TIDAK CUKUP

PEMBACA YANG BUDIMAN...
SYALOOM.....
Saya muncul lagi untuk menjumpai anda lewat tulisan ini. Selamat menikmati:
Dalam buku renungan harian “RUAH” tanggal 12 Desember 2012, saya menemukan satu alinea yang berbunyi: “TIDAK CUKUP BAGI TUHAN, MEMBERIKAN PUTERA-NYA KEPADA KITA HANYA UNTUK MENUNJUKKAN JALAN, IA MENJADIKAN PUTERA-NYA SENDIRI JALAN, SEHINGGA KITA DAPAT MENGIKUTI DIA SEBAGAI PENUNJUK JALAN, KALAU IA BERJALAN DENGAN CARA-NYA SENDIRI” ( Uraian st. Agustinus tentang Mazmur ).
Ungkapan yang menarik perhatian saya adalah “tidak cukup” Yesus hanya Penunjuk jalan, maka Dia dijadikan “Jalan”.  Ungkapan itu mau menegaskan bahwa Tuhan begitu besar perhatian-Nya kepada manusia (saya) sehingga apa pun Dia pikirkan dan Dia laksanakan agar saya memperoleh kebahagiaan dalam hidup ini. Bukan pesuruh atau kepala bagian yang Dia utus, tetapi Anak-Nya sendiri untuk menjadi “Jalan”, agar manusia (saya) tidak tersesat.
Mengapa Tuhan merasa “tidak cukup” Anak-Nya itu menjadi “Penunjuk Jalan”?  Mungkin manusia itu merasa sudah pintar, menjadi orang ahli, dan sudah tahu jawabannya, lalu menjadi “keras kepala (kepala batu)” sehingga lebih suka menuruti kehendak dan pikirannya sendiri. Banyak hal memang bisa dijelaskan dan dibuktikan dengan ketrampilannya, melalui analisa dan kehebatan serta penemuannya. Kedua, mungkin juga manusia itu ingin bukti. Di banyak tempat sudah sering diadakan pembicaraan, diskusi, atau telah ditetapkan sebagai keputusan atau janji, tetapi tidak pernah ditepati atau tidak ada pelaksanaan apa-apa. Orang sudah bosan dengan janji-janji. Maka, yang dituntut adalah tindakan nyata, bukan kata-kata.
Ketiga, mungkin juga manusia itu bingung untuk memilih, karena dunia moderen telah menyediakan aneka pilihan yang bagus-bagus: ide-ide, komentar-komentar, dan ulasan-ulasan lainnya. Ada banyak tampilan-tampilan yang menawan: gedung, mobil, kosmetik, pakaian dll, dan aneka barang-barang pabrik yang dihasilkan berkat kemajuan ilmu dan teknologi. Semuanya itu disediakan untuk menjawab kebutuhan dan keinginan manusia.
Di sisi lain, Tuhan “merasa tidak cukup” menjadikan Anak-Nya itu sebagai “Penunjuk Jalan”, karena Yesus itu bukan “calo”.  Kita kenal “calo” adalah “perantara tidak resmi” (misalnya, jual-beli rumah / tiket) yang rela dikontak,  menunjukkan tempat / jalan / alamat, namun tetap tinggal di tempat kerjanya itu dan puas dengan “rupiah” yang diberikan kepadanya. Kegiatannya hanya itu-itu saja, dan kalau perlu “menggunakan pelbagai cara supaya dapat rejeki yang banyak”.
Dalam renungan itu, saya menemukan bahwa Yesus bukan hanya “Penunjuk Jalan” tetapi adalah “Jalan” untuk memberitahukan dan menyatakan bahwa “cinta kasih Allah itu total” (tidak bersyarat). Allah memberikan diri seutuhnya untuk keselamatan umat manusia. Dengan mengosongkan diri-Nya, Allah merebut kembali hidup manusia yang telah rusak / dirusak oleh dosa. Martabat manusia yang terkoyak oleh dosa dipulihkan kembali. Lewat pengorbananan / pengosongan diri-Nya yang utuh dan total itu, Allah telah mengembalikan manusia sesuai dengan martabatnya sebagai anak-anak Allah.
Masa adven ini, merupakan masa untuk “merenungkan dan mengalami kembali kebaikan Allah yang menyatakan kasih-Nya secara  total kepada manusia ( saya ).  Mengalami kebaikan Allah yang begitu dahsyat dalam hidup ini, mengajak kita untuk hidup baik seperti Allah sendiri. Hidup baik berarti hidup yang penuh damai dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan Sang Pemberi Kebaikan. Karena itu, menjauhkan diri dari dosa dan godaan untuk berdosa, merupakan bentuk nyata dari keputusan dan tindakan memilih hidup dalam damai.
Memutuskan untuk hidup dalam damai bukan tindakan yang mudah, namun selalu ada rahmat yang diberikan kepada manusia ( saya). Sakramen pengakuan / tobat adalah bukti rahmat Allah itu. Menerima sakramen tobat berarti menerima rahmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia secara cuma-cuma. Sakramen tobat adalah rahmat Allah yang membebaskan manusia dari beban, tekanan psikis, bahkan dapat menyembuhkan luka-luka batin yang amat parah. Melalui sakramen ini dosa diampuni, martabat manusia dipulihkan, dan kehidupan baru diteguhkan untuk dimulai, dan masa depan makin dipercerah.
Kalau demikian, renungan kecil dari buku RUAH itu, mengantar manusia pada Sang Pencipta yang telah menghadirkan putera-Nya di kandang natal, untuk kebahagiaan umat manusia. Semoga andalah ( saya  juga ) yang pada tahun ini, dan pada tahun-tahun mendatang mendapatkan pemulihan dan kebahagiaan hidup itu. Kita berjalan bersama Dia, Sang Jalan Kehidupan dalam memasuki Tahun Baru 2013. 

Komentar

Postingan Populer