BUKAN BANYAKNYA HARTA
RENUNGAN HARIAN
Tgl 8 JUNI 2020
Dikisahkan dalam 1 Raj: 1 - 6
bhw nabi Elia, bernubuat kpd Raja Ahab: "di wilayah itu tidak akan turun
hujan, selama sekian tahun". Elia sendiri menyingkir ke dekat sungai
Kerit dan diberi makan oleh Tuhan dg perantaraan burung gagak. Itu tanda bhw di
daerah itu akan terjadi kekeringan yg panjang, ada bencana kelaparan, dan
masyarakat jatuh miskin.
Yesus kpd org banyak bersabda:
"Berbahagialah org yg miskin di hadapan Allah, sebab bagi mrklah kerajaan
Allah. Berbahagialah org yg lemah lembut, karena mrk akan memiliki bumi ( Mat
5: 1-12 ).
Yesus menunjuk situasi awal
manusia bhwa pd waktu itu dirinya tidak punya apa2 ("miskin di hadapan
Allah, namun terhormat di hadapan makhluk ciptaan lainnya). Manusia pertama
(Adam) diciptakan Allah, dilengkapi semuanya dan ditempatkan di Taman Eden. Dia
"tidak punya apa2" ( termasuk tidak punya iri hati, kesombongan,
perselisihan, permusuhan dll ). Dia hidup dalam damai dan mbawa damai bersama
Allah dan Hawa (istrinya). Di sana dia dipelihara dan dijamin oleh Allah. Semuanya
tersedia.
Ketika dia jatuh dalam dosa,
muncullah ketegangan, iri hati, curiga, permusuhan. Pada generasi berikutnya (
Kain dan Habel) terjadi pembunuhan.
Hikmah yg dpt kita petik:
1. Setiap org yg bekerja dalam
nama / diutus Tuhan, pasti kehidupannya dijamin oleh Allah sendiri. Mungkin yg
dimilikinya tidak banyak, namun cukup utk hidup bermasyarakat. Hidupnya damai
dan bahagia karena percaya bhw bila bekerja dan bersama Allah, Allah sendirilah yg akan menjamin dan melengkapi
apa yg dia butuhkan. Tentu saja, dalam realita kehidupan
sehari-hari, Allah hadir dalam diri sesama manusia, makhluk hidup ciptaan-Nya
dan tetumbuhan serta alam semesta ini. Barang siapa setiap hari dapat menyapa
dan berkomunikasi dengan sesamanya dan yang diciptakan Allah…dia sesungguhnya
sudah mengalami bahwa dirinya (rohnya) bertemu dan berdialog yang Allah yang
hadir di dalam ciptaan-Nya itu.
2. Allah menghendaki semua
ciptaanNya hidup berbahagia selamanya. Kebahagiaan itu bukan diukur dg
banyaknya harta, luasnya jaringan medsos, makin sering dan cepatnya mdapatkan
informasi terbaru, dikenal via tayangan di youtube. Itu semua bukan
ukurannya.
Ukurannya adalah sehati sejiwa
dg Allah, yaitu melaksanakan kehendak Allah dg mewujudkan kasih kepada Tuhan
dan sesama, sebagaimana mengasihi, merawat, mperhatikan, meningkatkan
kualitas dan martabat diri sendiri. (Mgr Nico Adi MSC)..
Komentar