PAPUA TANAH DAMAI
Tanggal 5 Februari bagi masyarakt Papua, adalah hari khusus dan hari penuh syukur. Mengapa demikian ? Hari itu 156 tahun yang lalu, adalah hari pewartaan Injil yang diprakarsai oleh Pendeta Otto dan Gisler, di suatu kampung kecil di pulau Mansinam. Dari sanalah, Injil kemudian menyebar ke seluruh Papua bagian Utara. Saat ini, sudah banyak orang yang mengenal Injil, dan menjadi tanda sukacita bahwa Tuhan sungguh mengasihi umat manusia, juga umat dan masyarakat di tanah Papua.
Sejak tahun 2000, tanggal 5 Februari bukan hanya dijadikan Hari Syukuran masuknya Injil, tetapi menjadi hari promosi Papua sebagai Tanah Damai. Umat Allah, bukan hanya yang Kristen, tetapi juga umat Katolik, Hindu, Budha dan Islam bersama-sama berdoa dan berkomitmen untuk menjadikan dan mengusahakan terus, Papua sebagai Tanah Damai. Ini suatu tanda rahmat dan sekaligus perwujudan "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda-beda, namun tetap satu).
Tanggal 5 Februari 2011 yang lalu, Merauke menjadi tuan rumah penyelenggaraan Doa Bersama ke III, sekaligus memperbaharui komitmen "Promosi Papua Tanah Damai". Dalam rangka mempersiapkan semua kegiatan itu, Uskup Jayapura (Mgr. Leo ) dan Pendeta Herman Saud, telah menyempatkan diri untuk hadir, menyatakan dukungan dan berharap bahwa di Merauke syukuran dan promosi kemanusiaan itu akan berjalan lancar dan membawa buah-buah kasih bagi seluruh masyarakat.
Ada pun selain doa bersama, Panitia juga menyelenggarakan Lomba Koor, Berpidato tentang Papua Tanah Damai, dan Ziarah Doa. Dalam kegiatan ziarah doa ini, wakil-wakil umat beragama, berarak / berjalan kaki sepanjang 20 km sambil membawa obor. Ketika tiba di rumah-rumah ibadat masing-masing agama (Wihara, Gereja, Mesjid dan Klenteng) semua berdoa yang dipimpin oleh masing-masing pemimpin agama. Dampak dari kegiatan-kegiatan itu adalah masyarakat makin damai, hidup makin rukun dan kerja sama makin akrab.
Kegiatan antar umat beragama ini, bukan hanya kegiatan yang menyangkut doa dan ziarah, tetapi akan mewujud dalam kegiatan kemanusiaan. Misalnya, bakti sosial di rumah sakit, atau di tempat-tempat umum. Akan diadakan juga kegiatan pelayanan kesehatan kepada orang-orang sakit di pinggiran kota, dan bantuan-kepada para korban bencana alam.
Kegiatan kemanusiaan ini, tanpa didasari doa tentu akan berbuah kekecewaan, kelelahan fisik dan mental. Namun bila didasarkan pada kasih dan doa, orang makin disatukan dan makin menjadi saudara, sebab kegiatan itu merupakan pancaran dan perwujudan iman yang mereka hayati. Lebih dari semua itu, lewat kegiatan itu, Allah sendiri yang bekerja dan mempersatukan umat-Nya.
Sejak tahun 2000, tanggal 5 Februari bukan hanya dijadikan Hari Syukuran masuknya Injil, tetapi menjadi hari promosi Papua sebagai Tanah Damai. Umat Allah, bukan hanya yang Kristen, tetapi juga umat Katolik, Hindu, Budha dan Islam bersama-sama berdoa dan berkomitmen untuk menjadikan dan mengusahakan terus, Papua sebagai Tanah Damai. Ini suatu tanda rahmat dan sekaligus perwujudan "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda-beda, namun tetap satu).
Tanggal 5 Februari 2011 yang lalu, Merauke menjadi tuan rumah penyelenggaraan Doa Bersama ke III, sekaligus memperbaharui komitmen "Promosi Papua Tanah Damai". Dalam rangka mempersiapkan semua kegiatan itu, Uskup Jayapura (Mgr. Leo ) dan Pendeta Herman Saud, telah menyempatkan diri untuk hadir, menyatakan dukungan dan berharap bahwa di Merauke syukuran dan promosi kemanusiaan itu akan berjalan lancar dan membawa buah-buah kasih bagi seluruh masyarakat.
Ada pun selain doa bersama, Panitia juga menyelenggarakan Lomba Koor, Berpidato tentang Papua Tanah Damai, dan Ziarah Doa. Dalam kegiatan ziarah doa ini, wakil-wakil umat beragama, berarak / berjalan kaki sepanjang 20 km sambil membawa obor. Ketika tiba di rumah-rumah ibadat masing-masing agama (Wihara, Gereja, Mesjid dan Klenteng) semua berdoa yang dipimpin oleh masing-masing pemimpin agama. Dampak dari kegiatan-kegiatan itu adalah masyarakat makin damai, hidup makin rukun dan kerja sama makin akrab.
Kegiatan antar umat beragama ini, bukan hanya kegiatan yang menyangkut doa dan ziarah, tetapi akan mewujud dalam kegiatan kemanusiaan. Misalnya, bakti sosial di rumah sakit, atau di tempat-tempat umum. Akan diadakan juga kegiatan pelayanan kesehatan kepada orang-orang sakit di pinggiran kota, dan bantuan-kepada para korban bencana alam.
Kegiatan kemanusiaan ini, tanpa didasari doa tentu akan berbuah kekecewaan, kelelahan fisik dan mental. Namun bila didasarkan pada kasih dan doa, orang makin disatukan dan makin menjadi saudara, sebab kegiatan itu merupakan pancaran dan perwujudan iman yang mereka hayati. Lebih dari semua itu, lewat kegiatan itu, Allah sendiri yang bekerja dan mempersatukan umat-Nya.
Komentar