OLEH-OLEH NATAL ( I )
YAKOBUS BABOLETA adalah seoerang frater - calon imam projo Keuskupan Agung Merauke. Dalam rangka mengisi liburan semester, dia diberi kesempatan untuk mengenal situasi umat di paroki Muting sambil mengadakan pelayanan natal kepada umat beriman di stasi Selow. Inilah sharingnya:
Natal tahun ini menjadi Natal yang sangat mengembirakan bagi saya, Natal kali ini saya memperoleh banyak pengalaman baru dalam hidup saya, datang ke Keuskupan sendiri dan mengadakan asistensi di sini. Dari semua pengalaman itu saya sadar bahwa saya tak sendirian menjalani panggilan saya ini ada banyak orang yang mendampingi saya, banyak pula yang menantikan dan mengharapkan kehadiran saya di sini, saya meresa semakin kuat dan sedikit mengetahui apa yang perlu saya persiapkan di bangku pendidikan saya, banyak hal yang saya dapatkan. Natal tahun ini memberikan gambaran yang baru lagi juga pencerahan tersendiri bagi saya akan apa yang akan saya hadapi di masa mendatang. Ketika saya menjalankan asistensi saya di paroki muting kali ini saya mempelajari beberapa hal antara lain :
Kesabaran :
Banyak kali sebagai seorang Frater saya kurang sabar menjalankan sesuatu, terburu- buru dan malas untuk menanti terlalu lama, cepat putus asa dan tidak terlalu sabar menghadapi persoalan. Namun di sini saya belajar untuk sabar. Keadaan tempat atau stasi yang sulit dijangkau membuat saya harus belajar untuk lebih sabar. Ditambah lagi dengan keadaan umat yang saya kunjungi tersendiri itu mengajarkan saya untuk sabar menjalani hidup ini, sabar dengan segala kekurangan, keadaan dan berusaha menyesuaikan diri dengan tempat saya berada. Dan sesuai dengai itu suatu yang perlu dicontah adalah ketika para ibu yang memancing sabar menunggu hingga akhirnya mendapat ikan yang dapat digunakan untuk makan, saya pun harus sabar dalam perjuangan saya dalam segala halangan dan rintangan yang menerpa. Mencontohi teladan satu satunya yaitu Yesus yang sabar menanggung derita-Nya untuk keselamatan kita manusia.
Kesetiaan :
Menjalani panggilan ini kesetiaan terhadap Tuhan menjadi yang utama. Tentang kesetiaan terhadap Tuhan dan juga terhadap sesama dalam segala hal sangatlah dibutuhkan dari hal yang paling kecil hingga hal-hal yang besar, dan tentang kesetiaan ini pengalaman Natal tahun ini menunjukan kepada saya bagaimana menjadi orang yang setia. Orang-orang yang saya jumpai di sana (Paroki Muting ) menunjukanya secara baik, terutama para Dewan Paroki yang selalu sedia setiap saat bersama sama berkeliling untuk mengunjungi dan menyampaikan kabar suka cita. Saya yang kadang kurang setia terhadap Tuhan dan juga sesama merasa tertantang sebagai seorang frater untuk hidup lebih setia dalam segala hal yang di mana dari kesetiaan itu saya dapat memperoleh suatu hal yang baik di bangku pendidikan dan juga disaat saya berada di tengah umat.
Pengorbanan
Tentang hal ini sosok pak Niko dan Pak Kasim menjadi teladan yang sangat baik dan yang sangat menarik perhatian saya, keduanya telah menemani perjalanan kunjungan ke stasi stasi dengan iklas hati, berkorban waktu dan tenaga juga kebersamaan dengan keluarga serta usaha pribadi. Semuanya agar dapat menemani rombongan dalam perjalanan hal ini menjadi motifasi yang besar bagi saya dimana ketika umat begitu besar pengorbanannya bagi saya, apa yang akan saya berikan kepada mereka? Di sini saya berpikir bahwa mereka berbuat demikian karena betul-betul membutuhkan Imam-imam untuk melayani mereka, dan untuk memuliakan Tuhan yang menjadi kerinduan umat di keuskupan saya ini. Melihat pengorbanan umat di stasi yang saya kunjungi saya juga mau berkorban bagi mereka dengan mengurangi waktu istirahat dan berekreasi untuk semakin banyak belajar dan berdoa serta menambah waktu untuk hal-hal yang di kemudian hari bisa bermanfaat untuk pelayanan saya kepada mereka.
Perjuangan :
Banyak hal telah saya pelajari dari pengalaman saya saat asistensi di Paroki Muting terutama bersama umat di stasi Selaow, melihat perjuangan umat begitu besar dalam hidup mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap hari dan juga berjuang untuk menyekolahkan anak-anak mereka, tidak hanya itu mereka juga berjuang agar dapat menyumbangkan sesuatu bagi Gereja terutama berupa derma-derma. Umat yang hidup sangat sederhana berjuang bagi kehidupan Gereja yang mana hasil perjuangan mereka, hasil jerih payah mereka pula yang disumbangkan untuk saya menjalankan pendidikan atau makan minum saya sebagai seorang frater calon imam bagi keuskupan Agung Merauke ini.
Melihat perjuangan itu saya yang hidup dari hasil perjuangan umat ingin berjuang pula membalas apa yang mereka beri untuk saya dan jalan satu satunya hanyalah dengan menjadi seorang imam untuk keuskupan ini, berjuang untuk menjawabi panggilan saya dan juga berjuang untuk mejawabi keinginan umat yang saya kunjungi itu. Benyak hal memang berat tetapi perjuangan saya menjadi imam tidaklah ringan pula, untuk itu saya ingin selalu berjuang memberikan yang terbaik kepada keuskupan, kepada umat dan yang terutama saya menjadi yang terbaik dagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Kerinduan
Semua orang mempunyai kerinduan-kerinduan tersendiri dalam diri dan hidup mereka untuk hal-hal tertentu, dan pada kesempatan kunjungan ini secara pribadi saya merasa dan mengetahui apa yang menjadi kerinduan umat di Stasi saya ini. Suatu kerinduan yang panjang menantikan di mana suatu saat seorang imam akan memimpim Ekaristi bagi mereka setiap minggunya dan melayani mereka dalam hal kerohanian mereka, kerinduan mereka ini diungkapkan kepada saya dan saat itulah kerinduan saya untuk melayani sebagai seorang imam semakin dikuatkan. Kerinduan umat akan hadirnya para imam di tengah-tengah mereka ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya, berusaha sekuat mungkin menjawabi kerinduan kerinduan mereka yang adalah kerinduan dan cita-cita saya.
Semoga hasil renungan tersebut juga memberikan butir-butir mutiara iman bagi anda, di mana pun anda berada. Semoga mutiara-mutiara tersebut akan menghasilkan "manusia-manusia pembangun kerajaan Allah di dunia ini".
Natal tahun ini menjadi Natal yang sangat mengembirakan bagi saya, Natal kali ini saya memperoleh banyak pengalaman baru dalam hidup saya, datang ke Keuskupan sendiri dan mengadakan asistensi di sini. Dari semua pengalaman itu saya sadar bahwa saya tak sendirian menjalani panggilan saya ini ada banyak orang yang mendampingi saya, banyak pula yang menantikan dan mengharapkan kehadiran saya di sini, saya meresa semakin kuat dan sedikit mengetahui apa yang perlu saya persiapkan di bangku pendidikan saya, banyak hal yang saya dapatkan. Natal tahun ini memberikan gambaran yang baru lagi juga pencerahan tersendiri bagi saya akan apa yang akan saya hadapi di masa mendatang. Ketika saya menjalankan asistensi saya di paroki muting kali ini saya mempelajari beberapa hal antara lain :
Kesabaran :
Banyak kali sebagai seorang Frater saya kurang sabar menjalankan sesuatu, terburu- buru dan malas untuk menanti terlalu lama, cepat putus asa dan tidak terlalu sabar menghadapi persoalan. Namun di sini saya belajar untuk sabar. Keadaan tempat atau stasi yang sulit dijangkau membuat saya harus belajar untuk lebih sabar. Ditambah lagi dengan keadaan umat yang saya kunjungi tersendiri itu mengajarkan saya untuk sabar menjalani hidup ini, sabar dengan segala kekurangan, keadaan dan berusaha menyesuaikan diri dengan tempat saya berada. Dan sesuai dengai itu suatu yang perlu dicontah adalah ketika para ibu yang memancing sabar menunggu hingga akhirnya mendapat ikan yang dapat digunakan untuk makan, saya pun harus sabar dalam perjuangan saya dalam segala halangan dan rintangan yang menerpa. Mencontohi teladan satu satunya yaitu Yesus yang sabar menanggung derita-Nya untuk keselamatan kita manusia.
Kesetiaan :
Menjalani panggilan ini kesetiaan terhadap Tuhan menjadi yang utama. Tentang kesetiaan terhadap Tuhan dan juga terhadap sesama dalam segala hal sangatlah dibutuhkan dari hal yang paling kecil hingga hal-hal yang besar, dan tentang kesetiaan ini pengalaman Natal tahun ini menunjukan kepada saya bagaimana menjadi orang yang setia. Orang-orang yang saya jumpai di sana (Paroki Muting ) menunjukanya secara baik, terutama para Dewan Paroki yang selalu sedia setiap saat bersama sama berkeliling untuk mengunjungi dan menyampaikan kabar suka cita. Saya yang kadang kurang setia terhadap Tuhan dan juga sesama merasa tertantang sebagai seorang frater untuk hidup lebih setia dalam segala hal yang di mana dari kesetiaan itu saya dapat memperoleh suatu hal yang baik di bangku pendidikan dan juga disaat saya berada di tengah umat.
Pengorbanan
Tentang hal ini sosok pak Niko dan Pak Kasim menjadi teladan yang sangat baik dan yang sangat menarik perhatian saya, keduanya telah menemani perjalanan kunjungan ke stasi stasi dengan iklas hati, berkorban waktu dan tenaga juga kebersamaan dengan keluarga serta usaha pribadi. Semuanya agar dapat menemani rombongan dalam perjalanan hal ini menjadi motifasi yang besar bagi saya dimana ketika umat begitu besar pengorbanannya bagi saya, apa yang akan saya berikan kepada mereka? Di sini saya berpikir bahwa mereka berbuat demikian karena betul-betul membutuhkan Imam-imam untuk melayani mereka, dan untuk memuliakan Tuhan yang menjadi kerinduan umat di keuskupan saya ini. Melihat pengorbanan umat di stasi yang saya kunjungi saya juga mau berkorban bagi mereka dengan mengurangi waktu istirahat dan berekreasi untuk semakin banyak belajar dan berdoa serta menambah waktu untuk hal-hal yang di kemudian hari bisa bermanfaat untuk pelayanan saya kepada mereka.
Perjuangan :
Banyak hal telah saya pelajari dari pengalaman saya saat asistensi di Paroki Muting terutama bersama umat di stasi Selaow, melihat perjuangan umat begitu besar dalam hidup mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap hari dan juga berjuang untuk menyekolahkan anak-anak mereka, tidak hanya itu mereka juga berjuang agar dapat menyumbangkan sesuatu bagi Gereja terutama berupa derma-derma. Umat yang hidup sangat sederhana berjuang bagi kehidupan Gereja yang mana hasil perjuangan mereka, hasil jerih payah mereka pula yang disumbangkan untuk saya menjalankan pendidikan atau makan minum saya sebagai seorang frater calon imam bagi keuskupan Agung Merauke ini.
Melihat perjuangan itu saya yang hidup dari hasil perjuangan umat ingin berjuang pula membalas apa yang mereka beri untuk saya dan jalan satu satunya hanyalah dengan menjadi seorang imam untuk keuskupan ini, berjuang untuk menjawabi panggilan saya dan juga berjuang untuk mejawabi keinginan umat yang saya kunjungi itu. Benyak hal memang berat tetapi perjuangan saya menjadi imam tidaklah ringan pula, untuk itu saya ingin selalu berjuang memberikan yang terbaik kepada keuskupan, kepada umat dan yang terutama saya menjadi yang terbaik dagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Kerinduan
Semua orang mempunyai kerinduan-kerinduan tersendiri dalam diri dan hidup mereka untuk hal-hal tertentu, dan pada kesempatan kunjungan ini secara pribadi saya merasa dan mengetahui apa yang menjadi kerinduan umat di Stasi saya ini. Suatu kerinduan yang panjang menantikan di mana suatu saat seorang imam akan memimpim Ekaristi bagi mereka setiap minggunya dan melayani mereka dalam hal kerohanian mereka, kerinduan mereka ini diungkapkan kepada saya dan saat itulah kerinduan saya untuk melayani sebagai seorang imam semakin dikuatkan. Kerinduan umat akan hadirnya para imam di tengah-tengah mereka ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya, berusaha sekuat mungkin menjawabi kerinduan kerinduan mereka yang adalah kerinduan dan cita-cita saya.
Semoga hasil renungan tersebut juga memberikan butir-butir mutiara iman bagi anda, di mana pun anda berada. Semoga mutiara-mutiara tersebut akan menghasilkan "manusia-manusia pembangun kerajaan Allah di dunia ini".
Komentar