MENYONGSONG HARI IBU - 22 DESEMBER

Pembaca yang budiman,

Peranan kaum perempuan dalam kehidupan ini, baik di keluarga, di masyarakat, dalam pekerjaan baik berat maupun ringan, tidak bisa dipungkiri. Tanpa mereka, kehidupan ini tidak seindah seperti yang kita rasakan dan kita alami. Kalau direnung-renungkan, diamati dan disoroti dengan lebih tajam, amat nyata bahwa peran mereka tidak selalu di posisi depan, malah lebih sering di belakang dan tanpa gembar-gembor, namun sungguh tidak gantikan oleh apapun.
Di kebun, di sawah, di ladang, di rumah, di kantor di bis, di kapal, sampai di ruang angkasa, perempuan bisa andil dan turut berperan. Maka, bila kaum laki-laki mengakui peran ini, dan mengucap terima kasih kepada kaum perempuan, serta memberikan penghargaan kepada mereka, itu sudah sepantasnya. Bila setiap tahun penghargaan itu ditetapkan dengan adanya 1 hari untuk mereka, ini juga bukan suatu yang berlebihan. Tanggal 22 Desember merupakan hari untuk menunjukkan penghargaan, simpati, dan ucapan terima kasih kepada kaum perempuan yang telah “menghadirkan kehidupan, memelihara, dan memperjuangkan kehidupan dan hak-hak hidup umat manusia” di dunia ini.

Penulis, melalui tulisan ini mengangkat dan menyebarluaskan kepada anda semua, kegiatan kaum perempuan di Merauke, agar sesama mereka makin berdaya, dan mengalami kegembiraan dan kebahagiaan hidup. Apa yang mereka lakukan ? Wartawan Arafura News, tanggal 3 Desember melaporkan kegiatan kaum perempauan itu, sbb:

Dalam rangka menyongsong peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember, serta menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2011, para Suster Bunda Hati Kudus (PBHK) bersama ibu-ibu kelompok lingkungan St. Cornelis dan Pemerhati Perempuan dan Anak, mengadakan kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Salah satu kegiatan tersebut dilaksanakan Kamis, 2 Desember, di Jalan Kalimantan (Kompleks Belakang RSUD) Merauke.

Peserta pelatihan adalah ibu-ibu dari lingkungan sekitar. Mereka diberikan pelatihan tentang teknik pembuatan kue, yang dapat dimanfaatkan sebagai penambah pendapatan keluarga. Selain itu, juga dilakukan penyuluhan tentang Kekerasan Dalam RUmah Tangga (KDRT), dan perilaku hidup yang baik untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS.
Tim Fasilitator yang medatangi kelompok ibu-ibu tersebut berasal dari Tarekat PBHK yaitu Sr. Zebastiana Nowan, Sr. Dionesia dan Sr. Anastasia. Hadir juga pemerhati perempuan dan anak Evi Sawaki. “Ini karena penggilan hati,” ungkap Evi Sawaki di lokasi kegiatan siang itu.

Ia menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan pelimpahan berkat dari Tuhan untuk disebarluaskan kepada masyarakat lain. Dirinya dalam kapasitas sebagai perhati perempuan hanya bisa melakukan seadanya, karena ada pihak-pihak yang sebenarnya bertanggung jawab akan perbaikan kualitas hidup masyarakat di sudut-sudut kota seperti lokasi pelatihan tersebut. Namun dengan keterbatasan materi dan tenaga yang dimiliki, para pemerhati tetap berusaha berbuat sesuatu.

Kegiatan yang dikemas sederhana itu bertujuan untuk memberikan motivasi dan dorongan moral kepada ibu-ibu setempat untuk dapat membangun diri, keluarga maupun lingkungan dimana mereka tinggal. Dengan kemandirian itu, ibu-ibu setempat diharapkan dapat mencari jalan keluar apabila menghadapi permasalahan keluarga.

Dalam arahnya, Evi Sawaki berharap agar para ibu rumah tangga dapat menjadi pendamping suami sebagai pondasi keluarga, penolong dan pendidik anak-anak, penasehat yang bijak, serta pendoa bagi keluarga. Ungkapan senada juga disampaikan Sr. Sebastiana Nowan. Menurutnya, dalam menyongsong Natal dan tahun baru, kebersihan lingkungan juga penting untuk dijaga, sebab berhubungan erat dengan masalah kesehatan. Untuk itu dalam rangkaian kegiatan bersama kelompok ibu-ibu kompleks belakang RS Merauke, dilakukan juga penyuluhan kesehatan, kegiatan olahraga, doa bersama, latihan koor dan misa peringatan pada Hari Ibu Tanggal 22 Desember 2010 mendatang.

Ia berharap kegiatan sejenis dapat dilakukan bersama-sama dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini dilakukan, karena pihaknya dari unsur keagamaan, tidak bisa bekerja sendiri untuk peningkatan kapasitas masyarakat. Demikian juga dengan pemerintah ataupun pihak swasta. Perlu kolaborasi dari semua pihak untuk membantu permasalahan perempuan dan anak-anak, khususnya di Merauke.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, buku Kejadian 3: 20 dikatakan "Manusia itu (Adam) memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup". Kata-kata kitab suci itu memang tidak sering dibacakan di rumah-rumah ibadah, jarang kita dengar di RRI, jarang juga kita baca di koran-koran. Jarang juga ungkapan itu diberitakan via stasiun TV yang makin banyak jumlahnya di tanah air ini. Namun, secara tersirat di mana ada kehidupan, di sana ada peran kaum perempuan. Di mana ada gerak yang membela kehidupan, di sana kaum perempuan menjadi tokohnya, baik langsung maupun tidak langsung.

Maka, segala macam bentuk kekerasan, ketidakadilan, hukuman, dan perlakuan yang mengancam kehidupan, sebenarnya adalah perlawanan dan pengkhianatan kepada kehidupan. Dan segala macam bentuk pengingkaran atas kehidupan, sesungguhnya merupakan penghinaan atas peran kaum perempuan (kaum ibu) yang menghadirkan kehidupan. Karena surga terletak di telapak kaki ibu, pengingkaran dan pengkhianatan atas kehidupan, artinya si pelaku pelanggaran menjauhkan diri "kerahiman ibu". Ia jauh dari suasana surga, dan pada gilirannya menjauhkan diri dari Pemilik dan Pemberi Kehidupan ( Allah ).

Komentar

Postingan Populer