RENUNGAN HARIAN
TGL 9 JUNI 2021
Paulus dalam 2Kor 3: 4-11 mengajar umatnya: "Sdr2, besarlah
keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak
sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri.
Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Dialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu
perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh,
sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian betapa lebih
besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! Sebab, jika pelayanan
yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi
pelayanan yang memimpin kepada pembenaran. Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan
dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai
arti. Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya
lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan.
Matius dalam injilnya (Mat 5: 17-19) mewartakan sabda Yesus:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, tetapi untuk
menggenapinya.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,
sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah
hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada
orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan
Sorga.
Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah hukum Taurat, ia
akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Hikmah yg dpt kita petik:
1. Paulus menegaskan: "Allahlah yg membuat kami sanggup utk
menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru". Dia
menyadari bahwa pelayanan yg diberikan Allah ( di keluarga, di masyarakat, di
komunitas, atau di lembaga apa apun) itu berat, dan menuntut pengorbanan yg besar,
karena standar (= ukuran dan pedomannya) adalah hukum kasih yg tulus, adil dan
menghidupkan.
Standar (= pedoman ) utama itu banyak kali tidak disukai karena
dipandang sulit / menyulitkan mrk dalam menghadapi tuntutan masyarakat.
Dalam hal spt ini, Allah membimbing umatNya agar menemukan kearifan lokal yg
berpadanan dg nilai2 / hukum kasih itu.
Maka, hendaknya kita mengambil waktu tenang, agar dibimbing oleh Roh
Kudus dan menemukan keputusan yg tepat dan membahagiakan.
2. Yesus mengajar org banyak: "Sesungguhnya selama belum lenyap
langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari
hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi".
Betapa hormatnya, Guru kita terhadap Hukum Taurat dan isinya, shg tidak
ada yg dibuang. Maka, hendaknya kita pun menghargai apa yg dihasilkan
oleh para pendahulu kita. Kita menjadi spt ini, karena pendahulu kita telah
berkorban dan meletakkan dasar-dasar dan nilai-nilai yg penting utk kehidupan
anak cucu mereka. Mari kita berterima kasih kpd mereka, melestarikan nilai-nilai luhur yg
mereka wariskan, dan melengkapi apa yg belum ada, sesuai dg tuntutan jaman.
Amin. (Mgr Nico Adi MSC).
Komentar