TANGANNYA DIGERAKKAN
Jam 20.10 waktu Bangkok (27 April 2012). Kami bertiga berjalan menyusuri jalan raya di Silom, kompleks pertokoan yang sering didatangi oleh banyak orang, baik orang-orang Thai maupun orang-orang manca negara. Di sana, selain toko-toko ada juga para pedagang kaki lima, para penjual makanan yang menggelar pelbagai jenis makanan bagi mereka yang suka menikmati makanan dengan harga lebih murah, tetapi enak. Di salah satu sudut jalan itu, saya juga melihat ada begitu banyak orang muda yang sedang menikmati makanan yang dijual oleh para pedagang emperan. Mereka menyediakan meja-meja, dan "kursi baksi" di alam terbuka dan tanpa tenda.
Di Silom ada juga kuil penganut agama Budha yang manis dan megah. Malam itu kuil itu tampak bercahaya oleh lampu-lampu, sehingga kuning keemasan yang menghiasi hampir seluruh stupa dan atap bangunan menjadi lebih menonjol. Selain bangunan keagamaan, ada banyak juga kantor dan hotel. Maklum silom mudah dijangkau, dan letaknya di daerah yang "menyediakan barang dan jasa" yang dapat diperoleh dengan harga dan kekuatan kantong masing-masing.
Ketika mencari makan malam itulah, saya terkesima pada dua orang yang sedang asyik bercerita. Di antara keduanya ada 2 botol coca-cola. Tangannya digerakan pada saat mereka menyampaikan sesuatu. Mereka tidak terganggu oleh banyaknya orang yang lalu lalang. Dan sesudah kami selesai makan dan melewati jalan itu lagi, mereka juga masih duduk dan ceritanya belum selesai. Dari mulut mereka tidak kedengaran bunyi atau suara apa pun. Mengapa demikian ? Keduanya adalah orang-orang bisu. Ini terlihat dari gerak tangan yang membantu mereka untuk berkomunikasi satu sama lain. Mereka menjadi bisu karena telinga mereka cacat ( tuli ).
Cacat telinga, tidak menjadi halangan untuk menyampaikan isi hati dan memberikan / menyampaikan informasi kepada orang lain. Ada jalan dan sarana yang bagus yang dapat membantu mereka untuk berkomunikasi yang dapat diterima secara umum dan pesan yang disampaikan juga dapat dipahami orang lain. Konsentrasi juga merupakan syarat dan modal utama untuk "menyerap lebih banyak pesan itu". Inilah yang sering kali hilang / kedodoran di antara orang-orang yang mempunyai "pendengaran normal" sehingga mereka (= saya ) banyak kehilangan pesan yang disampaikan oleh orang lain.
Yang lebih menyedihkan adalah "cacat hati". Cacat hati ini bisa diakibatkan karena luka-luka batin masa kecil, sakit hati yang berkepanjangan, difitnah, dibuang, ditindas dan aneka bentuk kekerasan yang membuat orang "merasa dan mengalami tidak dicintai". Orang-orang yang demikian ini akan kehilangan kepercayaan diri dan kepercayaan kepada sesamanya. Tentu mereka yang demikian ini "dapat disembuhkan dan dipulihkan" baik secara kejiwaan, mental maupun secara spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang utuh, penyembuhannya pun semestinya adalah penyembuhan yang utuh dan menyeluruh.
Di dalam Injil, sering diceritakan Yesus berkeliling dari desa ke desa untuk mewartakan kebaikan Allah, dan menghadirkan kuasa cinta kasih Allah Bapa untuk menyembuhkan yang sakit, menghibur orang yang susah, mengusir setan-setan. Yang lebih utama dari semuanya itu adalah bahwa Allah sungguh mencintai manusia, dan manusia itu adalah ciptaan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Dia mengutus Yesus, Anak-Nya untuk menyatakan dan menghadirkan kasih Allah itu kepada manusia, melalui hidup, pelayanan, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.
Setelah Dia kembali ke surga, tugas pelayanan itu diserahkan kepada para rasul dan kepada umat yang percaya kepada-Nya. Mereka itu diberi kuasa untuk "menyatakan kasih Allah kepada segala makhluk" termasuk mereka yang "cacat hati" agar mereka pun dipulihkan dan mengalami dahsyatnya kasih sayang Allah itu.
Atas cara yang luar biasa juga, meskipun tidak mengimani Yesus, manusia diberi kuasa untuk meneruskan dan menghadirkan kasih Allah dan kuasa penyembuhan-Nya. Maka, mereka yang telah berbuat baik dan meneruskan kasih sayang Allah, dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, mereka itu adalah utusan-utusan Allah. Berbahagialah mereka yang dipakai Allah untuk membawa kesembuhan utuh dan menyeluruh bagi sesamanya. Allah selalu menyertai dia, dan dia menjadi berkat bagi banyak orang.
Di Silom ada juga kuil penganut agama Budha yang manis dan megah. Malam itu kuil itu tampak bercahaya oleh lampu-lampu, sehingga kuning keemasan yang menghiasi hampir seluruh stupa dan atap bangunan menjadi lebih menonjol. Selain bangunan keagamaan, ada banyak juga kantor dan hotel. Maklum silom mudah dijangkau, dan letaknya di daerah yang "menyediakan barang dan jasa" yang dapat diperoleh dengan harga dan kekuatan kantong masing-masing.
Ketika mencari makan malam itulah, saya terkesima pada dua orang yang sedang asyik bercerita. Di antara keduanya ada 2 botol coca-cola. Tangannya digerakan pada saat mereka menyampaikan sesuatu. Mereka tidak terganggu oleh banyaknya orang yang lalu lalang. Dan sesudah kami selesai makan dan melewati jalan itu lagi, mereka juga masih duduk dan ceritanya belum selesai. Dari mulut mereka tidak kedengaran bunyi atau suara apa pun. Mengapa demikian ? Keduanya adalah orang-orang bisu. Ini terlihat dari gerak tangan yang membantu mereka untuk berkomunikasi satu sama lain. Mereka menjadi bisu karena telinga mereka cacat ( tuli ).
Cacat telinga, tidak menjadi halangan untuk menyampaikan isi hati dan memberikan / menyampaikan informasi kepada orang lain. Ada jalan dan sarana yang bagus yang dapat membantu mereka untuk berkomunikasi yang dapat diterima secara umum dan pesan yang disampaikan juga dapat dipahami orang lain. Konsentrasi juga merupakan syarat dan modal utama untuk "menyerap lebih banyak pesan itu". Inilah yang sering kali hilang / kedodoran di antara orang-orang yang mempunyai "pendengaran normal" sehingga mereka (= saya ) banyak kehilangan pesan yang disampaikan oleh orang lain.
Yang lebih menyedihkan adalah "cacat hati". Cacat hati ini bisa diakibatkan karena luka-luka batin masa kecil, sakit hati yang berkepanjangan, difitnah, dibuang, ditindas dan aneka bentuk kekerasan yang membuat orang "merasa dan mengalami tidak dicintai". Orang-orang yang demikian ini akan kehilangan kepercayaan diri dan kepercayaan kepada sesamanya. Tentu mereka yang demikian ini "dapat disembuhkan dan dipulihkan" baik secara kejiwaan, mental maupun secara spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang utuh, penyembuhannya pun semestinya adalah penyembuhan yang utuh dan menyeluruh.
Di dalam Injil, sering diceritakan Yesus berkeliling dari desa ke desa untuk mewartakan kebaikan Allah, dan menghadirkan kuasa cinta kasih Allah Bapa untuk menyembuhkan yang sakit, menghibur orang yang susah, mengusir setan-setan. Yang lebih utama dari semuanya itu adalah bahwa Allah sungguh mencintai manusia, dan manusia itu adalah ciptaan Allah yang tertinggi. Itulah sebabnya Dia mengutus Yesus, Anak-Nya untuk menyatakan dan menghadirkan kasih Allah itu kepada manusia, melalui hidup, pelayanan, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.
Setelah Dia kembali ke surga, tugas pelayanan itu diserahkan kepada para rasul dan kepada umat yang percaya kepada-Nya. Mereka itu diberi kuasa untuk "menyatakan kasih Allah kepada segala makhluk" termasuk mereka yang "cacat hati" agar mereka pun dipulihkan dan mengalami dahsyatnya kasih sayang Allah itu.
Atas cara yang luar biasa juga, meskipun tidak mengimani Yesus, manusia diberi kuasa untuk meneruskan dan menghadirkan kasih Allah dan kuasa penyembuhan-Nya. Maka, mereka yang telah berbuat baik dan meneruskan kasih sayang Allah, dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, mereka itu adalah utusan-utusan Allah. Berbahagialah mereka yang dipakai Allah untuk membawa kesembuhan utuh dan menyeluruh bagi sesamanya. Allah selalu menyertai dia, dan dia menjadi berkat bagi banyak orang.
Komentar