RINDU KETEMU BUNDA MARIA

Pembaca yang budiman.....


Bertemu sang bunda, bukan hanya kerinduan orang kota atau orang desa, orang gunung atau orang di pedalaman pun mengalami hal yang sama. Pengalaman kerinduan itu penulis paparkan pada kesempatan ini, pada kesempatan peletakan patung Pieta di desa Jatan - Kabupaten Mappi - Merauke. Beginilah ceritanya:


Patung ‘Pieta’ (patung Bunda Maria tengah memangku jenasah Yesus) tanggal 13/7 diarak dari tempat pembuatannya di Kota Kepi ke Kampung Yatan. Patung ini akan ditempatkan di kapel yang telah dibuat di Kampung Yatan yang direncanakan menjadi tempat Ziarah Rohani umat Katolik di Kabupaten Mappi. Yatan yang letaknya 40 km dari Kepi merupakan tempat perdamaian suku-suku Mappi yang ketika itu masih saling berperang. Sebagai tanda pertobatan, mereka dipermandikan menjadi umat Katolik. Sejarah lahirnya umat baru itu ditandai dengan penancapan salib pertama di kampong itu.
Acara perarakan patung “Pieta’ Bunda Maria itu dilakukan secara sederhana, namun tidak mengurangi makna iman yang luar biasa bagi umat Katolik di wilayah Paroki Kristoforus Mur. Kehadiran patung Pieta sudah ditunggu-tunggu oleh ribuan umat di antaranya umat dari kampong Wagin, Monana, Mur, Linggua, Yatan dan Katan. Mereka sudah ada di lokasi itu sejak tanggal 11/7-2011.

Beberapa perwakilan umat dari Paroki Kristoforus Mur diutus ke Kepi untuk menjemput patung Pieta. Patung itu berbobot kurang lebih 1,5 ton dan diangkut dengan mobil truk bersama perwakilan umat yang datang menjemput di Kepi. Arakan mobil truk yang mengangkut patung, diikuti oleh beberapa mobil lainnya, salah satunya mobil yang ditumpangi Uskup Agung Merauke, Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC bersama Vikep kevikepan Kepi, P. Yakobus Priyono Pr, dewan Paroki Kristus Raja Kepi, Ir. Vincentius Jamlean.

Cuaca cerah, saat umat mulai berkumpul di Kampung Yatan untuk menunggu kedatangan patung itu. Perjalanan mobil pengangkut patung Pieta Bunda Maria pun tanpa hambatan. Ketika mobil truk pengangkut patung itu di kampong Katan, (4 km dari kampung Yatan) secara spontan umat di Katan turun ke jalan dan menari tate (tarian daerah suku Yaghay) diiringi tifa penuh gembira. Umat Katolik Katan tak henti menari mengiringi mobil truk pengangkut patung hingga Kampung Yatan.

Ketika tiba di Kampung Yatan, ribuan umat yang sudah menanti kehadiran patung Pieta itu, sedang berdiri memadati jalan persis di ujung rawa Yatan. Suara Tifa terus menggema, tua muda, kecil besar semua umat menari tate dengan berbagai gayanya dan bersorak sorai, sebagai luapan rasa haru dan kegembiraan mereka atas kehadiran sang Bunda maria bersama anaknya Yesus.

Umat secara resmi menyambut kedatangan patung Pieta dengan bahasa adat. Setelah itu, mobil truk pengangkut patung diarak hingga ke depan gedung Gereja baru Yatan. Dari samping gedung Gereja baru Yatan, patung Pieta ditandu umat menuju tempat yang disiapkan di Kapel, persis di depan tempat penancapan salib pertama, tanda suku-suku di Mappi dipermandikan menjadi Katolik. Ribuan umat sambil menyanyi dan menari tate. Suasana hingar binger umat, pertanda luapan suka cita sangat terasa saat patung Pieta itu sampai di kapel dan ditempatkan di tempat yang sudah disiapkan.

Hari ini merupakan hari bersejarah bagi kehidupan umat iman umat di Kevikepan Kepi, terlebih khusus bagi umat Paroki Kristoforus Mur. Maka marilah kita bersyukur karena hari ini kita diberikan cuaca yang baik sehingga patung Pieta Bunda Maria tiba dengan selamat sampai di sini. Tempat ini direncanakan menjadi tempat Ziarah Rohani bagi umat Katolik di Kevikepan Kepi, ‘ungkap pastor Paroki Kristoforus Mur, P. Pius Heljanan MSC saat doa bersama menutup rangkaian acara penjemputan patung Pieta Bunda Maria itu. Setelah itu umat pun pulang dengan sukacita.

Komentar

Postingan Populer