TETAP ADA
PARA PEMBACA SETIA BLOG INI
SYALOOM......
Dalam beberapa hari terakhir ini, saya mengikuti lokakarya tentang Fundamentalisme dan Relativisme di Asia, dan Pengaruh-pengaruhnya bagi kaum muda. Para pembicara menyuguhkan pengalaman-pengalaman mereka di negara masing-masing bahwa kedua hal itu sudah terjadi di mana-mana. Fundamentalisme telah mempengaruhi pemikiran orang sehingga dia (mereka) makin keras mempertahankan diri / identitas dan sering tidak mau tahu akan hak, hidup dan kebutuhan orang lain. Relativisme juga telah mempengaruhi banyak orang sehingga rasanya "tidak ada kebenaran penuh, utuh dan mutlak". Semuanya relatif. Apa yang dianggap baik bagi dia, dia lakukan, dan apa yang dianggap tidak baik dihindari. Yang penting dirinya aman, damai dan tidak mengganggu orang lain. Kedua hal itu, makin hari makin menguat dan mengajak orang untuk menikmati apa yang mudah, aman, menyenangkan dan tidak berbelit-belit (instant).
Yang menyenangkan, menghibur, ringan, santai dan ada itulah yang dipilih. Yang sulit, menuntut pengorbanan, merenungkan, ketenangan, dan kesetiaan, ketabahan sering dihindari. Hal ini akan membawa orang pada tataran yang duniawi saja. Apa yang tidak kelihatan, apa yang "transenden" inginnya ditinggalkan. Makin jauh dan makin maju dunia sekarang ini, kecenderungan untuk meninggalkan iman dan Tuhan makin besar.
Ternyata dari sekian banyak fakta dan gejala yang muncul di bumi Indonesia, tetap ada orang yang ingat dan memberi perhatian pada segi yang tak kelihatan, yang transenden atau lebih dikenal dengan "Yang Ilahi". Mereka memberikan dirinya di hadapan Allah untuk diberkati, dilindungi dan disertai. Inilah yang saya temukan dalam email yang dikirim oleh salah seorang rekan saya:
JAKARTA
-- Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo, meninggal dunia saat
mendaki Gunung Tambora, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4).
Almarhum sebelum meninggal sempat mengirimkan tulisan terakhirnya yang
dikirim ke mailing list Ikatan Alumni ITB.
Inilah isi surat terakhir Widjajono:
Kalau
kita menyayangi orang-orang yang kita pimpin, Insya Allah, Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka
dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendak-Nya
terjadi. Saya biasa tidur jam 20.00 WIB dan bangun jam 02.00 WIB
pagi lalu Salat malam dan meditasi serta ceragem sekitar 30 menit, lalu
buka komputer buat tulisan atau nulis email.
Dalam meditasi biasa menyebutkan: ''Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku. Tuhan Engkau Maha Pencipta, segala kehendak-Mu terjadi''. Lalu, saya memohon apa yang saya mau (dan diakhiri dgn mengucap) ''Terima kasih Tuhan atas karuniaMu.''
Subuh saya Sholat di Mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa Satpam, Pembantu dan Orang Jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak Pejabat, Pengusaha dan Diplomat). Sehingga, saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaan-Nya dan berusaha membuat keadaan lebih baik.
Dalam meditasi biasa menyebutkan: ''Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku. Tuhan Engkau Maha Pencipta, segala kehendak-Mu terjadi''. Lalu, saya memohon apa yang saya mau (dan diakhiri dgn mengucap) ''Terima kasih Tuhan atas karuniaMu.''
Subuh saya Sholat di Mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa Satpam, Pembantu dan Orang Jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak Pejabat, Pengusaha dan Diplomat). Sehingga, saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaan-Nya dan berusaha membuat keadaan lebih baik.
Oh ya, Tuhan tidak pernah kehabisan akal. Jadi, kita tidak perlu kuatir. Percayalah?
Salam,
Salam,
widjajono
Beliau telah pergi, namun apa yang ditulis merupakan kesaksian bahwa hidupnya bukan hanya merupakan gerak fisik, tetapi merupakan cerminan kehadrian yang Ilahi. Yang Ilahi beliau hadirkan dan dirinya telah menjadi sarana / alat Tuhan untuk memberkati dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Selamat Jalan Pak Widjajojo. Selamat bertemu dengan Sang Khalik. Doakanlah kami yang masih berziarah di dunia ini.
Komentar