KUTERUSKAN PADAMU 6


PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN

SYALOOM DAN SELAMAT BERJUMPA LAGI 

Lama nian saya tidak mengunjungi anda melalui blog ini. Sesudah sekian minggu absen, saya hadir lagi, dengan meneruskan apa yang telah saya mulai yaitu Kerahiman Ilahi. Sampai dengan hari kelima, tulisan saya sudah ada di hadapan anda. Kini saya hadirkan hari yang keenam. Isinya masih segar, karena baru keluar dari "tempat pengolahan".  Tempat pengolahan itu, bukan di ruang perpustakaan, atau sudah disimpan di komputer, tetapi "di dalam ruang batin saya".  Kepada anda semua, saya ucapkan selamat menikmati. 


Sering saya mendengar ungkapan ini: “Anak-anak bukanlah orang-orang dewasa yang berbadan kecil, tetapi mereka adalah manusia generasi baru yang punya potensi besar untuk bangsa manusia”. Ungkapan ini meskipun tidak dikenal atau bahkan belum pernah didengar oleh masyarakat kecil, mereka telah membuat tindakan yang amat baik bagi kehidupan anakk-anak.

Di pelbagai tempat di pedalaman Papua, ada begitu banyak anak-anak dan remaja yang tidak pernah mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang memadai. Mereka hanya sekolah sampai di bangku kelas 3 SD. Gurunya jarang masuk, sehingga mereka banyak sekali yang tidak punya kemampuan dasar untuk membaca, menulis dan menghitung. Bahkan mereka yang telah menikah pun, banyak yang buta huruf.

Meskipun tinggal di tempat terpencil, kurang mendapat pendidikan, buta huruf, kurang pergaulan dengan warga dari daerah lain, jarang ke kota, tidak ada siaran teve, mereka tahu memelihara anak-anak yang mereka lahirkan. Mereka bertanggung jawab untuk membesarkan, dan memberikan “pendidikan sesuai dengan apa yang mereka miliki secara adat” kepada anak-anak mereka. Misalnya, mereka tidak buang hajat di sungai atau di rawa, sebab air sungai adalah air minum. Mereka buang hajat di hutan. Ketika hendak melahirkan, calon ibu itu dibantu oleh dukun kampung, di tempat khusus yang telah disiapkan sebelumnya. Nanti sesudah semuanya beres, beberapa hari kemudian, barulah ibu itu kembali ke keluarganya.

Cerita yang saya angkat dari pengalaman nyata itu, mau menyatakan bahwa manusia meski berlatar pendidikan minimal pun, tahu melindungi, merawat dan membesarkan anak, sejak dari dalam kandungan ibunya. Hal ini mau menegaskan bahwa mereka tahu “menghargai, melindungi dan menyelamatkan anak-anak sebagai generasi penerus suku, masyarakat / bangsa ” mereka. Maka, tidak berlebihan bahwa pada saat memohon kerahiman ilahi, pada hari keenam, umat beriman mohon rahmat dan karunia Tuhan bagi anak-anak, dari pelbagai bangsa di dunia ini. Inilah doa-doa itu:



Hari Keenam
Meditasi Kitab Suci : Luk18:15-17
Marilah kita berdoa untuk anak-anak.

Yesus yang Maharahim, Engkau pernah mengatakan, “ Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati." (Mat 11:29).

Terimalah ke dalam kemah hati-Mu yang Maharahim, jiwa anak-anak kecil dan semua mereka yang menjadi seperti anak kecil dalam hal kelemahlembutan dan kerendahan hati. Mereka membuat surga mengagumkan dan mereka menjadi seperti bunga harum di hadapan takhta Bapa di surga. Buatlah supaya mereka selalu hadir dalam hati-Mu dan selalu memuji Kerahiman Ilahi-Mu.

Bapa yang kekal, pandanglah dengan mata penuh Kerahiman jiwa anak-anak kecil dan jiwa-jiwa orang-orang yang lemah lembut dan rendah hati karena mereka menjadi seperti Putera-Mu, yang dengan keharuman-Nya yang utama, mereka mengitari takhta-Mu. Bapa yang Maharahim, kami mohon dengan penuh harapan, supaya melalui cinta dan kegembiraan, Engkau bertakhta dalam hati mereka. Berkatilah seluruh dunia, supaya semua orang memuji kerahiman-Mu untuk selama-lamanya. Amin.
Doa ini dilanjutkan dengan doa Koronka.

Melalui blog ini, saya hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada penyusun doa bagi anak-anak pada hari keenam ini. Doa anda merupakan “rahmat” bagi mereka, tetapi juga bagi keluarga-keluaga seluruh dunia. Kalau demikian, doa anda pun menjadi rahmat Tuhan yang tercurah juga bagi anda sendiri. Menyiapkan anak-anak dengan menanamkan sikap lemah lembut dan rendah hati, merupakan “pembekalan yang amat dahsyat bagi kejiwaan dan mental orang /bangsa”. Pembekelan yang demikian ini jauh lebih berharga dari pada sekedar memberikan uang / harta atau barang-barang duniawi lainnya. 

Komentar

Postingan Populer