BERKAT UNTUK TANAH PAPUA

Pembaca yang budiman,

Seorang jurnalis yang bernama pak Kun dan rekan-rekannya telah menuliskan pengalaman dan pengamatannya atas realita di sebuah Kabupaten yang terpencil, dan membuat "orang buta melihat" , orang tuli mendengar apa yang ada di daerah itu. Dari deretan nama orang dan instansi yang dikirimi "informasi dan pengalaman itu", menjadi jelaslah bahwa pengalaman yang telah menjadi bearita itu, layak untuk diteruskan dan diwartakan kepada banyak orang, agar makin banyak orang"melihat realita bahwa ada "orang gila" di bumi Indonesia ini, yang berjuang untuk memajukan anak bangsa.

Moga-moga lewat pemberitaan itu, apa yang ditulis oleh Mathius dalam Injilnya: "... takjublah orang banyak itu, melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, dan orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah.." (Mat 5:31)


Cara "Gila" Membangun Indonesia:
Pengalaman dari Tolikara Pak Kun and colleagues, Salam dari Jayapura!

Kami bertiga baru saja keluar dari pedalaman Tolikara menyaksikan
Olimpiade Astronomi se Asia-Pacific. Hasilnya? Pelajar2 Indonesia menduduki
urutan ke-2 dari 9 negara, dengan perolehan 1 medali emas, 2 perak dan 4
perunggu. Korea Selatan di urutan pertama dengan 2 emas. Indonesia berada
diatas China, Rusia, Kazakshtan, Kyrgistan, Nepal, Cambodia, dan Bangladesh.
Lebih mengejutkan lagi, 3 medali perunggu Indonesia di raih oleh pelajar
asal Tolikara, kabupaten terpencil di Tolikara, yang selama ini mengalami
keterbelakangan pendidikan dan SDM. Dari Tolikara, Indonesia belajar!

Kisahnya dimulai dengan seorang "gila" bernama Yohanes Surya, pendiri Surya
Institute dan salah satu aktivis olimpiade science dunia, yang telah sukses
mempromosikan banyak anak Indonesia ke ajang olimpiade science dunia,
memprakarsai dilaksanakannya Olimpiade Astronomi Asia Pacific (APAO) di
Indonesia. Program ini ditawarkan ke berbagai pemda di Indonesia, namun
tidak ada yang tertarik. Hingga suatu hari ... Yohanes Surya ketemu dengan
seorang "gila" lainnya bernama John Tabo, orang Papua, Bupati Tolikara,
pegunungan tengah Papua, kabupaten baru yang terisolir dan hanya bisa
dicapai dengan naik pesawat kecil dari Jayapura ke Wamena disambung
berkendaraan off-road selama 4 jam, daerah dimana laki-laki tanpa celana dan
perempuan tanpa penutup dada, ditemukan dimana-mana.

John Tabo, tanpa diduga, bersedia menjadi sponsor pelaksanaan APAO di Indonesia, selain menjadi tuan rumah, dia juga mendanai seluruh biaya persiapan tim olimpiade
Indonesia yang datang dari berbagai daerah di Indonesia termasuk dari Papua,
selama 1 tahun. John Tabo membangun tempat khusus (hotel) untuk menjadi
venue olimpiade ini. Orang yang berfikir normal pasti bilang, untuk apa John
gila ini urusin Olimpiade astronomi seperti ini? bukankah masih banyak
persoalan internal kabupaten yang harus dia selesaikan? mulai dari
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan berbagai infrastruktur dasar? Cari
kerjaan dan masalah saja! John Tabo melakukan terobosan "gila".

Dana diambil dari APBD, mau dari mana lagi? Dia tidak takut BPK atau BPKP yang akan
menilainya salah prosedur. Untuk John Tabo, membangun adalah untuk rakyat,
jangan dibatasi oleh hal-hal administratif. Yang penting misi dia untuk
membangun SDM Tolikara yang mendunia dapat tercapai, dan itu "breakthrough"
untuk mengatasi kemiskinan Tolikara, tidak perlu menunggu sampai
infrastruktur jalan akses terbuka. Dikumpulkanlah 15 anak Indonesia sejak
februari 2010 di Karawaci untuk, kesemuanya "gila". 8 dari 15 anak tersebut
direkrut dari SMP/SMU Tolikara, yang semuanya memiliki kemampuan matematika
yang rendah, menyelesaikan soal matematika tingkat kelas 4 SD saja tidak
mampu. Bahkan ada yang namanya Eko, ketika ditanya 1/5 + 1/2, langsung
dijawab 1/7! Seorang anak dari Kalimantan Tengah, malah tidak diijinkan
kepala sekolah dan gurunya untuk mengikuti persiapan olimpiade ini.

Guru-gurunya mengatakan bahwa apa yang akan dia ikuti itu sia-sia saja. Dia
melawan ini dan lari dari sekolah! Ke-15 anak ini dilatih oleh pelatih2
"gila", yang tidak bosan dan kesal melatih anak-anak ini. Dalam 10 bulan
ke-8 anak Tolikara ini mampu mengerjakan problem matematika paling sulit
yang diajarkan pada tingkat terakhir SMA atau tingkat awal universitas.
Pendekatan mengajarnya juga "gila". Astronomi adalah kumpulan dari
berbagai ilmu science: matematika, fisika, kimia dan biologi menjadi satu
mempelajari fenomena jagad raya. Ini juga ilmu gila. Bayangkan seorang anak
seperti Eko dari pedalaman Tolikara dapat menjadi salah seorang anak
terpandai dibidang astronomi didunia hanya dalam waktu 10 bulan??!!

Urusan ijin ternyata juga "gila-gilaan". Ternyata even APAO ini tidak diakui oleh
Kemdiknas. Akibatnya, untuk mendatangkan peserta luar negeri, tidaklah
mungkin mendapatkan fasilitas visa dari negara. Pake prosedur normal ijin
dari Pemerintah cq Mendiknas tidak keluar. Entah gimana ceritanya ... Surya
Institute akhirnya bertemu dengan seorang "gila" dari UKP4. Orang inilah
yang mengetok Menteri Diknas, sehingga kemdiknas mau mengeluarkan ijin. Lalu
orang ini memfasilitasi ijin visa disaat-saat terakhir, ketika semua sudah
pasrah, bahkan orang ini mempertemukan anak-anak Indonesia dengan wakil
presiden RI. Orang normal mungkin akan berfikir, apa urusannya astronomi
dengan wapres??!! Lalu siorang gila dari UKP4 ini menugaskan 3 orang
anggotanya yang kebetulan juga "agak gila" untuk datang menghadiri kegiatan
olimpiade di Tolikara.

Jadilah 3 orang itu sebagai satu2nya unsur pemerintah pusat dalam even Olimpiade di Tolikara. Lalu 3 orang ini membawa-bawa nama Wakil Presiden RI dan Kepala UKP4 untuk memotivasi anak2. Dalam percakapan hati ke hati dengan 15 orang anak, semalam sebelum pengumuman, tidak kurang 7 orang anak terharu menangis, melihat begitu besarnya perhatian pemerintah RI kepada mereka, sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan dari pemerintah di Jakarta selama 10 bulan mereka di godok di Karawaci. Datang dan duduk bersama dengan mereka, ternyata lebih dari segalanya bagi anak-anak ini.

Anak-anak Tolikara begitu terharu, menangis terisak, melihat ada orang
Jakarta mau datang melihat mereka di Tolikara. Apa hasil dari semua kegilaan
ini? Selain perolehan medali-medali diatas: 1. Indonesia dikenal lewat
Tolikara! Tolikara, meskipun tidak dikenal Indonesia, namun telah
membuktikan kepada dunia bahwa dari tempat yang sedikit sekali dijamah
pembangunan, bisa lahir juara-juara olimpiade science, yang akan
mengharumkan nama Indonesia ditingkat dunia, 2. Tolikara mulai membenahi
sumber daya manusianya menuju SDM berkualitas dunia. Hasil olimpiade ini telah memotivasi semua anak Tolikara bahwa keterbatasan fisik dan fasilitas bukanlah halangan bagi anak Tolikara untuk menjadi SDM terbaik dunia. 8 anak Tolikara yang bersaing ditingkat dunia menjadi saksi hidup bahwa SDM Tolikara dapat bersaing ditingkat dunia.

3. Tolikara membuktikan bahwa mereka dapat membangun "lebih cepat" jika cara berfikir "gila" ini diterapkan. Hanya dengan cara gila seperti ini pembangunan Papua dapat dipercepat. 4. Kita perlu "A Tolikara Approach" untuk sebuah percepatan
pembangunan Papua! Pesan moral dari kisah ini: jadilah orang gila untuk
membangun Indonesia lebih baik! Never underestimate things! Kesempatan ke
Tolikara telah memberikan pelajaran berharga bagi saya. Belajar tidak harus
selalu dari tokoh dunia. Dari seorang anak SMP yang tidak pernah
diperhitungkan di pelosok Tolikara, kita dapat belajar untuk berbuat yang
terbaik bagi Indonesia dan dunia.


Deretan panjang para penerima infomasi ini, saya "copy" di bawah ini. Hal ini saya maksudkan untuk menunjukkan bahwa telah banyak orang yang membaca, mendengar, dan "melihat realitas di Tolokara".

From: pendidikan_katolik@yahoogroups.com
[mailto:pendidikan_katolik@yahoogroups.com] On Behalf Of pormadi.simbolon@ymail.com
Sent: Tuesday, December 07, 2010 10:21 PM ; To: Pendidikan Katolik group
Subject: [pendidikan_katolik] Fw: [aipi_politik] Cara "Gila" Membangun
Indonesia (Belajar dari Tolikara, Papua)

From: Satrio Arismunandar Sender: AIPI Politik group ; To: news Trans TV ; To: kampus tiga ; To: AIPI Politik group ; To: ex menwa UI 2 ; To: HMI Kahmi Pro Network ; To: technomedia ; To: jurnalisme ; To: sastra pembebasan ; To: Pers Indonesia ; To: ppiindia ; To: nasional list

Reply To: AIPI Politik group
Subject: [aipi_politik] Cara "Gila" Membangun Indonesia (Belajar dari
Tolikara, Papua) Sent: Dec 7, 2010 21:31

From: Ratih Poeradisastra Date:
Saturday, December 4, 2010, 11:49 AM Subject:


Ada yangmemberikan pendapatnya:

Lha aku setuju banget, ketika mau mendirikan YUPP juga dianggap gila...semakin banyak yang gila seperti ini, rasanya Indonesia semakin menjadi lebih baik ?

Regards, G Hidayat Tjokrodjojo, Powered by Telkomsel BlackBerry®

Alat teknologi komunikasi yang makin canggih, yang disebut BlackBerry dipergunakan Bapak G.Hidayat Tjokrodjojo untuk turut mempercepat penyebaran warta "agar makin banyak orang yang melihat, yang tuli mendengar periwtiwa yang mengagumkan itu". Luar biasa dan perlu diberikan apresiasi atas tindakan positif ini.

DAn mereka yang mengelola email juga memberikan catatan penting:

Dalam mengirim email atau membalas posting (reply) mohon disebutkan NAMA
jelas dan LEMBAGA/ORGANISASI/KOMUNITAS/PAROKI dan KOTA dimana Anda sekarang berada.

Saya berpendapt bahwa "kejujuran dan ketulisan dari penulisnya, amat perlu dikedepankan". Tulisan tanpa nama / "surat kaleng" dapat menjadi skandal yang menurunkan martabat manusia. Di sisi lain, tulisan yang jujur dan tulus itu dibuat agar umat manusia makin menyadari bahwa Tuhan itu mahaadil dan mahabesar. Dia melengkapi semua orang. Betapa luhurnya dan mengagumkan Dia, bahwa untuk menunjukkan kebesaran-Nya, Dia mengundang kita manusia untuk berpartisipasi dalam karya besar itu. Baik manusia dan alat-alat yang ada, adalah sarana untuk menghantar manusia makin bersyukur kepada-NYa.

Melalui tulisan dan blog ini, saya mau menguapkan terima kasih kepada bapak Kun dan rekan-rekan yang elah berkunjung ke Tolikara dan telah membukakan "mata dan hati para pembaca di mana pun mereka berada" bahwa di tempat terpencil di tanah Papua, ada mutiara yang telah dihargai dunia. Tuhan telah membuat anda menjadi saluran berkat bagi sesama manusia, khususnya manusia di bumi Papua.

Komentar

Postingan Populer