RENUNGAN HARIAN
TGL 4 SEPT 22
Hari ini kita secara resmi membuka Bulan Kitab Suci Nasional. Ada pun
tema yg dipilih adalah *ALLAH SUMBER HARAPAN HIDUP BARU*. Tema ini mau menekankan bhw peristiwa yg tidak enak / mengecewakan
/ membawa beban berat bagi pribadi, keluarga dan masyarakat, misalnya: covid
19, bencana alam dll memang telah meruntuhkan perekonomian nasional, mengurung
orang dan membatasi gerak / aktivitas harian.
Demi mencegah penularan covid yg begitu cepat dan menurunkan angka
kematian, pertemuan2 dibatasi / ditiadakan secara ketat, aturan protokol
diterapkan dan wajib pakai masker dll. Tempat2 ibadah, sekolah dan kantor2
ditutup. Kegiatan dilaksanakan secara daring.
Covid telah mereda dan pertemuan2 boleh diadakan, sekolah2 sdh
dilaksanakan secara tatap muka. Di sisi lain, banyak org telah merasa nyaman dg
kegiatan via medsos / tv dll, sehingga enggan bertemu dg sahabat, rekan kerja
dan org2 yg lain secara langsung spt dulu lagi. Dg tema itu, umat Allah digugah utk setia kpd Allah, mengadakan doa
bersama, serta peduli pada kehidupan sesama.
Dalam Keb 9: 13-18 dikisahkan beginilah firman Tuhan: "Manusia
manakah yg dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah yg dapat memikirkan apa
yang dikehendaki Tuhan? Pikiran segala makhluk yang fana adalah hina, dan
pertimbangan kami ini tidak tetap, sebab jiwa dibebani badan yang fana, dan
kemah dari tanah memberatkan budi yang banyak berpikir.
Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami
menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan yg telah menyelami
apa yang ada di sorga? Siapa gerangan yg sampai mengenal kehendakMu, kalau
Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh KudusMu dari
atas tidak Kauutus?
Demikianlah diluruskan lorong orang yang ada di bumi, dan kepada manusia
diajarkan apa yang berkenan padaMu, maka oleh kebijaksanaan mereka
diselamatkan."
Paulus dalam Film 9b-10.12-17 menyapa Filemon: "Aku, Paulus, yang
sudah menjadi tua, lagi pula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,
mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam
penjara, yakni Onesimus. Dia yaitu buah hatiku, kusuruh kembali
kepadamu.
Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk
melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu,
aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan
seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.
Mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak darimu, supaya engkau dapat
menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih
dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian,
apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. Kalau engkau
menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.
Lukas dalam injilnya (14: 25-33) mewartakan: "Pada suatu kali
banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalananNya. Sambil
berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepadaKu dan
ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya
laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi
muridKu. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat
menjadi muridKu.
Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan
tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya,
mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak
sanggup menyelesaikannya.
Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain
tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia
sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk
menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara
kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi
muridKu.
Hikmah yg dpt kita petik:
1. Bencana alam, wabah pandemi yg luar biasa dahsyat dan
kesulitan2 besar yg menimpa manusia, memang meruntuhkan banyak sendi kehidupan
manusia. Hal itu hendaknya tidak mematikan relasi dan komunikasi serta ikatan
kasih kpd Tuhan dan sesama.
2. Yesus bersabda: "Jikalau seorang datang kepadaKu dan tidak
membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki
atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu".
Persyaratannya sudah jelas dan semua itu memang harus dipikirkan /
dipertimbangkan org itu dg serius. Ikut Yesus menuntut kedewasaan pribadi,
kemandirian dan keberanian utk berkorban dg setia seumur hidup. Tujuannya: dia
bisa lebih tenang dan mantap utk menghadirkan Allah dg hati dan pikiran yg
penuh. Semoga org2 yg demikian, menjadi tanda kehadiran Allah, Sang
Sumber Hidup Baru. Amin. (Mgr Nico Adi MSC).
Komentar