PANEN
PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN......
Syaloom...............................
Kali ini saya menjumpai anda kembali dengan sebuah cerita tentang kebun saya. Di belakang rumah saya ada sebidang tanah yang sudah sejak 4 tahun lalu saya tanami tanaman buah-buahan dan sayuran. Tanahnya berpasir, gembur dan belum pernah ditanami. Saya tergerak hati untuk menanam apa saja di sana yang penting, ada manfaatnya untuk kehidupan saya sekaligus "mengusir rumput-rumput dan ilalang yang dengan cepat tumbuh di sana".
Di kebun itu, ada 12 pohon mangga: mangga apel, mangga arom-manis, mangga mana lagi, dan mangga dodol. Sengaja saya memilih jenis-jenis pohon mangga yang buahnya enak dan manis. Di bagian lain saya tanam sayuran: kangkung, sawi, bayam hijau dan bayam merah, cabe, tomat, labu, kecipir, kacang panjang dll. Amat menyenangkan melihat kebun yang dulunya penuh dengan rumpuh, dalam beberapa minggu berubah menjadi kebun sayur.
Amat mengagumkan bahwa biji yang amat kecil, ditaburkan di tanah persemaian, dalam beberapa hari mulai berkecambah, dan ada mula-mula dua helai daun. Batang tanaman itu begitu kecil dan halus sehingga harus ditunggu beberapa hari, baru kemudian siap untuk dipindahkan ke lahan yang sudah disiapkan. Meskipun sudah hati-hati, tokh tetap ada beberapa tanaman yang "terpaksa harus mati" karena batangnya terpotong, "mencet"-nya terlalu kuat ketika mencabut tanaman yang masih kecil itu. Benar-benar merawat mereka itu kayak merawat bayi-bayi yang banyak jumlahnya.
Ketekunan selama berberapa minggu, dengan memperhatikan, menyiram, membetulkan letak tanaman dll akhirnya memberikan hasil. Saya panen kangkung, sawi, tomat, kacang panjang dll. Saking banyaknya panenan itu, sebagian hasilnya saya berikan ke panti asuhan, ke susteran dan dinikmati sendiri. Tamu-tamu saya yang berasal dari Singapore, Jakarta dan tempat-tempat lain telah merasakan "manisnya sayur yang baru saja diambil dari kebun dan langsung dimasak". Nikmat, segar dan enaknya luar biasa..... Apalagi, semua sayuran itu adalah sayuran yang menggunakan pupuk alami...... peminat sayur dari kebun saya amat banyak. Bahkan sebelum panen pun sudah banyak yang tanya.....Mgr, kapan panen sayur.
Saya tidak akan pernah panen, kalau saya tidak menanam. Yang membahagiakan saya ada banyak hal. Saya dapat membuat orang lain gembira, karena mendapatkan sebagian dari hasil panen saya secara gratis. Kebun saya menjadi kebun percontohan. Banyak orang bertanya tentang bagaimana dan apa saja yang dikerjakan sehingga tanaman saya tampak subur dan segar. Saya menjadi tahu jenis dan kualitas tanah, masa tanam, jenis pupuk, perlu penyiraman, dan bukan sekedar "mengambil hasil". Tanaman pun punya "jiwa". Maka, setiap kali saya ke kebun, saya bercerita dengan mereka. Sambil mengusap daunnya, atau menyirami mereka "jiwa saya berkontak dengan jiwa mereka". Mereka tahu bahwa mereka dicintai, diperhatikan dan ada kalanya dimanja. Karena itu, tidak mengherankan bahwa sayur dari kebun saya besar-besar, segar dan mengagumkan.
Ternyata tanaman itu, bukan sekedar makhluk hidup. Mereka juga punya jiwa yang dapat memahami jiwa kita. Di "tubuh" mereka yang kecil dan terlihat tidak berdaya itu, ada "kekuatan yang luar biasa" yang dapat menjawab / menanggapi getaran dan sapaan jiwa manusia". Dari manakah kekuatan itu ? Tidak ada lain, kecuali dari Sang Pencipta. Maka, pantaslah diucapkan syukur kepada Dia yang telah menciptakan bagi kita fisik tanaman yang kasat mata, tetapi juga "daya yang mengagumkan yang ada di dalam tubuh mereka".
Syaloom...............................
Kali ini saya menjumpai anda kembali dengan sebuah cerita tentang kebun saya. Di belakang rumah saya ada sebidang tanah yang sudah sejak 4 tahun lalu saya tanami tanaman buah-buahan dan sayuran. Tanahnya berpasir, gembur dan belum pernah ditanami. Saya tergerak hati untuk menanam apa saja di sana yang penting, ada manfaatnya untuk kehidupan saya sekaligus "mengusir rumput-rumput dan ilalang yang dengan cepat tumbuh di sana".
Di kebun itu, ada 12 pohon mangga: mangga apel, mangga arom-manis, mangga mana lagi, dan mangga dodol. Sengaja saya memilih jenis-jenis pohon mangga yang buahnya enak dan manis. Di bagian lain saya tanam sayuran: kangkung, sawi, bayam hijau dan bayam merah, cabe, tomat, labu, kecipir, kacang panjang dll. Amat menyenangkan melihat kebun yang dulunya penuh dengan rumpuh, dalam beberapa minggu berubah menjadi kebun sayur.
Amat mengagumkan bahwa biji yang amat kecil, ditaburkan di tanah persemaian, dalam beberapa hari mulai berkecambah, dan ada mula-mula dua helai daun. Batang tanaman itu begitu kecil dan halus sehingga harus ditunggu beberapa hari, baru kemudian siap untuk dipindahkan ke lahan yang sudah disiapkan. Meskipun sudah hati-hati, tokh tetap ada beberapa tanaman yang "terpaksa harus mati" karena batangnya terpotong, "mencet"-nya terlalu kuat ketika mencabut tanaman yang masih kecil itu. Benar-benar merawat mereka itu kayak merawat bayi-bayi yang banyak jumlahnya.
Ketekunan selama berberapa minggu, dengan memperhatikan, menyiram, membetulkan letak tanaman dll akhirnya memberikan hasil. Saya panen kangkung, sawi, tomat, kacang panjang dll. Saking banyaknya panenan itu, sebagian hasilnya saya berikan ke panti asuhan, ke susteran dan dinikmati sendiri. Tamu-tamu saya yang berasal dari Singapore, Jakarta dan tempat-tempat lain telah merasakan "manisnya sayur yang baru saja diambil dari kebun dan langsung dimasak". Nikmat, segar dan enaknya luar biasa..... Apalagi, semua sayuran itu adalah sayuran yang menggunakan pupuk alami...... peminat sayur dari kebun saya amat banyak. Bahkan sebelum panen pun sudah banyak yang tanya.....Mgr, kapan panen sayur.
Saya tidak akan pernah panen, kalau saya tidak menanam. Yang membahagiakan saya ada banyak hal. Saya dapat membuat orang lain gembira, karena mendapatkan sebagian dari hasil panen saya secara gratis. Kebun saya menjadi kebun percontohan. Banyak orang bertanya tentang bagaimana dan apa saja yang dikerjakan sehingga tanaman saya tampak subur dan segar. Saya menjadi tahu jenis dan kualitas tanah, masa tanam, jenis pupuk, perlu penyiraman, dan bukan sekedar "mengambil hasil". Tanaman pun punya "jiwa". Maka, setiap kali saya ke kebun, saya bercerita dengan mereka. Sambil mengusap daunnya, atau menyirami mereka "jiwa saya berkontak dengan jiwa mereka". Mereka tahu bahwa mereka dicintai, diperhatikan dan ada kalanya dimanja. Karena itu, tidak mengherankan bahwa sayur dari kebun saya besar-besar, segar dan mengagumkan.
Ternyata tanaman itu, bukan sekedar makhluk hidup. Mereka juga punya jiwa yang dapat memahami jiwa kita. Di "tubuh" mereka yang kecil dan terlihat tidak berdaya itu, ada "kekuatan yang luar biasa" yang dapat menjawab / menanggapi getaran dan sapaan jiwa manusia". Dari manakah kekuatan itu ? Tidak ada lain, kecuali dari Sang Pencipta. Maka, pantaslah diucapkan syukur kepada Dia yang telah menciptakan bagi kita fisik tanaman yang kasat mata, tetapi juga "daya yang mengagumkan yang ada di dalam tubuh mereka".
Komentar