup Merauke menyerahkan foto Gereja Katedral Merauke, sebagai cinderamata kepada beliau. Sri Paus mengatakan terima kasih, dan mengomentari bahwa Gereja Katedral Merauke sungguh bagus. Pada akhir pertemuan itu, para uskup mendapatkan sebuah amplop yang berisi foto beliau, dan 10 buah rosario.
Pertemuan itu sungguh singkat rasanya, namun amat membahagiakan. Beliau yang sudah lanjut usia tetap mau memberikan waktu dan perhatian kepada kami semua yang datang dari jauh. Dengan penuh kerelaan berjabat tangan, menyapa dan bertanya tentang situasi di masing-masing keuskupan.
Raganya memang sudah tua, tetapi semangat dan perhatiannya sungguh terasa. Itulah sebabnya beliau disebut Bapa Suci. Di dalam kerapuhan,keterbatasan dan kedosaan manusiawi, Yang Ilahi (Yang mahakudus) bekerja di dalam diri beliau, sehingga sebutan Bapa Suci itu terjadi bukan karena beliau tidak punya dosa, tetapi umat katolik mengimani bahwa kepenuhan kekudusan Tuhan diberikan kepada beliau. Melalui beliau Allah yang mahakudus menyapa dan memberkati umat-Nya.
Terima kasih Bapa Suci atas pertemuan dan berkat yang diberikan kepada kami, dan akan kami teruskan kepada umat di keuskupan kami dan mereka yang kami jumpai.
Perjalanan yang menyenangkan. Sopir kami adalah para romo yang ditugaskan untuk mengantar para uskup menuju ke Castel Gondolfo. Semua sudah diatur dan dipersiapkan dengan baik. Kami melewati katakombe (tempat persembunyian dan kuburan orang katolik pada abad-abad pertama kekristenan) St. Calixtus. Di tempat itu, ada banyak orang katolik di kuburkan, dan sering menjadi tempat ziarah. Sebab ada dari antara mereka yang telah digelari orang kudus.
Ketika kami tiba di Istana, kami masih harus menunggu beberapa menit, sebelum diperkenankan bertemu dengan Paus. Di ruang tunggu, kami diberi pengarahan oleh seorang Monsigneur tentang apa yang harus kami lakukan. Kami boleh membawa sovenir untuk Paus, dan boleh juga membawa rosario dan benda-benda rohani untuk diberkati beliau.
Tibalah kami bertemu dengan Paus. Uskup Agung Makasar dipersilakan masuk lebih dulu, kemudian uskup Manado, uskup Amboina, Uskup Agung Medan, uskup Sibolga, uskup Agung Merauke uskup Agats, uskup Timika, uskup Jayapura dan uskup Manokwari-Sorong. Satu per satu masuk ke ruang utama, dan ada 3 orang imam yang diperkenankan ikut serta juga untuk bersalaman dengan Paus. Setelah bersalaman, ketiga imam itu mendapatkan 1 buah rosario dan dipersilakan meninggalkan ruangan itu. Kami para uskup diperkenankan berbincang-bincang dengan beliau selama 90 menit.
Dengan penuh keramahan paus menyambut kami semua. Kami saling menyapa dan kemudian para uskup, satu demi satu berfoto dengan beliau. Dengan penuh perhatian beliau menatap satu persatu, kemudian mempersilakan masing-masing uskup bersharing tentang keadaan keuskupan dan tantangan-tantangan yang kami hadapi. Sekitar 85 menit beliau mendengarkan, sambil satu-dua kali menanggapi dan meminta keterangan lebih lanjut kepada uskup yang sedang bersharing. Luar biasa kesabaran dan perhatian beliau pada sharing kami. Beliau tidak mengantuk dan penuh konsentrasi..... Beliau berterima kasih atas pelayanan, kerja keras dan kesatuan para uskup dengan Gereja Roma.
Beliau menyampaikan salam dan berkat kepada umat keuskupan masing-masing yang telah menyapa dan menyampaikan salam kepada beliau. Pertemua itu diakhiri dengan doa singkat dan berkat bagi para uskup. Setelah itu, beliau memberkati rosario dan benda-benda suci yang dibawa oleh para uskup. Uskup Merauke menyerahkan foto Gereja Katedral Merauke, sebagai cinderamata kepada beliau. Sri Paus mengatakan terima kasih, dan mengomentari bahwa Gereja Katedral Merauke sungguh bagus. Pada akhir pertemuan itu, para uskup mendapatkan sebuah amplop yang berisi foto beliau, dan 10 buah rosario.
Pertemuan itu sungguh singkat rasanya, namun amat membahagiakan. Beliau yang sudah lanjut usia tetap mau memberikan waktu dan perhatian kepada kami semua yang datang dari jauh. Dengan penuh kerelaan berjabat tangan, menyapa dan bertanya tentang situasi di masing-masing keuskupan.
Raganya memang sudah tua, tetapi semangat dan perhatiannya sungguh terasa. Itulah sebabnya beliau disebut Bapa Suci. Di dalam kerapuhan,keterbatasan dan kedosaan manusiawi, Yang Ilahi (Yang mahakudus) bekerja di dalam diri beliau, sehingga sebutan Bapa Suci itu terjadi bukan karena beliau tidak punya dosa, tetapi umat katolik mengimani bahwa kepenuhan kekudusan Tuhan diberikan kepada beliau. Melalui beliau Allah yang mahakudus menyapa dan memberkati umat-Nya.
Terima kasih Bapa Suci atas pertemuan dan berkat yang diberikan kepada kami, dan akan kami teruskan kepada umat di keuskupan kami dan mereka yang kami jumpai.
Komentar