NOVISIAT MSC
PEMBACA YANG BUDIMAN
SAYA SAJIKAN KESAN DAN PENGALAMAN SAYA TENTANG NOVISIAT MSC - KARANGANYAR - KEBUMEN. Moga-moga anda menemukan mutiara di dalamnya:
Kata atau istilah novisiat berasal dari kata Latin "novus" yang berarti baru. Novisiat adalah tempat pembinaan bagi (para) calon, sehingga hidup mereka (dia ) diperbaharui sesuai dengan kharisma dan spiritualitas pendiri dari lembaga itu. Novis, adalah para peserta bina, yang dengan kesungguhan hati mau dibaharui selaras dengan kharisma dan spiritualitas pendiri lembaga itu. Mereka ini menyiapkan diri agar dapat sehati dan sejiwa dengan pendirinya, dan menjadi pelanjut / penerus kharisma, spiritualitas dan karya pelayanan yang dipercayakan Gereja kepada lembaga itu.
Bagaimana pengalaman dan kesan saya pada Novisiat MSC ini ?
Tahun 1976, itulah untuk pertama
kalinya saya masuk ke kompleks Novisiat MSC “Sananta Sela” – Karanganyar - Kebumen Jawa Tengah. Waktu itu, saya masih seorang seminaris, yang
bersama-sama dengan teman kelas dan kakak kelas dari Mertoyudan, sedang
mengadakan aksi panggilan di Purwokerto. Romo Paroki Kristus Raja Purwokerto
pada waktu itu adalah Romo FX. Rekso Wardoyo MSC. Romo yang bertugas di sana adalah Romo L.
Somar MSC. Badannya tinggi, dan berewok. Maklum pada waktu itu, badan saya kecil
dan pendek, sehingga romo L Somar terkesan badannya tinggi. Beliau penggemar
rokok, namun saya sudah tidak ingat lagi, rokok jenis apa yang disukainya. Yang
menjadi novis pada saat itu adalah Louis Roong, Yance Mangkey, Yoppy Sumakud,
Frans Rares dkk.
Tahun 1977, kami mengadakan aksi
panggilan di Gombong dan sempat singgah dan bermalam di Karanganyar. Yang
menjadi novis dan masih saya ingat adalah Yonas Tandayu, Frans Mandagi dan
Frans Samodara. Romo yang bertugas di sana Romo L Somar. Saya baru tahu, bahwa
pemimpin novis disebut Magister. Di bagian belakang kompleks novisiat, ada
peternakan ayam. Jumlah ayamnya banyak sekali. Setiap hari kami menikmati
telur. Sebagian besar dikirim ke Purwokerto, ke tempat bu Netti. Dari usaha
inilah, Novisiat mendapatkan rejeki untuk biaya hidup.
Di tempat itu, saya bertemu
dengan Bruder Hein Remetwa MSC. Badannya tinggi besar, rambutnya tebal dan
kribo. Rupanya beliau baru tiba dari Langgur, dan menjadi staf di novisiat.
Namun peran apa persisnya, saya tidak tahu. Maklum, saya hanyalah seorang anak
seminaris yang sedang berlibur di novisiat.
Baik pada kunjungan pertama (1976) dan kedua (1977), saya merasa senang.
Keakraban antara frater dan romo, bruder dan kami para tamu, amat saya rasakan.
Juga ketika berdoa di kapel, untuk pertama kalinya saya pegang buku
brevir, Fr. Yonas Tandayu menunjukkan
halaman-halaman mazmur yang didaraskan pada hari itu. Saya bingung berdoa
brevir, karena ada bagian-bagian yang diulang-ulang....namun tidak ditunjukkan
bagian apa yang harus diulang. Ketika di Pineleng barulah saya tahu
benar-benar, bahwa yang diulang lagi adalah bagian refrennya.
14 Juli 1982, tengah malam, kami
tiba di Novisiat MSC – Karanganyar setelah mengadakan perjalanan dari Surabaya
dengan bis selama kurang lebih 8 jam. Pimpinan rombongan pada waktu itu adalah
Hans Susilo, dan saya adalah asistennya.
Kami mencarter bis dari Surabaya dengan biaya Rp. 400.000 ,- . Harga
carteran bis pada waktu itu rupanya terlalu mahal, namun ketika itu tidak ada
kemungkinan lain. Kami harus berangkat dari pelabuhan Tajung Perak Surabaya,
dijemput oleh kakak ipar Frater Yatno Yuwono, dan dicarikan bis carteran. Jadi,
begitu tiba di Karanganyar, kami memberitahu Romo, bahwa kami minta uang
tambahan untuk bayar bis. Syukurlah kami dimaklumi dan mendapat uang tambahan,
sehingga biaya perjalanan malam itu juga sudah lunas, dan hati kami lega.
Esok sorenya, tanggal 15 Juli
1982 ada misa penerimaan novis baru. Kami secara resmi diterima sebagai
novis-novis MSC. Jumlah kami 15 orang. Salah seorang novis baru adalah Fr. Adri
Budhi. Dia pada saat misa masih mengenakan baju awam. Kemudian sesudah homili,
jubahnya diberkati, dan dia kemudian ke sakristi. Beberapa saat kemudian dia
masuk kembali ke kapel dan sudah mengenakan jubah. Model jubahnya agak berbeda
dengan model jubah kami. Maklum, jubah itu dibuat di Makasar, sedangkan jubah
kami dibuat di Manado.
Pembina kami pada waktu itu
adalah Romo T. Wignyo Sumarto, Rm Suhendro Riberu MSC, Rm. Putu Hardjono MSC,
dan Romo Supda MSC Jawa Tengah adalah
Romo Hadi Siswaya MSC. Kami hidup akrab dan penuh persaudaraan. Angkatan kami
suka tertawa, dan bergembira. Dari 15 orang, yang berprofesi pada tanggal 16
Juli 1983 berjumlah 12 orang.
Selama menjalani masa novisiat,
kami dihantar untuk menjadi pribadi-pribadi yang matang dan dekat dengan Tuhan
melalui Hati Kudus Jesus yang spiritualitasnya kami gali, kami renungkan dan
kami hidupi setiap hari. “Grounded” (istilah yang diperkenalkan Romo Hendro)
adalah menjadi pribadi yang kokoh, dewasa, bijaksana, pasrah, dan “bebas secara
batiniah untuk menjawab panggilan-Nya, dan telah disatukan dan dikuduskan oleh
Allah melalui kasih dan hidup-Nya yang nyata dalam Hati Kudus Jesus.
Meski pada umumnya tidak / belum
mendapatkan pembinaan ala ARFI, ketika menjadi magister, para pembina telah
menunjukkan dedikasi, pengorbanan, dan “keberanian” untuk menggali
spiritualitas, dan kekayaan rohani warisan Pater Chevalier kepada kami.
Semboyan “ad opus bonum paratus semper” (selalu siap sedia untuk pekerjaan /
pelayanan yang baik) sungguh terwujud dan kami alami selama masa pembinaan kami
di novisiat. Untuk itu, saya hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada
pembina yang telah menghantar kami untuk mengenal Tarekat MSC, spiritualitas,
kehidupan bersama, dan kesaksian hidup para senior sebagai MSC. Kini giliran kami
untuk meneruskan semboyan ‘AMETUR UBIQUE TERRARUM, COR JESU SACRATISSIMUM’
melalui hidup kami. Juga kami ucapkan terima kasih kepada umat, mudika dan
anak-anak Karanganyar pada masa kami, Bapa Uskup Purwokerto, para romo, para
suster, para bruder dan bapa pengakuan yang telah ikut memperkaya “pembekalan
hidup kami” sebagai MSC.
Komentar