SYUKURAN 25 TAHUN IMAMAT DI STASI NASEM

 PEMBACA YANG BUDIMAN.....
Tanggal 10 Maret 2014, merupakan hari istimewa bagi umat Nasem ( 25 km di sebelah selatan Merauke).  Ada apa di sana ?   Pada hari itu, ada 2 acara penting yang digelar oleh umat. Yang pertama: umat turut mensyukuri rahmat imamat yang diterima oleh Mgr Niko Adi, 25 tahun yang lalu. Yang kedua: penyerahan tanah oleh ketua adat kepada Uskup, seluas  4.700 m2. Tanah itu dipergunakan untuk bangunan gereja dan pastoran serta keperluan pelayanan, dan bangunan untuk anak-anak asrama akhir minggu.

Misa dirayakan jam 16.00 wit, bersama umat dan para undangan. Koor mahasiswa-mahasiswi Sekolah  oleh  Merauke Tinggi Katolik St. Yakobus Merauke, memeriahkan misa itu. Mgr Niko sebagai selebran utama, didampingi P. Ansel SVD, P. Paskalis SVD, P. Simeon SVD, P. Agus Wolomasi dan P. Donatus Wea.  Pada kesempatan itu, Mgr Niko bersharing tentang sejarah panggilannya menuju imamat secara singkat.

Tahun 1974 ketika diajak bersama-sama ke sebuah stasi yang bernama Wadas Gumatung ( 40 km dari Purwokerto)  saya masih duduk di kelas II – SMP Pius Tegal. Kami adalah kelompok misdinar. Jumlah kami kira-kira 40 orang. Kami pergi bersama romo Paroki ( J van de Pass MSC) dan seorang frater pastoral ( J Paiman MSC).  Kami menumpang mobil dari Tegal selama kira-kira-kira 2 jam. Karena harus menyeberang sungai, mobil ditinggalkan di jalan masuk ke stasi itu. Kami berjalan kaki dari tempat pemberhentian mobil sampai ke stasi itu, kira-kira 30 menit. Sebenarnya tidak jauh, namun jalannya tidak rata, dan harus menyeberangi sungai yang airnya tidak begitu dalam, hanya sebatas lutut.

Pada saat  kami berombongan menyeberangi sungai itulah, saya merasakan ada suatu getaran yang membuat saya melihat ke arah romo paroki. Saya mengarahkan pandangan kepada beliau. Beliau sedang menyeberangi sungai juga, dengan hati-hati. Di hati saya muncul suatu suara / bisikan yang bertanya: “Adi, pandanglah romomu. Beliau sudah tua, dan berasal dari Belanda. Bila nanti beliau meninggal,  siapakah yang akan mengganti beliau ?”. Pertanyaan itu mengiang-ngiang sepanjang pelayanan di stasi itu, bahkan sampai kami kembali ke Tegal.  Suara / pertanyaan itu terus bergema, sampai akhirnya saya menjawab: “Ya, saya mau menggantikan beliau”.  

Beberapa bulan kemudian, saya mendaftarkan diri ke Seminari Mertoyudan. Setelah mengikuti tes beberapa mata pelajaran selama 3 hari, dan diwawancarai, saya dinyatakan diterima. Dan pada 5 Januari 1976, saya resmi menjadi siswa Seminari Mertoyudan – Magelang, Jawa Tengah. Selama 4,5 tahun saya menjalani pembinaan di seminari ini, kemudian melanjutkan ke Seminari Tinggi Pineleng di Manado, selama 6 tahun. Di antara masa pendidikan itu, saya mengikuti pembinaan rohani di Novisiat MSC – Karanganyar Kebumen dan menjalani tahun pastoral di Paroki St. Petrus Pekalongan ( Jawa Tengah ).

Saya ditahbiskan menjadi imam, tanggal 1 Februari 1989 di Purwokerto, bersama 4 rekan setingkat di katedral Purwokerto, oleh Mgr. Alexander Djajasiswaja ( Uskup Bandung ). Pada waktu itu, Mgr P.S. Hardjasumarta masih dalam tahap pemulihan, sehingga meminta Mgr Djaja untuk mentahbiskan kami: Rm Hans Susilo MSC, Rm. Priyo Susanto MSC, Rm. Heru jati MSC, Rm. Sani saliwardaya MSC, dan Rm. Nicholaus Adi MSC.  

Motto yang saya pilih ketika tahbisan imam adalah “Bagaimanakah akan kubalas segala kebaikan Tuhan kepadaku ? Aku akan mengangkat piala keselamatan dan menyerukan nama Tuhan”  ( Mzm 116: 13 ).  Alasannya adalah Tuhan telah begitu baik kepada saya. Banyak hal dan permintaan saya, betul-betul dikabulkan, bahkan yang tidak saya minta pun telah saya alami. Maka, piala keselamatan yang berisi darah Yesus....lambang nyawa / kehidupan-Nya yang telah diberikan kepada saya, saya syukuri, dan nyawa dan hidup saya pun saya persembahkan kepada-Nya untuk keselamatan umat Allah.  Tidak ada alasan lagi bagi saya untuk menolak tugas perutusan, karena hidup saya telah dibayar secara sempurna oleh Dia. Selain itu, saya juga bersyukur karena diperkenankan untuk turut ambil bagian dalam karya keselamatan bagi umat Allah yang dipercayakan kepada saya.  

Buah-buah pelayanan yang didasarkan rasa syukur itulah yang kini saya alami. Makin tahun buah-buah itu makin besar,  seiring dengan kepercayaan yang Dia berikan kepada saya. Rahmat sakramen imamat, saya alami sebagai sakramen yang menyalurkan rahmat Allah dengan begitu nyata melalui tangan, pelayanan dan hidup saya. Telah ratusan anak yang saya baptis, ratusan orang yang saya teguhkan pernikahannya. Telah ribuan kali saya rayakan ekaristi, dan telah ratusan ribu umat yang menyambut Tubuh Kristus dari tangan saya. Telah ribuan umat pula yang menerima sakramen tobat....... Imamat saya telah menjadi tanda sukacita bagi saya dan bagi banyak orang.

Maka, ketika umat dan pastor paroki ingin turut bersyukur atas anugerah imamat yang telah saya terima 25 tahun yang lalu, permintaan itu saya terima dengan sukacita. Di bawah ini, sambutan dari wakil romo paroki, pada saat syukuran 25 tahun  imamat, tanggal 10 Maret 2014 yang lalu.  Saya haturkan sepenuhnya untuk anda.


KATA SAMBUTAN PADA MISA SYUKUR PERAK IMAMAT
YANG MULIA BAPAK USKUP AGUNG MERAUKE

Yang Mulia Bapak Uskup Agung Merauke,
Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC yang kami hormati, dan kami kasihi
bapak-ibu, saudara-saudari – para simpatisan karya Misi Gereja di Kuasi Paroki Nasem, Keuskupan Agung Merauke. Yang terkasih bapak-ibu, saudara-saudari, segenap umat Kuasi Paroki Nasem.

Dengan penuh kasih di dalam Tuhan, kami menyambut, Yang Mulia Bapak Uskup, para imam dan biarawan-biarawati, bapak-ibu dan saudara-saudari - para simpatisan karya misi Gereja Keuskupan Agung Merauke di Kuasi Paroki Nasem.

Yang Mulia Bapak Uskup, Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC, kami umat Kuasi Paroki Nasem bersama para simpatisan yang dengan setia membantu kami dalam karya pelayanan karya misi Gereja di Kuasi Paroki Nasem sangat berbahagia karena diperkenankan mengambil bagian dalam perayaan Syukur Perak Imamat Yang Mulia Bapak Uskup – hamba Allah dan sang Gembala yang telah dipilih oleh Allah, untuk menjawabi panggilan-Nya. Bapa Uskup sepanjang rentang 25 tahun telah mengabdikan hidup yang mulia untuk mengejar kekudusan, untuk karya penyebaran Injil dan membangun Gereja Lokal di Keuskupan Agung Merauke dalam iman, harapan dan cinta.
Dan tatkala kita bersyukur atas berkat dan rahmat imamat dari Allah yang telah dialami Yang Mulia Bapak Uskup Nicholaus Adi Seputra, MSC selama 25 tahun, sembari melihat tantangan masa depan, marilah kita juga memohon dari Allah rahmat Pentekosta baru bagi Gereja Keuskupan Agung Merauke, May tongues of fire, combining burning love of God and neighbor with zeal for the spread of Christ’s Kingdom, descend on all present! Semoga lidah-lidah api, berpadu erat dengan api kasih Allah dan sesama dengan semangat untuk penyebaran Kerajaan Kristus, turun atas kita semua yang hadir pada saat ini!

Yang Mulia Bapak Uskup, Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC,
Perayaan syukur Perak Imamat Yang Mulia Bapak Uskup pertama-tama sesungguhnya tidak ingin membuktikan bahwa kami umat Kuasi Paroki Nasem dan para simpatisan yang dengan cara mereka sendiri, dengan setia membantu karya pelayanan kami di Kuasi Paroki Nasem mampu menyelenggarakan perayaan syukur ini. Dalam kesederhanaan dan keterbatasan kami hanya ingin dengan ikhlas mengucapkan terima kasih kepada Allah atas pelayanan yang telah dipersembahkan Bapak Uskup selama 25 tahun. Kami berterima kasih karena Yang Mulia telah menemani umat Allah di Keuskupan Agung Merauke, khususnya umat di Kuasi Paroki Nasem, secara yang terus menerus dalam perjalanan hidup mereka dan terima kasih karena Bapak Uskup telah menunjukkan jalan kepada Yesus dan memaklumkan dengan gagah berani bahwa Yesus adalah Tuhan.

Terlihat dan dirasakan adanya entusiasme dan komitmen yang telah diimplementasikan dan secara kontinu telah membangun dan mendorong semangat interaksi yang konstruktif antara Dioses dan komunitas Kuasi Paroki Nasem yang tidak berlebihan boleh dikatakan melampaui harapan dan yang bagi kami merupakan sumber kegembiraan, harapan dan kekuatan. Words cannot express adequately our profound gratitude and appreciation for all of the cooperation, assistance and affirmation we have received in our mutual venture of advancing God’s kingdom in our day.
Lebih lanjut, perayaan syukur ini memang sangat sederhana, diselenggarakan dalam serba keterbatasan kami, namun menyiratkan satu pesan penting lain, yang tak akan mungkin terlupakan dalam perjalanan hidup Gereja Kuasi Paroki Nasem dan tentu dalam Keuskupan Agung Merauke. Kami umat Paroki Nasem dan para simpatisan yang dengan setia membantu kami dalam karya Misi Gereja lokal, tak punya hadiah istimewa selain menyerahkan hak atas tanah Gereja Stasi Nasem dan Gereja stasi Tomer kepada Keuskupan Agung Merauke. Dan kami berharap akan menyusul lagi penyerahan hak atas Gereja Stasi Ndalir, Tomerau dan Kondo.

 Peristiwa ini mungkin sangat sederhana namun justru pada moment ini kami juga ingin menegaskan dan mempersembahkan komitmen kami secara utuh untuk memulai karya Misi Gereja di Kuasi Paroki Nasem dalam wilayah Keuskupan Agung Merauke dan upaya-upaya pemberdayaan lain bagi kehidupan umat di Kuasi Paroki Nasem. Perayaan pada sore ini, juga menjadi berarti karena pada moment ini juga kami sebenarnya ingin meresmikan dimulainya Sekolah Akhir Pekan bagi siswa-siswi sekolah dasar kelas IV, V, dan VI di Kuasi Paroki Nasem, meski tenda-tenda belum disiapkan. Inilah beberapa hal sederhana yang coba kami kemas bersama dalam perayaan syukur perak Imamat Yang Mulia bapak Uskup Agung Merauke, Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC, pada sore hari ini.

Yang Mulia Bapak Uskup, bapak-ibu dan saudara-saudari, para simpatisan yang selalu setia membantu kami, sebelum saya mengakhiri kata sambutan ini, dari hati yang ikhlas kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yang Mulia Bapak Uskup yang telah berkenan berbagi rahmat imamat dan kegembiraan bersama kami umat Kuasi Paroki Nasem. Terima kasih yang tulus juga disampaikan kepada bapak-ibu; saudara-saudari simpatisan yang telah membantu kami menyelenggarakan pesta syukur perak imamat Yang Mulia Bapak Uskup.  Terima kasih kepada Pastor Ketua STK Santo Yakobus Merauke, para dosen dan para mahasiswa dan mahasiswi yang telah terlibat dalam Liturgi Perayaan Syukur Perak Imamat bapak Uskup, Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC, kepada segenap umat Kuasi Paroki Nasem yang telah membantu dengan caranya masing-masing, dan dalam kesederhanaan telah membantu menyukseskan perayaan syukur ini.

Pepatah klasik ini tetap benar sepanjang sejarah hidup manusia. Tiada tanah yang tidak bercacing dan tak ada gading yang tidak retak. Oleh karena itu, dari hati yang ikhlas kami menyampaikan permohonan maaf kepada kita semua atas kekurangan dan keterbatasan kami dalam seluruh pelayanan kami.

ADA UMAT YANG CUKUP LAMA TINGGAL DI PAPUA NEW GUINEA, DAN 8 TAHUN LALU KEMBALI KE NASEM. MEREKA MASIH AGAK KESULITAN MENGIKUTI / BERBICARA DALAM BAHASA INDONESIA. KARENA ITU, ROMO PASKALIS MENYAPA MEREKA DALAM BAHASA INGGRIS: 

And Finally to you my dear brethren, you Catholic parents, you are the sanctuary where priestly or religious vocations are formed. Without you, what would we do? Where would we find vocations of priests, monks and nuns? Therefore I beseech you, keep this sanctuary far from the corrosive and evil influences of the world. Do not let the spirit of the world enter into your homes. Let them be true extensions of the parish, of the church. Let your children have only edifying images to behold, not those who could stain their souls for their whole life. Keep away from their eyes what can corrupt their hearts, so that the Good Lord may choose from your homes some elite souls. There is nothing more beautiful than a priestly vocation in a family, than a vocation to the monastery or convent. What a protection for the whole family, for the brothers and sisters! Be sure of this.

Therefore during this Holy mass, we shall all pray together so that the Good Lord may make the Catholic Priesthood continue, religious vocations continue in spite of the atract of the world and of hell against good vocations, against the Catholic Priesthood. What would a church be without priests? The modern church shall soon have only Sunday services without priests: what can such services be? It is no longer the Sacrifice of Our Lord reenacted on the Altar, in which you take part, in which we take part. No, the Catholic Church is not a church of such services: the Catholic Church is a Church oh Catholic Priests: without Catholic priests, there is no longer the Catholic Church.
I am convinced that the Lord is preparing something beautiful for his Church. May I ask your support and your prayers for our mission, as we thank you from the heart for being here with us today. Let us ask the Blessed Virgin Mary, the Mother of God, to intercede for us and for our Diocese of Merauke as we strive to follow her son more closely.    

P. Paskalis Berchman SVD


Terima kasih romo, terima kasih umat Nasem dan para mahasiswa Sekolah tinggi Katolik St. Yakobus Merauke, dan tamu-tamu undangan yang telah turut ambil bagian dalam ekaristi pada hari itu. Syukur Tuhan atas anugerah imamat yang diberikan kepada saya. Juga terima kasih pula kepada anda sekalian yang telah membaca dan menikmati butir-butir kasih Allah melalui tulisan ini. 

Komentar

Postingan Populer