KEPERCAYAAN LANJUTAN
PEMBACA YANG BUDIMAN
SYALOOM
Saat ini adalah saat yang cukup
padat acara bagi para imam untuk mempersiapkan perayaan malam paska dan minggu
paska. Saya pun mengalami hal yang sama. Namun demikian, ketika membuka blog
ini, saya tergerak hati pula untuk menuliskan sesuatu yang masih ada di dalam
hati. Karena itulah, saya menuangkan semuanya itu dalam tulisan ini untuk
anda. Saya memberi judul pada tulisan
ini: KEPERCAYAAN (LANJUTAN), KARENA MEMANG MERUPAKAN LANJUTAN DARI TULISAN SAYA
YANG LALU TENTANG LANJUTAN.
Kepercayaan kita kepada seseorang
memang tidak muncul tiba-tiba. Ia tumbuh dan berkembang melalui suatu proses pertemuan,
perkenalan, sharing, saling komunikasi dll sehingga terbangunlah dan makin
kokohlah “kepercayaan” timbal balik. Sudah
ada beberapa hal yang saya ungkapkan, namun ternyata saya masih memiliki
beberapa butir lain yang patut untuk ditambahkan juga. Butir-butir itu adalah:
Tanggung Jawab
Kepercayaan yang diberikan
seseorang / lembaga kepada orang tertentu, menuntut (terkandung di dalamnya)
suatu tanggung jawab. Artinya orang yang diberi kepercayaan itu, “menuruti
/melaksanakan mandat yang diberikan kepadanya sampai tuntas, memberikan laporan
sesegera mungkin setelah mandat itu dilaksanakan. Unsur-unsur lain yang berkaitan dengan
tanggung jawab adalah siap untuk menanggung resiko, kesulitan, atau bahkan
berkorban demi terlaksananya mandat itu. Bisa juga, unsur yang berikut ini dimunculkan:
“mengolah mandat itu, menyederhanakannya, atau menyempurnakannnya sehingga
mandat itu sampai dan diterima dengan lebih meyakinkan”.
Menyimpan rahasia
Kepercayaan akan segera hilang /
tidak dapat digantikan lagi, ketika orang yang diberi mandat tidak dapat
menyimpan rahasia. Kata rahasia berpandanan / sinonim dengan kata “secret”
(bahasa Inggris). Kata “secret” berasal dari bahasa Latin “sacer” yang berarti
kudus / suci, lalu muncullah kata “sacral” (bersifat kudus). Jadi “secret”
(sakral) adalah sesuatu yang berkaitan dengan “Yang Kudus” yaitu Allah sendiri,
dan hal-hal yang dikuduskan. Menyimpan “rahasia”
adalah sesuatu yang kudus, karena berkaitan dengan isi hati / pribadi orang.
Maka, rahasia itu harus dijaga dengan baik dan sesuai dengan permintaan orang
yang mempercayakan dirinya itu (PK).
Dalam hal ini kata dalam bahasa
Indonesia memang agak sulit untuk membedakan “rahasia” yang berarti kudus /
suci dan rahasia dalam arti “rencana jahat”. “Rahasia” sering dimengerti
sebagai “menyimpan rapat-rapat fakta yang ia ketahui / berita yang disampaikan
kepadanya”. Apakah hal itu bersifat
kudus atau tidak, itu urusan lain.
Mengembangkan
Kepercayaan yang diberikan
seseorang kepada orang kepercayaan (OK) itu mengandung maksud bahwa OK itu membantu PK
untuk makin maju dan berkembang. Keduanya bukan saling tergantung, tetapi berjalan
bersama-sama menuju ke tingkat kedewasaan / kematangan dan kebahagiaan yang
lebih tinggi. Kepercayaan itu semakin
membebaskan PK dari kesesakan, kekecewaan, keterkurungan dan rasa minder. PK
yang tadinya takut-takut dan mudah putus asa, menjadi orang yang makin mandiri
dan penuh keyakinan akan masa depannya.
Hidupnya diwarnai oleh rasa
syukur dan sukacita
Kepercayaan itu membuat kedua
belah pihak hidup dalam suasana penuh syukur. Mengapa ? karena keduanya saling
memberi berkat. PK dengan “menyerahkan rahasia pribadinya kepada OK dapat
dikatakan “memberkati” OK. Sebaliknya, OK dengan menjaga rahasia pribadi PK
juga telah menjadi berkat bagi PK. Dengan
demikian menjadi jelas, bahwa keduanya telah menjadi saluran berkat. Keduanya
saling memberkati. Itulah sebabnya, keduanya hidup dengan hati yang diwarnai
oleh rasa syukur dan sukacita.
Terima kasih
Kiranya pantas pula bahwa OK
mengucapkan terima kasih kepada PK, karena dirinya “dipilih” dari sekian banyak
orang lain untuk “mendengarkan rahasia-rahasia hidupnya. Memang hal-hal yang
rahasia tidak selalu enak untuk didengarkan dengan telinga, tidak selalu
membawa orang pada pengertian. Sering OK, harus mengikuti / mendengarkan lebih
dulu cerita yang berbelit-belit, lama, tidak jelas arahnya, bingung, belum /tidak tahu solusi yang tepat
untuk PK. Tidak jarang, OK dianggap terlalu keras atau malah menghakimi. Namun ketika semuanya sudah terlewati,
buah-buah manis yang akan muncul dan dirasakan.
Menjadi pribadi yang dipilih, itulah alasan utama untuk mengucapkan
terima kasih kepada PK, dan tentu kepada Allah yang telah menyertai perjalanan panjang
dan sulit itu.
Komentar