GARAM DAN MINYAK TANAH
PSP, 22 April 2010 memuat berita menarik. Kadis P dan P Kabupaten Merauke, Patar Simanjuntak, yang sudah makan garam berkarya di pedalaman Merauke mengaku bahwa tantangan yang dihadapi para guru yang bertugas di daerah-daerah yang sulit transportasi dan medannya berat itu, mencari garam dan minyak tanah saja susah.
“Saya lama mengabdi di pedalaman Merauke. Kami mencari garam dan minyak tanah saja susah. Jadi, saya sebagai Kepala Dinas sudah pernah merasakan pahit getirnya mengabdi di daerah yang transportasi dan medannya sulit. Kalau ada guru-guru yang tidak betah mengabdi di daerah seperti ini bisa dipahami”.
Dia menyebutkan selain tantangan tersebut, guru-guru yang mengabdi di setiap SD di pedalaman Merauke dan para aparat Distrik serta petugas keamanan menghadapi tingkat kemahalan kebutuhan hidup sehari-hari. “Harga kebutuhan sehari-hari, seperti beras, garam, minyak tanah, rokok dan sabun mandi, harganya dua kali lipat dan kadang-kadang tiga kali lipat, “ujarnya. Untuk mengatasi kondisi seperrti ini dibutuhkan kebijakan khusus bagi guru-guru dan aparat distrik yang bertugas di pedalaman Merauke yaitu diperhatikan insentifnya.
“Saya mau usulkan bahwa guru-guru yang bertugas di pedalaman Merauke diberi tunjangan khusus atau insentif yang tinggi. Solusi seperti ini saya kira bisa mengatasi masalah guru-guru yang sering kali meninggalkan tempat tugasnnya. Saya akui memang ada guru-guru yang tidak memiliki hati nurani untuk mengabdi di daerah ini, “akunya.
Bagai gayung disambut pernyataan Patar Simanjutak ini sependapat dengan apa yang dikatakan Wakil Ketua DPRD Merauke, Matheus Liem Gebze sebagaimana dilansir media ini, Rabu (21/4). Dia mengatakan pihaknya bersama anggota dewan yang lain akan mengupayakan semua PNS yang bertugas di Pedalaman Merauke diberi tunjangan khusus atau insentif yang tinggi. Tujuan memberikan insentif yang tinggi bagi PNS itu menurut Liem Gebze supaya mereka betah dan semangat melayani masyarakat di pedalaman Merauke. “Saya akan meyakinkan anggota dewan yang lain supaya bersama-sama memperjuangkan insentif yang tinggi bagi PNS yang bertugas di pedalaman Merauke, “katanya.
“Saya lama mengabdi di pedalaman Merauke. Kami mencari garam dan minyak tanah saja susah. Jadi, saya sebagai Kepala Dinas sudah pernah merasakan pahit getirnya mengabdi di daerah yang transportasi dan medannya sulit. Kalau ada guru-guru yang tidak betah mengabdi di daerah seperti ini bisa dipahami”.
Dia menyebutkan selain tantangan tersebut, guru-guru yang mengabdi di setiap SD di pedalaman Merauke dan para aparat Distrik serta petugas keamanan menghadapi tingkat kemahalan kebutuhan hidup sehari-hari. “Harga kebutuhan sehari-hari, seperti beras, garam, minyak tanah, rokok dan sabun mandi, harganya dua kali lipat dan kadang-kadang tiga kali lipat, “ujarnya. Untuk mengatasi kondisi seperrti ini dibutuhkan kebijakan khusus bagi guru-guru dan aparat distrik yang bertugas di pedalaman Merauke yaitu diperhatikan insentifnya.
“Saya mau usulkan bahwa guru-guru yang bertugas di pedalaman Merauke diberi tunjangan khusus atau insentif yang tinggi. Solusi seperti ini saya kira bisa mengatasi masalah guru-guru yang sering kali meninggalkan tempat tugasnnya. Saya akui memang ada guru-guru yang tidak memiliki hati nurani untuk mengabdi di daerah ini, “akunya.
Bagai gayung disambut pernyataan Patar Simanjutak ini sependapat dengan apa yang dikatakan Wakil Ketua DPRD Merauke, Matheus Liem Gebze sebagaimana dilansir media ini, Rabu (21/4). Dia mengatakan pihaknya bersama anggota dewan yang lain akan mengupayakan semua PNS yang bertugas di Pedalaman Merauke diberi tunjangan khusus atau insentif yang tinggi. Tujuan memberikan insentif yang tinggi bagi PNS itu menurut Liem Gebze supaya mereka betah dan semangat melayani masyarakat di pedalaman Merauke. “Saya akan meyakinkan anggota dewan yang lain supaya bersama-sama memperjuangkan insentif yang tinggi bagi PNS yang bertugas di pedalaman Merauke, “katanya.
Komentar