PENYULUHAN GOSOK GIGI



".....SEMBUHKANLAH ORANG SAKIT, USIRLAH SETAN-SETAN..... KAMU TELAH MENERIMA DENGAN CUMA-CUMA, MAKA BERIKANLAH JUGA DENGAN CUMA-CUMA".... itulah Sabda Yesus kepada murid-murid-Nya ketika Dia mengutus mereka untuk pergi ke kampung-kampung. Perintah / Sabda itu bukan hanya berlaku bagi manusia pada jaman itu, tetapi juga berlaku pada jaman sekarang ini.

Keuskupan Agung Merauke (KAME)juga telah sekian lama, turut ambil bagian dalam karya pelayanan kesehatan kepada masyarkat / umat Allah. Siapa pun orangnya yang menderita sakit, dan meminta bantuan, sejauh bisa ditolong di tempat itu, dicoba diberikan pertolongan yang memadai. Di Desa Sanggase, 100 km dari Merauke, KAME menempatkan 3 orang tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pada bulan Januari 2011 yang lalu, mereka mengadakan kegiatan penyuluhan "MENGGOSOK GIGI YANG BAIK". Inilah laporan mereka (Ina Pangemanan, Lita dan Mita):

Kesadaran masyarakat di Stasi Sanggase Paroki Okaba, tentang perilaku hidup bersih dan sehat perlu diperhatikan dan ditingkatkan khususnya dalam hal kebersihan mulut dan gigi karena mereka pemakan pinang, daun sirih dan kapur sebagai pelengkapnya. Makanan yang sehat, bila dikunyah dan dinikmati melalui gigi dan mulut yang bersih dari kuman-kuman akan memberikan tingkat kesehatan yang lebih tinggi.

Keuskupan Agung Merauke mengadakan promosi kesehatan karena prihatin akan kesehatan masyarakat, dan berusaha meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Selain memberikan pemahanan tentang hidup sehat, juga diberikan pelatihan hidup bersih dan sehat. Salah satu kegiatan itu adalah perhatian kepada kebersihan mulut dan gigi. Mereka diberikan latihan Untuk menggosok gigi 2x sehari pada pagi dan sore sesudah makan atau sebelum tidur.

Dengan promosi kesehatan ini masyarakat dapat menyadari akan pentingnya kesehatan dan dapat mewujudkan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat terlebih kesehatan mulut dan gigi. Demi terwujudnya hal ini maka kelompok peduli yang sudah terbentuk ini diberi penyuluhan sebagai bekal kemudian akan dipromosikan kepada masyarakat sekitarnya.

Tujuan Umum
1. Memperkenalkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Memberikan informasi tentang kebersihan mulut dan gigi.

Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi yang sehat dan bersih yang dimulai dari menggosok gigi 2x sehari / sesudah makan atau sebelum tidur.
2. Menyebar luaskan informasi yang didapat dan diberikan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya.
3. Mengetahui pentingnya kesehatan mulut dan gigi.


Rangkain kegiatan
Persiapan kegiatan dilakukan di Merauke yaitu tanggal 25 – 26 Januari 2011 tepat 2 hari sebelum pelaksanaan. Pada hari kamis Tgl 27 Januari 2011 pukul 07.05 WIT, kami perawat keuskupan berangkat dari Okaba menuju Sanggase. Perjalanan di tempuh ± 45 menit berhubung jalan agak jelek ( berlubang dan becek serta licin). Ketika kami tiba di Sanggase yaitu di Puekesmas Pembantu, ada banyak masyarakat yang sakit sehingga kami melayani pasien dulu. Karena itu Pelaksanaan kegiatan pelatihan tertunda ± 2jam.

Acara baru dilaksanakan ± pukul 10 pagi yang dihadiri 10 kader. Acara dibuka dengan doa, kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan tentang kebersihan mulut dan gigi. Sesudah itu diadakan tanya jawab dengan kader soal kendala yang dialami para kader.
Acara kami tutup dengan doa dan makan siang bersama setelah itu kami pulang masing – masing kerumah kami.

PESERTA
Peserta yang hadir 14 orang, terdiri dari ibu-ibu kader, bapak-bapak, 1 orang dari Puskesmas Okaba. Mereka didampingi oleh 2 tenaga perawat dari Keuskupan (Lita dan Mita) dan 1 orang Pembimbing (Ina Pangemanan).

Jalannya kegiatan:
Pada saat kegiatan 10 peserta mendapat bantuan sikat gigi dan odol. Sikat gigi merek formula, dan pasta gigi pepsodent ukuran sedang dibagikan kepada mereka. Mereka sangat bersemangat mengikuti pelatihan, dan bertekad melanjutkan usaha gosok gigi di rumah masing-masing. Mereka juga bertekad untuk melatih anak-anak mereka, dan tetangga sekitar. Mereka tidak mengajukan pertanyaan, karena kegiatan itu mudah dipahami dan mereka sebenarnya sudah lama mengenal gosok gigi.

Ada pertanyaan yang disampaikan: “Apakah para peserta ketika melanjutkan kegiatan gosok gigi kepada anak-anak mereka, akan mendapat bantuan alat-alat (sikat gigi dan odol) atau tidak”. Kami telah memberikan jawaban bahwa mereka akan mendapatkan bantuan alat-alat sesuai dengan yang dibutuhkan.

Beberapa hal yang menjadi catatan:
1). 1 KK terdiri atas 5 orang. Ada 20 KK yang mendapat sikat gigi. Maka, sikat gigi yang dibagikan berjumlah 100 buah. 1 KK mendapat 1 odol. Odol yang sudah diberikan berjumlah 20 buah. Ini diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) bulan.
2). Pada umumnya mereka tahu menggosok gigi, namun yang rajin melaksanakan kegiatan itu kira-kira 50 %. Alasannya: odol habis.
3). Mereka bersemangat, dan mau melanjutkan / menyebarluaskan kegiatan itu kepada orang lain, namun kegiatan itu terhenti ketika odol habis. Tidak ada dana untuk beli odol.
4). Meski ada kendala yang dihadapi para kader, setiap bulan tetap ada pertemuan. Hambatan-hambatan yang ada dievaluasi. Akan diusahakan pertemuan para kader dengan Kepala Distrik, supaya masyarakat bisa makin mandiri.

Komunikasi antar kader untuk saling membagi pengalaman sudah terlaksana setiap bulan. Komunikasi yang baik ini memungkinkan adanya kerja sama yang makin baik antar sesama kadaer. 1 RT punya 1 kader, malah ada yang mengutus 2 kader. Dalam rangka mengupayakan masyarakat yang sehat, kegiatan ini perlu dilanjutkan dan dipantau terus. Dalam rangka menuju kemandirian, sedang dipikirkan andil mereka (dlm bentuk ikan, kelapa kering atau sagu) ketika mereka ikut kegiatan / untuk mendapatkan sikat gigi dan odol.

Masyarakat Sanggase sangat merindukan dan membutuhkan pelayanan kesehatan yang tidak hanya mengobati tetapi juga peduli dengan keadaan mereka. Maksudnya adalah masyarakat perlu mendapatkan penyuluhan tentang PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), peningkatan gizi keluarga, pembuatan jamban keluarga (dalam kerja sama dengan Distrik), penyediaan air bersih.

KENDALA DAN REKOMENDASI
Kendala

• Keterbatasan SDM kader yang datang tidak tepat waktu karena mengurus anak, dan keperluan keluarga.
• Jumlah kader 10 orang untuk melayani 1 desa sebenarnya cukup. Mereka tidak punya penghasilan tetap, tidak digaji, dan tingkat pendidikan mereka rata-rata SMP, jaringan kerja mereka juga terbatas, sarana transportasi juga tidak ada.
• Pasien pada saat berobat memilih perawat yang mereka sukai (perawat keuskupan). Mereka tidak mau pergi berobat ke perawat Pustu. Ini disebabkan karena cara penyampaian, tutur kata, “konseling” yang dibutuhkan masyarakat tidak terpenuhi.

Rekomendasi

Keaktifan kader sangat diperlukan supaya pada akhirnya dapat mandiri dan program ini sebagai batu loncatan demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat lebih baik.

- Ketika memberikan presentasi, amat baik dipergunakan gambar / alat peraga dan untuk para kader diberikan “buku pegangan”.
- 2 hari sebelum kegiatan, para kader bertemu untuk membicarakan persiapan dan mematangkan rencana kegiatan. Akan dibuat jadwal kegiatan secara tertulis dengan para petugas yang jelas.
- Akan diusahakan penyuluhan sesudah misa hari Minggu, sehingga umat yang bisa dijangkau jumlahnya banyak. Pada hari Senin, barulah dilaksanakan pengobatan. Hal ini akan lebih memungkinkan umat lebih fokus pada pengobatan.
- Sebagai tindak lanjut, pasien yang menderita sakit gigi / gigi berlobang, akan dirujuk ke puskesmas di Okaba, karena di sana ada peralatan dan dokter gigi.

Komentar

Postingan Populer