KEKOMPAKAN DAN KERELAAN
Saya sajikan tulisan ini untuk anda. Semoga ada butir-butir mutiara iman, yang dapat anda temukan di dalamnya. Selamat menikmati isinya.
Dalam Kis 12: 24 - 13: 5a diceritakan perjalanan dan
pelayanan para rasul, para nabi dan pengajar, suasana para beriman yang sudah
tersebar luas di banyak wilayah bangsa-bangsa non Yahudi, pada saat itu. Di
Anthiokia mereka jumlahnya lumayan banyak, berasal dari pelbagai wilayah, dan
hidup dalam kasih karunia Allah. Mereka hidup rukun, sehati dan sejiwa. Maka,
tidak mengherankan bahwa merekalah yang pertama kali disebut kristen.
Kesatuan dengan pusat (Petrus dan rasul-rasul di Yerusalem)
tetap dipertahankan. Hal itu dicatat dengan jelas dan diwartakan oleh Lukas
(penulis Kisah Rasul-rasul) bahwa Paulus dan Barnabas baru kembali dari
Yerusalem. Mereka memberi teladan bahwa kesatuan dan kekompakan para petinggi /
tokoh agama / tokoh masyarakat / ketua jemaat dan umat keseluruhan amat
penting.
Mereka juga memberi teladan bahwa meskipun mendapat karunia
khusus untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa kafir, Paulus tetap rendah hati.
Dia mau datang ke Yerusalem untuk lapor diri, silaturahmi dan sharing tentang pengalaman
iman dan perkembangan umat yang dilayani.
Mereka juga memberi teladan bahwa karya memang penting, namun di
atas semua itu, mereka sadar dan memutuskan bahwa kesatuan dan kerukunan
antar pemimpin jemaat, saling mdukung dan menghargai karunia masing-masing,
saling mendukung dan rela berkorban demi kesejahteraan dan ketenteraman hidup
umat Allah, mempersembahkan ujud-ujud bagi kedamaian hati baik gembala maupun
umatnya, merupakan hal yang mereka nomorsatukan.
Tanda nyata bahwa umat hidup rukun, penuh kasih karunia dan
tumbuh dewasa adalah mereka merelakan pimpinan mereka yang mereka cintai dan mereka
banggakan pergi melayani umat beriman di wilayah lain. Mereka bahkan mendoakan
dan menumpangkan tangan kepada Paulus dan Barnabas. Secara fisik mereka jauh,
namun secara rohani, moril dan sosial mereka tetap bersatu.
Apa yang terjadi pada umat perdana berlaku juga bagi kita.
Kekompakan, kerukunan, saling mendukung dan berkorban, saling memahami dan
memaafkan, saling mengunjungi, melepaskan "gengsi yang melekat karena
jabatan, tahbisan, karunia khusus" .. bagi para pelayan umat (uskup,
romo, bruder, suster dan frater), pro diakon, ketua / anggota dewan dan
umat Allah, wajib tetap diutamakan.
Umat Allah juga perlu merelakan dan melepaskan imam-imam,
bruder, suster, frater yang mrk kenal dan mrk cintai, JUGA ANAK KANDUNG,
KEMENAKAN, ORANG DEKAT YANG MAU JADI IMAM ATAU MASUK BIARA dengan
sukacita untuk melayani umat di tempat lain.
Harta, tahta dan kenikmatan duniawi ( sex, alkohol, narkoba,
judi, sabung ayam, games, makan minum, kebut-kebutan di jalan, dll ) sering
kali menjadi penghalang bagi kita semua untuk rukun bersatu, berkomunikasi dari
hati ke hati, berlaku kudus dan rendah hati di hadapan Tuhan dan
sesama.
Yesus hadir di dunia ini, karena diutus BapaNya. Maka Dia juga
menyerahkan semua pekerjaanNya, kpd BapaNya: "Aku datang bukan karena
kehendak-Ku sendiri, tetapi kehendak Dia yang mengutus Aku". "Barang
siapa percaya keada-Ku, ia percaya bukan kepada-Ku, tetapi kepada Dia yang
telah mengutus Aku".
Para utusan Yesus pun hendaknya bekerja bukan untuk mengejar
kemuliaan namanya sendiri, melainkan untuk keselamatan umat Allah... umat yang
dipercayakan Allah kepadanya. Kalau demikian, Sabda Yesus: "siapa yang kehilangan
nyawanya karena Aku, akan memperolehnya..." adalah pahala yg
akan diterimanya.
Komentar