PENDIDIKAN DALAM KELUARGA
PEMBACA YANG BUDIMAN
SORE INI AGAKNYA SAYA CUKUP
PRODUKTIF. MAKLUM HARI INI (MINGGU) DAN BESOK (SENIN 31 MARET 2014) ADALAH HARI
LIBUR, SEHINGGA SAYA PUNYA WAKTU CUKUP UNTUK MENULIS. ALASAN LAIN ADALAH
SEKRETARIS KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL MEMINTA SAYA MENULIS ARTIKEL TENTANG
PENDIDIKAN, DAN NASKAH ITU HARUS SELESAI TANGGAL 1 APRIL. MAKA
TERTUANGLAH SEMUA GAGASAN ITU DALAM TULISAN INI YANG SAYA SAJIKAN UNTUK
ANDA.
PENDIDIKAN DI DALAM
KELUARGA ADALAH PEMBEKALAN AWAL
Arti kata pendidikan
Kata pendidikan, dalam bahasa Inggris adalah
education,
dan dijadikan bahasa Indonesia menjadi edukasi.
Kata education
berasal dari kata latin ex, yang berarti keluar dan ducere, yang berarti memimpin. Maka arti dasar kata pendidikan adalah proses memimpin
seseorang untuk keluar dari keterkurungan / keterkungkungan diri sehingga mampu
memasuki dunia baru, tantangan baru, dan kehidupan yang baru. Melalui pendidikan
orang dibekali keutamaan, nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar
dapat hidup bahagia dan sejahtera. Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk membina kepribadian manusia sejak kecil
hingga dewasa, mengasah dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya agar tahu
norma-norma atau aturan di dalam masyarakat, tahu jalan masuk ke dalamnya dan berperan
untuk pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Pelaku pendidikan dasar
Ketika dilahirkan, seorang bayi tidak tahu apa-apa dan
tidak tahu siapa-siapa. Tangisannya adalah ungkapan minta tolong, agar dirinya
dibantu dan disiapkan / dibekali sehingga dapat masuk ke dalam dunia baru. Orang
lain amat penting arti dan perannya untuk
menghantar bayi itu dalam memasuki dunia yang baru, yang penuh tantangan
baginya secara aman dan tenteram. Bayi yang masih lemah itu butuh makan dan
minum, rasa aman, ketenteraman, kehangatan dan perhatian, agar dia bisa hidup
dan menjadi besar. Orang lain, dalam hal
ini orangtua kandung, mempunyai peran yang amat penting bagi kehidupan bayi
kecil itu.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan
anak. Mereka berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga
juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan
anak ada di dalam keluarga. Hasbullah
(1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, (http://acepwahyuhermawan79.blog.com/peran-keluarga-dalam-mendidik-anak-dari-usia-dini-hingga-dewasa)
menyebut bahwa keluarga memiliki fungsi penting
dalam perkembangan kepribadian anak dan dalam mendidik anak di rumah.
Saya menyebut beberapa di antaranya: 1) penjamin pertama dan utama masa
kanak-kanak, 2) penjamin kehidupan emosional anak, 3) penanamkan dasar
pendidikan moral anak, 4) pemberi dasar pendidikan sosial, 5) peletak
dasar-dasar pendidikan agama, 6) pemotivasi dan pendorong keberhasilan anak, 7)
pemberi kesempatan belajar sehingga anak mampu menjadi manusia dewasa dan mandiri,
8) penjaga kesehatan anak. Dengan kata lain, keluarga menyiapkan kehidupan masa
kini dan masa depan yang cerah bagi anak-anaknya.
Pentingnya pendidikan di dalam keluarga
Anak-anak yang dilahirkan di dalam keluarga sesungguhnya
mempunyai nilai-nilai penting bagi keluarga itu juga. Pertama, anak sebagai pemenuhan harapan. Anak yang dilahirkan itu adalah
buah pengharapan kedua orangtuanya. Bahkan sebelum menikah, mereka telah
memikirkan berapa jumlah anak, nama anak, dan akan disiapkan menjadi orang
hebat. Sebelum dilahirkan, kedua orangtua sudah menyiapkan keperluan-keperluan
bayi, termasuk menjaga kesehatan calon ibu, agar pada saat melahirkan semuanya
dapat berjalan lancar. Kedua, anak
adalah ahli waris. Pada umumnya orangtua dengan rela hati mewariskan apa yang
dimilikinya kepada (anak) anaknya. Karena itu, dia menyiapkan (mereka) dia agar
siap menerima warisan itu. Warisan itu adalah sesuatu yang berharga / bernilai
tinggi sehingga sebelum diserahkan ada ‘wejangan / wasiat’ yang diberikan
terlebih dahulu. Warisan adalah lambang hidup / kehidupan / nyawa dari orangtua
atau leluhur yang diteruskan kepada anak, agar anak-anak dapat hidup bahagia. Ketiga, anak adalah penerus dinasti /
kehidupan / nyawa / nilai-nilai dari orangtua (leluhur). Manusia sebenarnya
ingin hidup terus (Khairil Anwar menyebut dalam puisinya yang berjudul “AKU” :
aku mau hidup seribu tahun lagi), namun hal itu tidak mungkin. Maka, dia
meneruskan kehidupan / nyawa dan dinastinya kepada anak / cucu mereka. Keempat, anak adalah pengembang dinasti
/ kehidupan orangtua / leluhurnya. Dengan dikembangkan nilai-nilai yang
diwariskan itu tidak punah, tetapi juga dimungkinkan untuk dimunculkan /
dikemas dalam bentuk baru.
Itulah sebabnya di dalam dunia seni tari, musik, ilmu
dan teknologi amat sering muncul kreasi baru, bentuk atau warna baru, simbol
atau fitur baru. Kekuatannya makin besar namun bentuknya makin kecil,
penampilannya makin cantik dan menarik, harganya makin mahal dan suaranya makin
menggelegar. Apa yang ada di masyarakat dan di tengah-tengah
dunia ini, amat sulit terjadi bila anak-anak sebagai ahli waris dan penerus
bangsa manusia tidak mendapatkan pendidikan dan pembekalan yang baik di dalam
keluarga.
Pendidikan dapat membekali manusia agar dapat keluar
dari jerat kemiskinan dan kemelaratan, dari cengkeraman keterbelakangan dan ketertinggalan,
menuju ke era baru dan keberhasilan. Telah disadari banyak orang bahwa pendidikan
adalah kunci utama untuk menuju masa depan yang diidamkan oleh setiap orang. Sebelum
orangtua / keluarga menyadari hal ini, pihak-pihak lain (pemerintah,
lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, dan lembaga-lembaga keagamaan) yang
sudah sadar akan pentingnya pendidikan, digugah untuk ambil bagian dalam proses
penyadaran dan menolong orangtua agar menyadari peran penting mereka di dalam bidang
pendidikan bagi anak-anak mereka. Semakin awal pembekalan diberikan, semakin
hebat dan mantap persiapan bagi anak itu untuk meniti dan mencapai kehidupan
yang cerah dan mencengangkan dunia.
Komentar