PELANGI KASIH DI UFUK TIMUR

"Kemuliaan di tempat yang mahatinggi, dan damai di bumi bagi orang yang berkehendak baik" (Luk 2:14) adalah nyanyian para malaikat. Mereka bergembira atas kelahiran Yesus, Anak Allah yang telah lama dirindukan oleh umat manusia. Damai yang dirindukan itu, disuarakan dan dihadirkan kembali oleh masyarakat Merauke, pada tanggal 12 Februari, bertepatan dengan hari jadi kota Merauke. Sr. Rosina PBHK meliput acara sukacita itu. Penulis menuliskan kembali liputan itu untuk anda:

Untaian kata “ Dirgahayu Kota Merauke ” bergema diseluruh kota, dan pelosok tanah Marin tepatnya pada tanggal 12 Februari 2011. Sebuah kado terindah dipersembahkan masyarakat kota Merauke kepada negeri ini berupa kegiatan “karnaval” budaya. Menjelang perayaan Ulang Tahun Kota Merauke yang ke 109, Panitia mengadakan berbagai kegiatan berupa pembersihan kota, dan halaman rumah warga. Ada berbagai perlombaan yang diadakan di sekolah dan kelurahan. Salah satunya adalah karnaval budaya yang melibatkan semua warga masyarakat mulai dari anak-anak, hingga orang dewasa, pada tanggal 7 Februari 2011. Kegiatan Karnaval yang diadakan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk mempersiapkan diri menyambut berkat melimpah Tuhan atas tanah Anim ha ( anim= manusia ; ha= sejati). Masyarakat lokal menyebut diri Anim ha = manusia sejati, karena mereka punya sejarah, tradisi, adat dan nilai-nilai yang telah menghantar mereka menjadi manusia yang utuh dan sempurna.

Tanah Merauke ini – serentak untuk tanah di seluruh pulau Papua - sejak tahun 2000 dinyatakan sebagai zona damai. Damai telah dirasakan oleh semua penduduk yang tinggal di wilayah ini. Hidup damai merupakan idaman sekaligus perjuangan semua warga masyarakat setiap hari. Maka pada kesempatan yang berbahagia itu, masyarakat Merauke bersyukur atas anugerah Tuhan yang tercurah dalam diri setiap insan, umat beragama, suku, bahasa , adat istiadat/ budaya yang termuat dalam bingkai Bineka Tunggal Ika.

Kota Merauke telah dikenal sebagai tanah damai, tanah bersaudara, tanah yang menyuburkan cinta kasih, saling menghargai perbedaan antara suku, budaya, etnis dan agama. Semua itu dikemas agar menjadi satu dalam pikiran, satu hati, satu tujuan yang terrangkai dalam sebuah moto Kabupaten Merauke adalah IZAKOD BEKAI IZAKOD KAI .

12 Februari 2011 saat pagi hari nan indah dipayungi pekatnya awan, hujan menetes dan menggenangi tanah Anim ha. Ia membangunkan warga masyarakat untuk bersuka cita menyongsong fajar kehidupan HUT kota Merauke ke 109. Derasnya hujan tak mampu mengurungkan niat masyarakat Merauke untuk berhamburan memenuhi sepanjang jalan Raya Mandala hingga jalan Brawijaya pusat perkantoran pemerintahan Kabupaten Merauke. Pelangi kasih terpancar indah dari warna-warni pakaian pelbagai etnis mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Ini semua pertanda bahwa masyarakat siap mendukung program pemerintah dalam pembangunan dari berbagai segi kehidupan di Kabupaten Merauke tercinta.

Gemuruh musik, lagu, tari-tarian , dramatisasi cerita rakyat berlenggang ria, mempercantik wajah Kota Merauke. Gerak itu diperankan oleh anak-anak mulai dari tingkat SD,SMP, SMU/SMK, Perguruan Tinggi yang ada di Merauke. Karnaval bagi Masyarakat Merauke merupakan ajang eksibisi dari berbagai kalangan yang ingin menunjukan kebolehan dan keberhasilan mereka. Semuanya itu sebagai bukti kerja keras masyarakat, pemerintah, Aparat, para pengusaha, tokoh Agama, tokoh adat setempat dalam perjuangan membangun kesatuan hidup dalam keragaman. Seruan-seruan keprihatinan, sejuta harapan , suara pembaharuan termuat dalam spanduk-spanduk yang dikibarkan sepanjang arena karnaval, berbagai orasi, aspirasi masyarakat.

Juga ada pernyataan sikap secara kelompok yang disampaikan langsung kepada Bupati Kabupaten Merauke Romanus Mbaraka, Wakil Bupati, Muspida dan tamu undangan yang hadir memenuhi tribun PEMDA. Seluruhnya menyambut pernyataan itu dengan tepuk tangan meriah. Itu menandakan bahwa pemerintah dan seluruh masyarakat siap sedia melanjutkan pembangunan melalui berbagai bidang demi kesejahteraan masyarakat di Bumi Anim Ha. Jayalah Negeriku, Jayalah Bangsaku, Jayalah tanah Papua Selatan tanah terberkati, tanah terjanji.

Dalam dokumen Gereja Gaudium et Spes no: 1 dinyatakan "Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang jaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Penegasan itu hendak menegaskan bahwa umat Allah (umat katolik) juga turut merasakan dan ambil bagian dalam kehidupan dan keadaan nyata masyarakat di mana pun mereka berada.

Maka, kegembiraan masyarakat menyambut dan merayakan 109 tahun kota Merauke, merupakan kegembiraan semua umat Allah, termasuk di dalamnya umat katolik juga. Di dalam suasana kebersamaan itu, Allah yang satu dan sama, Allah yang diyakini di negara Pancasila sebagai Tuhan yang Mahaesa, telah menyatukan umat-Nya di ufuk timur Indonesia.

Melalui kegiatan yang nampaknya hanya kegiatan pemerintah, kegiatan yang sifatnya ramai dan meriah, ternyata Tuhan juga berkarya. Dia hadir dan menyertai umat-Nya.

Komentar

Postingan Populer