SATU LAGI UNTUK MERAUKE

Pesawat Batavia untuk pertama kalinya mendarat di bumi Merauke, Sabtu (11/12) sekitar pukul 09.30 WIT, setelah terbang langsung selama 5 jam dari Jakarta menuju ke Merauke. Pesawat itu dicarter untuk menerbangkan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Drs. Romanus Mbaraka, MT dan Sunarjo, S.Sos yang telah dinyatakan sebagai pemenang Pemilukada tanggal 9 Desember 2010. Tentu saja para pendukung beliau menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan, setelah sekian bulan menunggu keputusan definitif dari MK. Ribuan masyarakat mengelu-elukan Bupati dan Wakil Bupati terpilih dan keliling kota Merauke, pada hari itu.

Perusahaan Batavia Air ini diharapkan akan masuk dan melayani penerbangan ke Merauke. Ini merupakan harapan sekaligus kerinduan masyarakat Merauke yang selama ini hanya dilayani oleh Merpati. Sebagai perusahaan penerbangan tunggal, keterlambatan keberangkatan dan kedatangan, harga tiket yang cukup mahal, dan bahkan penundaan / pembatalan keberangkatan sering terjadi. Diharapkan pula penerbangan baru ini akan menggairahkan perusahaan penerbangan lainnya, seperti Lion Air, Garuda City-Link dan Express Air yang sudah menyatakan kesiapannya.

Papua Pos, tanggal 13 Desember 2010, memberitakan bahwa Bupati terpilih merencanakan akan mengundang perusahaan penerbangan lain untuk masuk dan melayani Merauke. Masuknya perusahaan penerbangan lain tentu akan meringankan beban biaya dan memberikan kemudahan lebih besar bagi masyarakat Kabupaten Merauke dalam menggunakan jasa transportasi udara.

Bertambahnya armada penerbangan ini, akan memperlancar transportasi udara dan makin menurunkan tingkat keterisolasian wilayah selatan Papua ini dan diharapkan meringankan harga tiket yang selama ini dirasakan amat mahal. Di samping itu, penerbangan yang makin lancar akan menggiatkan roda perekonomian, mempercepat masuknya investor dan pengembangan lainnya untuk mengejar ketertinggalan yang terjadi selama bertahun-tahun.

Sarana transportasi yang makin bertambah, memungkinkan manusia bertemu dengan manusia dengan lebih lancar, efisien dan dengan biaya yang lebih ringan. Ini tanda bahwa manusia sebagai subyek pembangunan dikedepankan. Apa pun fasilitasnya, siapa pun yang memerintah rakyat, apa pun kegiatan yang dipilih, berapa besar dana yang dikucurkan, manusia tetap harus menjadi subyek pembangunan, dan semuanya itu bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia itu sendiri.

Maka semua ide / pemikiran, segala bentuk perencanaan, program, kegiatan, dan sarana yang didatangkan untuk pembangunan bila hasilnya justru menyengsarakan masyarakat, sebenarnya sudah bertentangan dengan tujuan dasarnya. Pembangunan yang menghasilkan ketidakadilan, kesulitan, ke'mandeg'an, ketidakberesan administrasi, menimbulkan korupsi, dan membawa ketidaktenangan hidup, sebenarnya adalah “perusakan / pembinasaan kebaikan yang ada di dalam pribadi manusia itu sendiri”. Perusakan / pembinasaan kebaikan pada pribadi manusia, sebenarnya sama dengan penyangkalan / penghinaan akan kebaikan Tuhan yang menciptakan manusia secitra / segambar dengan Dia.

Komentar

Postingan Populer