RENUNGAN HARIAN Tgl 7 Juli 2020
Hosea ( Hos 8:4-7.11-13 )
menyebut kesalahan besar / dosa2 yg telah dilakukan oleh umat terpilih:
mengangkat raja, pemuka umat, tanpa restu Allah. Mrk mbuat berhala-berhala dan
beribadah kpd mrk. Akibatnya kesengsaraan dan malapetaka yg mrk alami.
Yesus, menyembuhkan org yg bisu
karena pengaruh roh jahat. Org2 Farisi meyakini bhw Yesus melakukan itu dg
kuasa penghulu setan. Yesus tidak sakit hati atas
kata2 itu, namun meluruskannya melalui mukjizat yg dikerjakanNya. Dia
berkeliling utk mengajar di rumah2 ibadat dan menolong org2 yg menderita sakit
/ kerasukan setan. Mrk bagaikan domba yg terlantar dan tak bergembala.
Hikmah yg bisa kita petik:
1.
Banyak org salah tafsir / gagal paham atas perbuatan baik yg
kita lakukan. Maka, lakukan terus spy jelas motivasi kita, sarana yg kita pakai
dan siapa2 yg dilibatkan. Tindakan itu teruji bhw betul2 baik dan murni
tujuannya, setelah dilaksanakan dlm jangka waktu panjang dan ada kesaksian dari
banyak org. Maka jangan sakit hati, kecewa lalu menghentikan kegiatan /
tindakan yg baik itu ketika baru saja melangkah sdh ada reaksi negatif, kritik
tajam, sindiran dll. Org yg bermental krupuk tidak pernah akan menghasilkan
buah, malah sebaliknya terus-menerus panen kekecewaan.
2.
Ketika melihat banyak org yg terlantar, Yesus tergerak hati utk
menolong. Menolong org adalah gerakan kasih dan kemanusiaan yg muncul karena
dorongan hati nuraninya. Org beragama atau tidak, beriman atau tidak, tetap punya
hati nurani. Hati nurani adalah anugerah Allah bagi manusia ciptaan-Nya. Ada
banyak contoh bhw utk berbuat baik, karena dorongan hati nurani, tidak perlu meminta ijin lebih dulu kpd
atasan, piko, ketua RT dll. Misalnya: menolong anak kecil yg jatuh, mberi air
minum kpd tukang ojek, cuci piring di rumah, melipat selimut, mbersihkan kamar
mandi, mberi sembako...
3.
Begitu pula, memberi derma / sumbangan kepada saudara-saudara di
wilayah lain, di luar keuskupan, di luar pulau, atau di luar negeri, bagi
mereka yang tidak seiman, karena dorongan nurani, tidak perlu minta ijin ketua
lingkungan, pastor paroki, petinggi lainnya. Juga tidak perlu gembar-gembor
akan / telah memberi sumbangan…. Biarlah Bapamu di surga yang tahu, dan akan
mberikan ganjaran kepadamu.
4.
Hendaknya kita tidak mudah sakit hati atau patah arang atas
komentar orang. Mereka yang senang-senang, kita yang stress,
gak bisa tidur dan sulit makan. Rugi sekali, membuang kesempatan untuk hidup
bahagia. Maka, bangkitlah dan bersukacitalah. Anggap tidak ada apa-apa.
Komentar-komentar itu amat sulit / tidak dapat dibendung, bahkan makin berani
dan kasar karena lewat medsos. Dikomentari jelek karena berbuat baik, masih
lebih baik, daripada dikomentari karena berbuat jahat. “Berbahagialah kamu bila
dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat….” (Mat 5:11) sebab
bagimulah Kerajaan Allah.
Biarkan saja org
berkomentar bhw kita sdg mencari muka. Katakan aja bhw kita bukan hanya cari
muka, tetapi juga cari belakang, kiri dan kanan. Kita butuh org2 yg bermental
baja dan berani melawan arus. Amin. (Mgr
Nico Adi MSC).
Komentar