CEK IN SWALAYAN ....... DI AMSTERDAM
Para Pembaca.......
Syaloom......
Perkembangan teknologi, makin luar biasa dan dapat kita jumpai di mana-mana. Di Bandara-bandara internasional di luar negeri, cek in sekarang ini tidak perlu harus repot terlalu banyak. Ada alat cek in masa kini yang sudah dipasang di ruang itu. Inilah cerita tentang bagaimana menggunakan alat itu......
Juni 2011 yang lalu, di Bandara Schiphol, ketika mau pulang ke tanah air, saya berhadapan dengan mesin cek in. Saya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Daripada keliru dan perlu waktu yang lama, saya memberanikan diri untuk minta pertolongan kepada petugas yang berdiri dekat mesin cek in itu. Dia membantu saya dengan senang hati. Paspor saya diminta dan di-scan di mesin itu, dan kemudian nama dan tujuan dimasukkan beberapa detik kemudian, boarding pas saya keluar. Saya mengucapkan terima kasih kepadanya, dan saya pergi ketempat penimbangan bagasi.
Tanggal 26 Sept 2011 di Bandara Schiphol – Amsterdam, saya menghadapi situasi yang sama. Semua penumpang cek in dengan bantuan mesin. Ada banyak mesin yang tersedia, sehingga memang antrian meskipun panjang tetapi lebih cepat dan lancar. Sebelum giliran saya tiba, saya mengamati cara-cara cek in. Saya yakin bahwa saya bisa melakukannya sendiri. Kini giliran saya tiba, saya ikuti petunjuk yang muncul di layar monitor. Paspor saya masukkan untuk di-scan, ternyata tidak mau masuk. Mengapa begitu ?? Saya amati sebentar, dan saya menemukan bahwa lobang scan, lebih pendek dari pada paspor saya. Maka, sampul paspor saya buka, dan lancarlah proses selanjutnya. Tujuan penerbangan muncul, saya tekan tombol OK. Nomor tempat duduk saya muncul di layar, kemudian saya tekan tombol OK, lalu keluarlah boarding pas yang saya perlukan.
TIMBANG BAGASI SENDIRI
Tahap berikutnya yang harus dilalui adalah penimbangan bagasi. Penimbangan ini dikerjakan sendiri dengan menggunakan mesin. Ketika memperhatikan para penumpang lain menimbang bagasi mereka, saya mendapat kesan caranya amat mudah, dan tidak berbelit-belit. Boarding pas di-scan di mesin, lalu memasukkan data yang diminta, dan proses selanjutnya nampaknya lancar. Dengan bekal pengamatan itu, saya jadi percaya diri bahwa saya pun pasti bisa mengerjakan urusan bagasi dengan sempurna.
Giliran menimbang bagasi pun tiba. Bagasi saya masukkan di mesin timbang, boarding pas di scan, muncullah di layar tujuan penerbangan ke Roma. Saya tekan tombol ok, lalu muncullah slip yang akan dipasang di koper. Saya ambil slip itu, kemudian saya pasang di koper. Pintu mesin kemudian ditutup, di layar monitor muncul pertanyaan:”Apakah barang itu milik anda”. Saya jawab : “Yes”. Dan keluarlah slip kecil untuk mengambil bagasi di Roma. Semua urusan selesai. Saya bisa berjalan santai menuju pintu ruang tunggu.
Wowwwww ……sebelum saya sampai ke ruang tunggu, di pintu skrining sudah antre banyak sekali orang. Saking banyaknya orang, antrean itu diatur melingkar-lingkar seperti ular. Semuanya tertib dan teratur. Semua ikut aturan dan tidak berdesak-desakan. Meski antreannya panjang, tokh tetap lancar. Di dalam sana, ada banyak mesin X-ray yang melayani para penumpang. Di ruangan itu, jaket, ikat pinggang, dan segala sesuatu yang dibawa harus di x-ray. Komputer harus dikeluarkan dari tas dan di x-ray secara terpisah. Syukur semuanya lancar dan saya bisa melangkah santai menuju ke ruang tunggu.
Mesin-mesin itu telah memungkinkan para penumpang tidak perlu menunggu dan antre terlalu lama. Bagi yang belum terbiasa menggunakan mesin itu, selalu ada saja orang / petugas yang siap membantu. Urusan menjadi lebih sederhana dan lebih cepat. Dan mereka yang membawa bagasi banyak, tetap akan dilayani di loket-loket umum seperti biasanya. Luar biasa perkembangan teknologi di bandara besar itu.
Mesin otomatis itu, telah meringankan tugas manusia agar lebih lancar dan efisien. Saya masih punya waktu untuk membaca buku, melihat perkembangan teknologi, menikmati kemudahan dan merenungkan makna semua kemajuan itu. Terima kasih kepada para penemu teknologi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan perkembangan itu dinikmati banyak orang. Terima kasih pula kepada Tuhan yang tetap menanamkan “keluhuran, kebaikan, dan ketulusan” di dalam hati manusia. Meski mereka tidak pernah menyebut Tuhan sebagai sumber kehidupan, tetapi mereka telah mewujudkannya bagi sesama yang membutuhkan bantuan mereka.
Syaloom......
Perkembangan teknologi, makin luar biasa dan dapat kita jumpai di mana-mana. Di Bandara-bandara internasional di luar negeri, cek in sekarang ini tidak perlu harus repot terlalu banyak. Ada alat cek in masa kini yang sudah dipasang di ruang itu. Inilah cerita tentang bagaimana menggunakan alat itu......
Juni 2011 yang lalu, di Bandara Schiphol, ketika mau pulang ke tanah air, saya berhadapan dengan mesin cek in. Saya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Daripada keliru dan perlu waktu yang lama, saya memberanikan diri untuk minta pertolongan kepada petugas yang berdiri dekat mesin cek in itu. Dia membantu saya dengan senang hati. Paspor saya diminta dan di-scan di mesin itu, dan kemudian nama dan tujuan dimasukkan beberapa detik kemudian, boarding pas saya keluar. Saya mengucapkan terima kasih kepadanya, dan saya pergi ketempat penimbangan bagasi.
Tanggal 26 Sept 2011 di Bandara Schiphol – Amsterdam, saya menghadapi situasi yang sama. Semua penumpang cek in dengan bantuan mesin. Ada banyak mesin yang tersedia, sehingga memang antrian meskipun panjang tetapi lebih cepat dan lancar. Sebelum giliran saya tiba, saya mengamati cara-cara cek in. Saya yakin bahwa saya bisa melakukannya sendiri. Kini giliran saya tiba, saya ikuti petunjuk yang muncul di layar monitor. Paspor saya masukkan untuk di-scan, ternyata tidak mau masuk. Mengapa begitu ?? Saya amati sebentar, dan saya menemukan bahwa lobang scan, lebih pendek dari pada paspor saya. Maka, sampul paspor saya buka, dan lancarlah proses selanjutnya. Tujuan penerbangan muncul, saya tekan tombol OK. Nomor tempat duduk saya muncul di layar, kemudian saya tekan tombol OK, lalu keluarlah boarding pas yang saya perlukan.
TIMBANG BAGASI SENDIRI
Tahap berikutnya yang harus dilalui adalah penimbangan bagasi. Penimbangan ini dikerjakan sendiri dengan menggunakan mesin. Ketika memperhatikan para penumpang lain menimbang bagasi mereka, saya mendapat kesan caranya amat mudah, dan tidak berbelit-belit. Boarding pas di-scan di mesin, lalu memasukkan data yang diminta, dan proses selanjutnya nampaknya lancar. Dengan bekal pengamatan itu, saya jadi percaya diri bahwa saya pun pasti bisa mengerjakan urusan bagasi dengan sempurna.
Giliran menimbang bagasi pun tiba. Bagasi saya masukkan di mesin timbang, boarding pas di scan, muncullah di layar tujuan penerbangan ke Roma. Saya tekan tombol ok, lalu muncullah slip yang akan dipasang di koper. Saya ambil slip itu, kemudian saya pasang di koper. Pintu mesin kemudian ditutup, di layar monitor muncul pertanyaan:”Apakah barang itu milik anda”. Saya jawab : “Yes”. Dan keluarlah slip kecil untuk mengambil bagasi di Roma. Semua urusan selesai. Saya bisa berjalan santai menuju pintu ruang tunggu.
Wowwwww ……sebelum saya sampai ke ruang tunggu, di pintu skrining sudah antre banyak sekali orang. Saking banyaknya orang, antrean itu diatur melingkar-lingkar seperti ular. Semuanya tertib dan teratur. Semua ikut aturan dan tidak berdesak-desakan. Meski antreannya panjang, tokh tetap lancar. Di dalam sana, ada banyak mesin X-ray yang melayani para penumpang. Di ruangan itu, jaket, ikat pinggang, dan segala sesuatu yang dibawa harus di x-ray. Komputer harus dikeluarkan dari tas dan di x-ray secara terpisah. Syukur semuanya lancar dan saya bisa melangkah santai menuju ke ruang tunggu.
Mesin-mesin itu telah memungkinkan para penumpang tidak perlu menunggu dan antre terlalu lama. Bagi yang belum terbiasa menggunakan mesin itu, selalu ada saja orang / petugas yang siap membantu. Urusan menjadi lebih sederhana dan lebih cepat. Dan mereka yang membawa bagasi banyak, tetap akan dilayani di loket-loket umum seperti biasanya. Luar biasa perkembangan teknologi di bandara besar itu.
Mesin otomatis itu, telah meringankan tugas manusia agar lebih lancar dan efisien. Saya masih punya waktu untuk membaca buku, melihat perkembangan teknologi, menikmati kemudahan dan merenungkan makna semua kemajuan itu. Terima kasih kepada para penemu teknologi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan perkembangan itu dinikmati banyak orang. Terima kasih pula kepada Tuhan yang tetap menanamkan “keluhuran, kebaikan, dan ketulusan” di dalam hati manusia. Meski mereka tidak pernah menyebut Tuhan sebagai sumber kehidupan, tetapi mereka telah mewujudkannya bagi sesama yang membutuhkan bantuan mereka.
Komentar