TANGGAPAN ATAS KLARIFIKASI

PARA PEMBACA SETIA,

Syaloom.....

Apa yang disampaikan oleh Bapak Uskup Agats juga mendapatkan tanggapan dari beberapa rekan yang telah membaca dan menyimak klarifikasi tersebut. Saya hadirkan untuk anda, tanggapan rekan-rekan kita ini, sebagai tanda bahwa mereka pun rindu untuk mendapatkan klarifikasi. Saya tuliskan seutuhnya, namun nama-nama mereka tidak saya cantumkan.


Yth. Bapak Uskup AGATS,

Terima kasih Bapak Uskup saya telah bacanya lama dan saya mencari teman2 saya dari Papua untuk menanyakan berita ini, bahkan saya juga buka Google ada juga yang doa syahadat ramai2 di Kolam di Papua, saya,saya bertanya apa ya orang2 ini masih kafir, kalo masih kafir di mana Katekis kita selama ini baik Katolik maupun Protestan. Ko segampang itu orang satu kampung mandi di kolam ramai2 lalu DOA SYAHADAT setelah itu wawancara dan shooting video dan disebarluaskan.

Jadi harus tegas bahwa orang2 ini semua sudah beriman bukan masih kafir, dan kemudian Bapak Uskup tembusan klarifikasi harus juga ke MEDIA CETAK dan ELEKTRONIK serta Pejabat2 di Jakarta jangan hanya di Papua.

Terima kasih Bapak Uskup,
MJ

Yth. Bapak Uskup

Terima kasih atas klarifikasinya, memang kita harus hati-hati atas pemberitaan di media. (Thanks - Sdr. E)


Yth. Bapak Uskup

Mantap. Terima kasih atas klarifikasi dan terutama sikap tegas ini Bapak Uskup. (Sdr. M )

Yth. Bapak Uskup

Seorang pejabat gereja harus berani menyuarakan suara kenabian seperti ini. Setuju agar tembusan dikirim ke media cetak dan elektronik nasional yang menyiarkan berita ini disertai tuntutan agar berita tanggapan ini segera disiarkan sebagai hak jawab.

Mungkin kasus seperti ini mendorong kita berefleksi bagaimana pembinaan iman umat melalui pendidikan Katolik dengan suasana cinta kasih tanpa kekerasan fisik, verbal, dan emosional di seluruh Papua. Paling tidak, pada usia pembentukan dan tumbuh kembangnya iman di SD dan juga SMP, perlunya siswa Katolik bersekolah di sekolah Katolik yang memperhatikan pendalaman iman. Yang penting adalah kualitas, bukan kuantitas.

Kemarin malam kami berbincang dengan Pastor Miller MSC, asal Manado yang kini menjadi vikjen Keuskupan Agung Merauke, delegatus pendidikan, dan Kepala Sekolah Pendidikan Guru di sini. Pertanyaan kami berdasarkan informasi dalam milis ini mengenai peran pastor awam di pedalaman karena kekurangan imam. Gereja di Keuskupan Merauke ini sudah berusia 100 tahun tapi imam, bruder, dan suster pribumi masih langka. Mengapa?

Penjelasan Pastor Miller, ya pernah ia coba menciptakan suasana asrama di SMA Katolik di Merauke yang mirip dan bernuansa seminari dengan suasana religius. Hasilnya ada 4 siswa yang ingin menjadi imam. Mereka dikirim ke STFK di Jayapura tapi akhirnya ke-4-nya menarik diri. Mengapa? Karena, dampak modernisasi, seperti terjadi loncatan budaya, dari budaya peramu langsung terpapar dengan modernisasi. Kedua, faktor politik. Dalam kondisi otonomi daerah ditambah otonomi khusus, yang telah jadi mahasiswa melihat peluang menjadi birokrat, pejabat sepertinya mudah. Mereka cenderung lebih tertarik menjadi pegawai, dan melalui politik bisa jadi pejabat dan dapat banyak uang.

Kami tanyakan, apakah ada adat budaya Papua yang menghambat panggilan anak-anak menjadi imam atau biarawan-biarawati, ia menjawab sebenarnya tidak ada hambatan budaya. Kami katakan, SVD masuk ke NTT tahun 1912, 100 tahun yang lalu. Dan, kini NTT sudah mengirim ratusan imam misionaris dan ribuan suster ke sekitar 40 negara di 5 benua. Mungkin benar statemen romo di Mimika di milis ini bahwa 100 tahun ke depan,Papua mungkin tak akan mandiri dalam menyiapkan imam dan biarawan-biarawati pribumi. Ia tanggapi, kalau untuk NTT menjadi imam, bruder, dan suster itu amat dihargai tapi di sini belum seperti itu.

Sidang / kapitel SVD Provinsi Ende barusan telah memutuskan untuk menerima satu paroki di keuskupan ini dalam waktu dekat. Kini baru ada satu pastor dan satu frater SVD di sini. Dulu ada Pater Daniel Siga SVD yang merintis yayasan persekolahan Katolik dan mendirikan Institut Antonius yang masih ada sampai sekarang. Setelah beliau pulang, tak ada penggantinya. Kebetulan juga waktu itu para frater dari Ledalero yang berpraktik TOP di Merauke banyak yang keluar, berhenti, tak melanjutkan menjadi imam.

Masalah pastoral di Papua memang berat tidak semudah seperti yang kita bayangkan.

Salam dari Tanah Papua, (Sdr. SB )

Tanggapan-tanggapan dapat merupakan dukungan, dan sekaligus dapat pula menjadi bahan pencerahan bagi pemikiran, pengertian / pemahaman dan tindakan selanjutnya yang lebih baik, dan menenteramkan semua (= banyak ) orang. Semua itu dilakukan agar hati manusia makin bersatu, satu dalam kasih, satu dalam pengertian, dan satu dalam langkah untuk membangun negeri ini.

Doa Yesus bagi para murid-Nya:" Semoga mereka bersatu, sama seperti Kita, Aku di dalam Engkau, Engkau di dalam Aku, supaya dunia tahu bahwa Engkaulah yang mengutus Aku", telah terjadi. Ada banyak orang yang menginginkan dan mengusahakan kesatuan, kebersatuan dan kerukunan hidup. Mereka yang mengusahakan "kesatuan" dan "kebersatuan hidup", sebenarnya adalah utusan Allah bagi dunia ini.

Komentar

Postingan Populer