EKARISTI
KEMARIN – 29 MARET 2014, SAYA MENEMUKAN
EMAIL INI. ISINYA MENGGELITIK. PERTAMA-TAMA DIRI SAYA YANG TERGELITIK, BUKAN
KARENA SAAT INI ADALAH MASA PERTOBATAN, TETAPI ISI DAN MAKNANYA AMAT MENDALAM
BILA DIRENUNGKAN. ISI DAN MAKNANYA
MERUPAKAN BUAH-BUAH REFLEKSI (ANALISA INTELEKTUAL DAN SPIRITUAL), NAMUN
SEKALIGUS DAPAT MERUPAKAN BAHAN UNTUK INVESTASI DIRI. BAGI SAYA INVESTASI DIRI ADALAH PENANAMAN DAN
PEMBESAR NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM DIRI, SEHINGGA HIDUP SAYA DIPENUHI DENGAN
BUAH-BUAH ROH ( KASIH, SUKACITA, DAMAI SEJAHTERA, KESA BARAN, KEMURAHAN,
KEBAIKAN, KESETIAAN, KELEMAHJ-LEMBUTAN, DAN PENGUASAAN DIRI (GALATIA 5: 22 – 23).
Subject: [MSC Indonesia] Happy
Sunday :)
Ketika kaum berjubah tidak mencintai ekaristi lagi, bolehkah kita meminta kaum 'berbaju' (umat) khusuk dalam ekaristi ?
Ketika kapel menjadi tempat yang jarang dikunjungi oleh kaum berjubah, masihkah boleh kita berkoar-koar agar gereja penuh oleh kaum berbaju?
Ketika kaum berjubah gelisah selama ekaristi, bolehkah kita berharap umat berserah dalam kekhusukkan ekaristi?
Ketika ekaristi dan doa menjadi beban bagi kaum berjubah, pantaskah kita meminta duduk di depan kepada kaum berbaju?
Ketika kaum berjubah tertidur selama ekaristi, pantaskah kita berharap kaum berbaju terhibur setelah ekaristi?
Ketika hari minggu kaum berjubah terlelap dalam mimpi yang tak berujung, masih beranikah kita menuntut kaum berbaju bergegas menuju altar suci?
NEMO DAT QUOD NON HABET !!! ( orang tidak dapat memberi apa pun, kalau tidak mempunyai apa-apa).
Ketika kaum berjubah tidak mencintai ekaristi lagi, bolehkah kita meminta kaum 'berbaju' (umat) khusuk dalam ekaristi ?
Ketika kapel menjadi tempat yang jarang dikunjungi oleh kaum berjubah, masihkah boleh kita berkoar-koar agar gereja penuh oleh kaum berbaju?
Ketika kaum berjubah gelisah selama ekaristi, bolehkah kita berharap umat berserah dalam kekhusukkan ekaristi?
Ketika ekaristi dan doa menjadi beban bagi kaum berjubah, pantaskah kita meminta duduk di depan kepada kaum berbaju?
Ketika kaum berjubah tertidur selama ekaristi, pantaskah kita berharap kaum berbaju terhibur setelah ekaristi?
Ketika hari minggu kaum berjubah terlelap dalam mimpi yang tak berujung, masih beranikah kita menuntut kaum berbaju bergegas menuju altar suci?
NEMO DAT QUOD NON HABET !!! ( orang tidak dapat memberi apa pun, kalau tidak mempunyai apa-apa).
Saya masih ingat ketika kuliah
tentang ekaristi. Dikatakan / diajarkan (dan kemudian diharapkan diimani dan
dihidupi) bahwa ekaristi adalah sumber dan puncak hidup umat beriman. Ekaristi
dikatakan sebagai sumber, berarti di sana ada asal-muasal segala berkat dan
karunia yang diberikan Allah kepada umat beriman. Ekaristi sebagai puncak, itu
berarti seluruh kehidupan umat beriman dijiwai, diilhami dan diarahkan ke tahta
Allah ( Sang Puncak Kehidupan ).
Dengan amat
sederhana, rumusan itu dituangkan, namun perlu direnungkan setiap hari agar
maknanya dipahami, nilai-nilainya dihidupi, kekuatannya diamalkan, dan iman
yang lahir dari perayaan itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah
dan bersama masyarakat. Bahan renungan itu, tentu bukan
untuk menghakimi.... saya melihatnya sebagai alat bantu agar umat dan imamnya
dapat saling membantu dalam “menyempurnakan diri dan mencapai hidup bahagia” di
dunia ini. Ekaristi adalah undangan
untuk hidup di dalam dan bersama Allah, ketika kita masih berada di dunia ini. Itu
berarti hidup di dalam ekaristi artinya hidup dalam lindungan dan kasih Allah,
bersama dengan saudara-saudari kita.
Komentar