SUKACITA 3 SUSTER ALMA

Tiga orang suster: Sr. Fransiska, Sr. Fina dan Sr. In dari Asosiasi Lembaga Misionaris Awam (ALMA), mengambil waktu khusus untuk "Penyegaran dan mengalami kesetiaan Allah" dalam retret selama 3 hari di Rumah Bina St. Fransiskus Xaverius Merauke. Acara rohani itu berlangsung dari tanggal 11 - 14 Oktober 2010 dan dipimpin oleh Mgr Niko Adi msc dengan tema: "Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10).

Dalam kesehariannya, mereka tinggal, hidup dan merawat anak-anak cacat. Hampir seluruh waktu mereka dihabiskan untuk pelayanan kepada anak-anak yang amat tergantung kepada mereka. Setiap suster mengasuh 2 orang anak cacat. Maka, betapa banyak waktu dan perhatian, kasih sayang dan pengorbanan yang didapat oleh tiap-tiap anak. Mereka menjadi ibu dan perawat bagi anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian cukup dari orangtua mereka ketika mereka masih ada di rumah masing-masing.

Sebagai manusia, ketiga suster itu pun bergulat dengan diri sendiri untuk tetap setia, sabar, siap melayani, rela disakiti, dan baju / tangan mereka rela "dikotori" oleh anak-anak asuh mereka. Capek, mengantuk, kesepian, kerja sendirian, dan stress adalah santapan dan bagian dari hidup dan pelayanan mereka. Mereka pun rindu untuk bisa dimengerti, disapa, diakui dan didengarkan. Tidak jarang mereka pun berjuang untuk menomorsatukan pelayanan, daripada memenuhi harapan dan kebutuhan mereka sendiri.

Retret adalah saat yang baik untuk menemukan kembali kekuatan dan mengambil waktu untuk menata kembali "Hidup dan Harapan" yang mungkin sudah mulai melemah akibat kegiatan harian yang menyita waktu mereka. Retret adalah saat yang baik untuk membaharui lagi komitmen dan relasi dengan Allah yang mulai kendor dan dingin.

Ternyata, dalam retret itu mereka mengalami pula bahwa melalui pelayanan kepada anak-anak cacat pun mereka melihat dan mengalami kasih sayang Allah yang begitu besar. "Saya ini siapa, sehingga dipercaya Tuhan untuk turut menyalurkan berkat Tuhan kepada mereka itu. Saya merasa amat bahagia ketika melihat anak-anak asuh saya bisa makan sendiri, bisa mengucapkan satu kata, dua kata, dan memanggil namanya sendiri. Saya juga mengalami kebahagiaan begitu besar, bahwa anak-anak itu bisa makan, bisa tidur dengan nyenyak, dan sehat-sehat. Apalagi, ketika mereka sudah bisa mandi sendiri, makan sendiri, kegembiraan saya tidak bisa dilukiskan".

Retret selain merupakan saat untuk berjumpa dengan Allah, menggali dan menerima kekuatan-Nya, juga merupakan saat untuk mengucap syukur. Anak-anak cacat bukanlah penghalang / penghambat turunnya rahmat Allah bagi mereka, sebaliknya melalui mereka para suster itu diteguhkan, disemangati dan dimurnikan. Anak-anak itu bahkan menjadi guru yang baik yang membuat mereka lebih sabar, lebih rendah hati, lebih rela mengalah dan siap melayani.

Sesudah sekian tahun melayani mereka, ketiga suster itu berani memberikan kesaksian bahwa anak-anak cacat itu jauh lebih mudah diasuh dan dibina daripada anak-anak yang normal. Memang pada awalnya sulit dan butuh pengorbanan besar, namun setelah mengenal mereka, mereka jauh lebih santun, lebih tulus dan lebih mudah diarahkan daripada mereka yang bertalenta banyak, kecukupan dan tidak cacat.

Maka setelah retret, mereka terdorong untuk makin menjadi alat Tuhan bagi orang-orang yang sakit dan cacat, agar mereka pun dapat hidup dan hidup dalam kelimpahan rahmat dan kesejahteraan di dunia ini.

Proficiat untuk ketiga suster, dan berbahagialah orang yang dengan sukacita melayani sesama yang membutuhkan pertolongan, khususnya mereka yang sakit dan cacat.

Komentar

Postingan Populer