FILIPUS PERGI KE SAMARIA
PEMBACA
YANG BUDIMAN
Akhir-akhir
ini, saya mengisi waktu pribadi saya dengan menulis renungan yang bersumber
dari bacaan kitab suci menurut kalender liturgi 2020. Tentu di sana – sini, ada
pengalaman-pengalaman pribadi, dan pengalaman iman saudara-saudari yang pernah saya
baca di majalah rohani, atau di sumber-sumber lain. Semoga anda mendapatkan
mutiara iman di dalam tulisan ini. Selamat menikmati.
Lukas
dalam Kis 8: 5-8. 14-17 mencatat bahwa ketika terjadi penganiayaan di
Yerusalem, Filipus pergi ke Samaria dan mewartakan Mesias kepada masyarakat
setempat. Karena melihat tanda2 yg dikerjakannya, mereka menerima apa yang
diajarkan Filiphus dengan sebulat hati.
Petrus
dan Yohanes mengunjungi mereka, mendoakan mereka supaya menerima Roh Kudus. Kemudian,
kedua rasul itu menumpangkan tangan atas orang-orang itu dan mereka menerima
Roh Kudus.
Apa
yang dilakukan Petrus dan Yohanes itu, dasarnya adalah janji Yesus sendiri:
"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu. Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, yaitu Roh Kebenaran, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. Barang
siapa mengasihi Aku, dia akan dikasihi BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia,
dan akan menyatakan diriKu kepadanya" (Yoh 14: 15- 21). Mereka
melakukan pelayanan itu dengan lemah lembut dan hormat , dan dengan hati murani
yg murni".
Atas
apa yang dilakukan para rasul itu "sangat besarlah sukacita umat di kota
itu".
Hikmah
yg bisa kita petik:
1.
Kesulitan, penolakan, pengusiran
atau penolakan ajaran tentang Kristus, ternyata menjadi benih yg subur
bagi tumbuhnya umat baru baik di tempat itu maupun di tempat lain.
2.
Janji Yesus "memberikan
Penolong yg lain (= Roh Kudus / Roh Penghibur / Roh Kebenaran),dan
mukjizat2 yg menyertainya akan terlaksana bila SEMUANYA DILAKSANAKAN ATAS DASAR
KASIH, DG HORMAT DAN LEMAH LEMBUT, DAN DG HATI NURANI YG MURNI bukan atas
dasar jabatan, atau nafsu akan kekuasaan, uang, atau kenikmatan
duniawi".
3.
Kalau memang Roh Kudus yang
bekerja, buah-buah yang muncul adalah sukacita, damai sejahtera, kerukunan dan
persaudaraan. Buah-buah rohani itu,
dialami bukan hanya oleh para pelayan (imam, katekis, prodiakon, dewan paroki)
saja tetapi juga seluruh umat dan masyarakat pada umumnya.
4.
Bila yang timbul adalah
pertengkaran dan perselisihan, yang diwartakan adalah diri sendiri, ambisi
dirinya / kelompoknya yang sumbernya adalah kuasa kegelapan.
Komentar