BAHASA ISYARAT
Selasa malam, 24 April 2012 yang lalu, kami bertiga jalan-jalan di luar kompleks Baan Phu Waan ( Pusat Pelatihan Pastoral ) Keuskupan Agung Bangkok. Salah seorang rekan saya perlu beli rokok. Sebagai orang yang tidak tahu situasi setempat dan tidak tahu di mana harus beli rokok, kami bertiga nekad saja pergi untuk mencarinya. Dengan berbekal tekad itulah kami berjalan kaki.
Dari jauh kami melihat ada kios yang buka, dan harapan yang ada di dada adalah di kios itu dijual juga rokok selain barang-barang yang lain. Saya mendekati kios itu dan ada penjualnya. Saya bertanya: "Ïs there any cigarette ?" Dia seorang gadis remaja yang ternyata tidak tahu bahasa Inggris. Saya pakai bahasa isyarat, yaitu meletakkan 2 jari tangan di mulut sambil mengisap / menarik suara...... Gadis itu mengerti. Dia mengeluarkan 1 batang rokok. Saya mengangkat tangan saya dan menunjukkan kepadanya 10 jari. Maksudnya saya mau beli 10 batang ( tentu saya bermaksud beli 1 bungkus ). Dia ambil dari stoples plastik, yang ada hanya 4 batang. Itu berarti tidak mungkin kami beli di situ......rokok sudah habis. Betapa larisnya rokok di kios itu. Kami kemudian meninggalkan tempat itu, dan pergi ke tempat lain....
Kami bertiga berjalan kaki, menikmati cuaca yang cerah namun agak panas, lalu menyeberang jalan. Di sana ada sebuah kios yang masih buka. Kami mendekatinya dan dengan bahasa isyarat kami berkomunikasi dengan pemilik kios. Mereka tidak tahu bahasa Inggris dan kami tidak tahu bahasa Thai. Ternyata dia mengerti dan 1 bungkus dikeluarkan.Kesulitan berikutnya adalah bertanya: "berapa harga rokok itu ?" Lalu, rekan kami segera mengeluarkan 1 lembar uang kertas senilai 100 bath. Oleh penjual, uang itu diambil dan dikembalikan 40 bath. Itu berarti harga rokok itu 60 bath.
Bahasa / kata-kata antara kami dengan mereka, berbeda. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan mereka dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris atau bahasa Thai. Yang jelas, rekan kami mendapatkan apa yang dia butuhkan: 1 bungkus rokok sudah di tangan. Uang dikembalikan seperti adanya. Kalau begitu, bahasa verbal bisa saja berbeda, namun bahasa fisik / bahasa isyarat amat menjembatani perbedaan itu. Bahasa isyarat telah memungkinkan kami untuk berkomunikasi. Bahasa isyarat telah memungkinkan kami mempunyai satu pengertian.
Dari manakah kemampuan untuk "menemukan dan menyampaikan bahasa isyarat itu ?". Siapakah yang memberikan kemampuan itu ? Sudah terbukti di banyak tempat, bahasa isyarat telah mempersatukan dan telah menjembatani pelabagai kebutuhan dan maksud yang tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata. Dalam bahasa imani, Yang ilahi atau Tuhanlah yang telah memberikan semuanya itu. Maka, tidak ada lain kata selain, ucapan terima kasih atas anugerah kemampuan untuk memiliki dan menggunakan / menangkap bahasa isyarat (bahasa persatuan) itu.
Dari jauh kami melihat ada kios yang buka, dan harapan yang ada di dada adalah di kios itu dijual juga rokok selain barang-barang yang lain. Saya mendekati kios itu dan ada penjualnya. Saya bertanya: "Ïs there any cigarette ?" Dia seorang gadis remaja yang ternyata tidak tahu bahasa Inggris. Saya pakai bahasa isyarat, yaitu meletakkan 2 jari tangan di mulut sambil mengisap / menarik suara...... Gadis itu mengerti. Dia mengeluarkan 1 batang rokok. Saya mengangkat tangan saya dan menunjukkan kepadanya 10 jari. Maksudnya saya mau beli 10 batang ( tentu saya bermaksud beli 1 bungkus ). Dia ambil dari stoples plastik, yang ada hanya 4 batang. Itu berarti tidak mungkin kami beli di situ......rokok sudah habis. Betapa larisnya rokok di kios itu. Kami kemudian meninggalkan tempat itu, dan pergi ke tempat lain....
Kami bertiga berjalan kaki, menikmati cuaca yang cerah namun agak panas, lalu menyeberang jalan. Di sana ada sebuah kios yang masih buka. Kami mendekatinya dan dengan bahasa isyarat kami berkomunikasi dengan pemilik kios. Mereka tidak tahu bahasa Inggris dan kami tidak tahu bahasa Thai. Ternyata dia mengerti dan 1 bungkus dikeluarkan.Kesulitan berikutnya adalah bertanya: "berapa harga rokok itu ?" Lalu, rekan kami segera mengeluarkan 1 lembar uang kertas senilai 100 bath. Oleh penjual, uang itu diambil dan dikembalikan 40 bath. Itu berarti harga rokok itu 60 bath.
Bahasa / kata-kata antara kami dengan mereka, berbeda. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan mereka dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris atau bahasa Thai. Yang jelas, rekan kami mendapatkan apa yang dia butuhkan: 1 bungkus rokok sudah di tangan. Uang dikembalikan seperti adanya. Kalau begitu, bahasa verbal bisa saja berbeda, namun bahasa fisik / bahasa isyarat amat menjembatani perbedaan itu. Bahasa isyarat telah memungkinkan kami untuk berkomunikasi. Bahasa isyarat telah memungkinkan kami mempunyai satu pengertian.
Dari manakah kemampuan untuk "menemukan dan menyampaikan bahasa isyarat itu ?". Siapakah yang memberikan kemampuan itu ? Sudah terbukti di banyak tempat, bahasa isyarat telah mempersatukan dan telah menjembatani pelabagai kebutuhan dan maksud yang tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata. Dalam bahasa imani, Yang ilahi atau Tuhanlah yang telah memberikan semuanya itu. Maka, tidak ada lain kata selain, ucapan terima kasih atas anugerah kemampuan untuk memiliki dan menggunakan / menangkap bahasa isyarat (bahasa persatuan) itu.
Komentar