GARAM

Dalam salah satu pesan kepada murid-murid-Nya, Yesus mengatakan: "Kamu adalah garam dunia". Tidak ada gunanya garam itu bila kehilangan asinnya ?  Ada beberapa arti / makna yang biasanya dimunculkan sebagai buah-buah renungan. Misalnya, menjadi seperti garam berarti "bekerja keras dengan diam-diam" tanpa gembar-gembor, sebagaimana garam. Manusia tidak perlu menonjolkan diri (tetap rendah hati)  bekerja tenang-tenang / menghilang namun "rasa asinnya" tidak hilang.  Juga dapat diartikan "jumlahnya sedikit" tetapi pasti memberikan peran besar: menyedapkan masakan, memberikan rasa gurih, dan mengawetkan. Sebagai orang beriman, meski jumlahnya sedikit, tokh peran memberikan "rasa damai, tenteram, dan bertahan dalam kesulitan" tetap dapat dilaksanakan. Dia tidak usah menunggu dalam jumlah besar, baru mau turut berperan.

Ternyata, ada "penemuan di bidang teknologi" yang  dapat juga diangkat dan direnungkan maknanya. Inilah penemuan itu:

DALAM mengolah masakan, ada satu bahan yang pasti digunakan, yaitu garam. Nyatanya, fungsi garam tidak sekadar menjadikan masakan jauh dari rasa hambar.  "Jarang sekali membuat makanan tidak memakai garam karena garam merupakan elemen penting dalam mengolah makanan," ucap Bernard James Pasalbessy, Executive Chef Pastis Kitchen & Bar di Aston Kuningan Suites, Jakarta, baru-baru ini.

Selain memberikan rasa pada masakan, garam juga membuat makanan menjadi lebih matang. "Garam memberikan elemen-elemen pada makanan menjadi lebih gurih serta kematangan jadi sempurna," tambahnya. Dijelaskannya lagi, garam turut menjaga juicy bahan makanan yang digunakan sehingga akan terasa ketika tersentuh lidah. Apalagi, tegasnya, bila kita mengolah ayam, sapi, ikan, dan kambing.  Menurutnya, pemakaian garam tidak digunakan pada olahan minuman karena cita rasanya akan berubah. "Minuman itu kan lebih dominan pada rasa manis atau lebih mengutamakan flavor sehingga menarik," tutupnya.

Sebagai anak-anak yang dicintai Tuhan, manusia diutus untuk membuat dunia dan masyarakat ini "menjadi lebih matang" dalam menyapa, bergaul, menghargai hidup dan kehidupan sesama, alam dan lingkungan, serta apa saya yang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup.   Karena "sifat garam juga dapat membuat kematangan menjadi sempurna" manusia pun, karena telah mengalami kasih sayang Allah di dalam keluarga, di masyaarakat dan dalam pergaulan dengan sesamanya, dipanggil dan diajak untuk menyempurnakan "mutu kehidupan ini, dan kehidupan bersama".

Undangan / panggilan itu sebenarnya merupakan kehormatan dan bukan merupakan beban. Karena itu, mencelakakan orang lain, menyusahkan, membuat gelap kehidupan dan menghabiskan sumber alam saat ini, sebenarnya berlawanan dengan kodrat manusia yang pada dasarnya "dan dari sono-nya adalah baik".  Ketika seorang anak manusia lahir, orang tua, dan keluarga besar serta kenalan berbahagia, itu berarti anak itu merupakan berkat dan tanda rahmat dari Allah. Orangtua dan keluarga telah menerima kebaikan dari Allah. Maka, bila dia kemudian berbuat kejahatan, dia itu melawan kodrat kebaikan yang ada pada dirinya.

Garam tidak mengubah rupa dan bentuk, tetapi memberikan "mutu lebih besar, daya tahan yang lebih lama dan istimewa". Anak-anak Tuhan pun dipanggil bukan untuk mengubah rupa dan bentuk, tetapi memberikan bobot dan meningkatkan mutu kehidupan, sehingga damai, kebahagiaan dan kesejahteraan yang dialami oleh setiap orang bertahan lama, dan istimewa. Mari kita sambut panggilan ini dengan hati yang penuh sukacita.

Komentar

Postingan Populer