ANGGAMBURAN



Perjalanan dari Mindiptana ke Anggamburan memerlukan waktu 40 menit dengan speed boat berkekuatan 40PK dan berpenumpang 4 orang. Speed boat kami menyusuri sungai (kali) Kao, yang berkelok-kelok dan mengikuti arus, sehingga laju speedboat menjadi lebih cepat. Sementara itu rekan-rekan lain (30 orang) yang menumpang 2 buah long boat (perahu panjang, sekitar 11 meter) meluncur lebih dulu, sehingga mereka juga tiba lebih dahulu di pelabuhan Anggamburan.
Sore itu, Sabtu 14 Agustus 2010 jam 15.00 suasana kampung itu sungguh ramai dan meriah oleh banyaknya hiasan dari pelabuhan menuju ke kampung dan oleh kehadiran tamu-tamu dari desa-desa tetangga. Bahkan saudara-saudari mereka yang tinggal di wilayah PNG pun datang untuk turut bergembira. Apa alasan kegembiraan mereka ? Pada tanggal 15 Agustus ada pelayanan sakramen krisma yang diterimakan Mgr. Niko msc yang didampingi oleh Pastor Anis Salaki MSC kepada 28 orang di desa itu.
Bapak Yanuarius Benbop adalah kepala desa Anggamburan. Beliau juga adalah ketua stasi yang telah melaksanakan tugas ini lebih dari 14 tahun. Penduduk desa ini tidak banyak, 27 kepala keluarga (sekitar 135 jiwa). Ada SD Katolik, dan jumlah muridnya sekitar 40 orang, dengan sistem ganjil genap. Maksudnya, tahun 2010 ini di SD itu hanya ada murid kelas II, IV dan VI, dan pada tahun 2011 yang ada adalah kelas I, III dan V.
Dengan sistem yang seperti ini, SD itu cukup dikelola oleh 3 orang guru. Cara ini diterapkan demi efektivitas dan efisiensi tenaga guru yang memang amat langka di daerah pedalaman. Kelemahannya adalah, bila ada murid yang tidak naik kelas, dia harus menunggu 2 tahun berikutnya, agar bisa mengulang di kelas yang sama. Maka banyak anak yang sudah umur tua (14-16 tahun), baru tamat dari sekolah tersebut. Kelemahan yang lain, adalah semua murid “harus naik” meskipun ada yang nilainya tidak cukup, supaya tidak ada yang tercecer dan tidak harus mengulang 2 tahun lagi. Akibatnya, sekolah itu akan panen “ beberapa murid karbitan”. Meskipun tamat SD, “mereka ini” tidak lancar membaca, menulis dan menghitung. Dalam hal ini, anak-anak murid yang lemah akan sangat dirugikan.
Jalan keluar yang baik bagi anak-anak ini, adalah memberikan latihan tambahan pada sore hari untuk mengejar ketertinggalan mereka. Ada beberapa guru yang rela berkorban untuk para murid mereka. Namun, guru-guru / orang-orang yang mau kerja ekstra ini dan gratis, amat sulit ditemukan. Dengan penghasilan setiap yang pas-pasan, bisa dimengerti bahwa pada sore hari mereka lebih memilih mencari panghasilan tambahan: memelihara ternak, bertani, “ngojek” daripada memberikan les secara gratis. Anda tergerak hati untuk menjadi relawan/wati ?
Tgl 15 Agustus merupakan hari pesta Maria diangkat ke surga dengan mulia. Maria, ibunda Yesus, mendapat anugerah yang layak diterimanya dari Tuhan karena hidupnya telah ia persembahkan kepada Dia yang telah memanggilnya dan mempercayakan Putera-Nya untuk diasuh dan dibesarkan di dalam keluarga Nazareth. Tuhan berkenan kepada Maria sehingga jiwa raganya dimuliakan dan diangkat ke surga seutuhnya. Sebagai tanda terima kasih dan syukur atas anugerah itu, umat beriman merayakannya dengan meriah setiap tahun pada tanggal itu.
Juga hari itu merupakan hari ulta lahirnya Tarekat Putri Renha Rosari (PRR). Tarekat ini didirikan di Larantuka oleh Mgr. Gabriel Manek SVD, Uskup Larantuka pada waktu itu, untuk melayani kaum perempuan yang tidak berdaya. Mgr. Manek percaya bahwa Maria Ratu Rosario akan membantu dan melindungi tarekat yang beliau dirikan itu, dan berkenan pada nama yang diberikan kepada para suster yang mohon perlindungan sang bunda. Dan benar, bahwa Bunda Maria berkenan pada tarekat ini dan mengembangkannya, sehingga kini telah berkarya di banyak keuskupan di Indonesia, bahkan di luar negeri. Jumlah anggotanya pun lebih dari 300 orang.
Pada hari istimewa itu, 3 orang suster PRR dari Mindiptana pun turun ke stasi Anggamburan dan bergembira bersama umat atas lahirnya tarekat mereka 52 tahun yang lalu. Ketiga suster itu adalah Sr. Celine PRR, Sr. Apolinaris, dan Sr. Elfira PRR. Sr. Celine memberikan pelayanan kesehatan, dibantu oleh 2 orang bidan ( Ibu Rose dan Ibu Gorretti) . Dan 2 suster yang lain turut menyiapkan pesta dengan menghias altar, dan keperluan liturgi, serta melatih misdinar.
Pelayanan yang dilaksanakan pada hari-hari itu bagi umat sesungguhnya adalah karya Allah sendiri. Hal ini dibuktikan dengan tanda-tanda nyata yang tidak terbantahkan. Di wilayah Tanah Merah dan Mindiptana pada hari sebelumnya cuacanya tidak bagus, dan mendapat guyuran hujan setiap hari. Beberapa jam sebelum uskup tiba pun masih hujan lebat, dan langit mendung, namun sejak uskup tiba semuanya berubah menjadi cerah dan hujan berhenti. Hingga hari ini kegiatan telah berlangsung selama 4 hari dan cuaca tetap bagus dan cerah. Peristiwa seperti ini telah beberapa kali terjadi (thn 2005, 2008, 2009 dan Juni 2010), dan kali ini (Agustus 2010) juga terjadi lagi penyertaan Allah ini bagi umat-Nya.
Atas semuanya itu, kami mengalami bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup dan berkenan kepada kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh umat-Nya. Dia menyertai, memberkati, dan melengkapi apa yang belum sempurna menjadi “kurban pujian yang pantas bagi-Nya”. Manusia menyiapkan bagiannya dan Tuhan yang menyempurnakannya. Menjadi amat nyata bahwa manusia adalah “partner” (rekan/mitra kerja) Allah dalam menciptakan / menghadirkan kebahagiaan sesama manusia di dunia dan di surga. Kami percaya, bahwa anda pun pernah mengalaminya

Komentar

Postingan Populer