HARI ANAK MISIONER
Hari Anak Misioner Sedunia yang ke 167 tahun 2010 dirayakan secara meriah di Merauke. Tema yang dipilih adalah “Aku telah melihat bintangnya”. Kegiatan itu, Jumat tanggal 8 Januari 2010 diawali dengan pawai yang dimulai dari halaman wisma Uskup Agung Merauke, menuju ke halaman paroki St.Yosep Bambu Pemali Merauke. Jarak antara kedua tempat itu sekitar 2 km.
Didahului oleh drum band dari SD Budi Mulia, anak-anak yang jumlahnya ratusan itu secara tertib berarak menuju ke paroki St. Yosep. Tidak ketinggalan para orangtua, para Pembina dan pendukung kegiatan itu juga turut serta. Beberapa pastor, suster, bruder dan frater juga turut berpartisipasi dan mendukung kegiatan hari itu. Di halaman depan gereja paroki, Bapak Uskup Agung Merauke memberikan sambutannya kepada anak-anak ( para misionaris cilik).
Bapak Uskup mengawali sambutannya dengan mengajarkan nyanyian :”Bintang satu, bintangnya ibuku. Bintang dua, bintangnya ayahku. Bintang tiga, aku tidak punya. Bintang Tujuh, bintangnya Yesus Kristus. Lagu tsb dinyanyikan seperti lagu “Bintang Kecil”, dikumandangkan beberapa kali, dan lincah, sehingga anak-anak segera hafal dan menyukainya.
Uskup menyampaikan bahwa anak-anak dengan kegiatan / pekerjaan kecil-kecil sehari-hari, dapat menjadi “bintang” atau menjadi saluran kasih kepada orangtua, kakak adik, dan anggota keluarga. Misalnya, menyapu halaman rumah, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, membereskan kamar tidur dll. Berdoa sebelum makan, menghafalkan doa-doa wajib yang diajarkan guru juga merupakan usaha untuk mendapatkan bintang.
Kalau sudah melakukan hal-hal yang baik, berbicara yang sopan, suka menolong, anak-anak berhak juga mendaptkan “bintang” penghargaan. Untuk itu, anak-anak bisa bernyanyi:” Bintang satu, bintangnya ibuku. Bintang dua, bintangnya ayahku. Bintang tiga, itu saya punya. Bintang Tujuh, bintangnya Yesus Kristus”.
Pada hari Sabtu, jam 15.00 di lapangan Hasanab Sai Merauke, digelar pentas nyanyi untuk anak-anak. Mereka bersukacita atas kegiatan itu, karena memang mereka punya talenta untuk menyanyi dan menari dan digerakkan oleh para pendamping (Pembina Karya Kepausan Indonesia dan Sekami Merauke) serta mendapat dukungan fasilitas dan dana dari Pemda Kabupaten Merauke.
Kegiatan itu berpuncak pada hari Minggu tgl 10 Januari 2010, dengan misa Mulia yang dipersembahkan oleh Uskup Agung Merauke, didampingi oleh pastor Victor MSC, Pastor Alo Batmyanik MSC, dan Pastor John. Ratusan anak-anak dan remaja yang berasal dari Stasi SP3 Tanah Miring - paroki Bunda Hati Kudus – Kuper, Paroki Wendu, dari Stasi Buti, Payum - Paroki Buti, Paroki Sang Penebus, Maria Fatima, St. Yoseph, Katedral, Stasi Gudang Arang, memenuhi halaman Lapangan Hasanab Sai – Merauke.
Berdasarkan tema: “Aku telah melihat bintangnya”, dalam homilinya, Uskup mengajak anak-anak untuk menyebut 7 Sakramen yang ada di dalam gereja katolik, mengajar anak-anak berdoa sebelum makan, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil di rumah yang dapat dirasakan oleh anggota keluarga. Misalnya, membersihkan lantai yang basah karena adik kecil pipis, mencuci piring, membereskan kamar tidur dll. Kalau telah melakukan pekerjaan-pekerjaan itu, anak-anak telah menjadi “bintang” (menjadi sumber kegembiraan, menjadi saluran kebaikan Tuhan) bagi teman-teman.
Setelah misa, jumlah hadirin di seputar panggung utama makin banyak. Mengapa demikian ? Mereka memang menunggu kehadiaran para artis cilik / remaja dari Jakarta: Kiki, Gabriel, Angel, Nobo dan Ve. Anak-anak Merauke sudah tidak sabar lagi menunggu para artis itu, sehingga ketika gerimis sudah reda, para artis cilik mulai menyanyi, mereka makin merapat ke pinggir panggung.
Ternyata yang hadir pada saat itu bukan hanya anak-anak, kaum muda dan para orangtua juga turut hadir dan bergembira bersama. Sayang bahwa Bapak Bupati yang menjadi sponsor acara itu masih berada di Jakarta. Asisten III, yang mewakili Bupati memberikan sambutan pada malam itu. Beliau menyampaikan ucapan selamat Natal 25 Desember 2009 dan Tahun Baru 2010, dan menegaskan bahwa Tanah Merauke adalah Tanah Damai. Di dalam suasana inilah, masyarakat membangun Merauke dan menyambut para tamu dari Jakarta.
Para artis telah menjadi contoh bagi anak-anak di Merauke bahwa mereka meskipun banyak kegiatan bahkan sampai ke Merauke tokh tetap dapat bersekolah. Atas dasar itu, anak-anak di Merauke dihimbau agar tetap bersekolah meskipun ada banyak kegiatan. Jangan sampai kegiatan-kegiatan itu, membuat anak-anak lantas putus sekolah.
Selain para artis cilik dari Jakarta, artis-artis cilik dari Merauke pun tampil. Mereka amat mempesona dan membuat cuaca dingin akibat hujan sore harinya, menjadi hangat dan meriah. Artis-artis cilik Merauke pun berani berduet dengan artis-artis Ibukota.
Memang benar bahwa menyanyi, bermusik yang baik dan tenang dapat menjadi penghiburan, pengikat hati dan pemersatu nurani anak manusia. Ketika unsur-unsur kemanusiaan bertemu, persaudaraan dialami, hati nurani dikedepankan, di sana terjadi kesatuan yang mendalam dan indah. Suasana yang demikianlah yang dirindukan oleh setiap orang.
Didahului oleh drum band dari SD Budi Mulia, anak-anak yang jumlahnya ratusan itu secara tertib berarak menuju ke paroki St. Yosep. Tidak ketinggalan para orangtua, para Pembina dan pendukung kegiatan itu juga turut serta. Beberapa pastor, suster, bruder dan frater juga turut berpartisipasi dan mendukung kegiatan hari itu. Di halaman depan gereja paroki, Bapak Uskup Agung Merauke memberikan sambutannya kepada anak-anak ( para misionaris cilik).
Bapak Uskup mengawali sambutannya dengan mengajarkan nyanyian :”Bintang satu, bintangnya ibuku. Bintang dua, bintangnya ayahku. Bintang tiga, aku tidak punya. Bintang Tujuh, bintangnya Yesus Kristus. Lagu tsb dinyanyikan seperti lagu “Bintang Kecil”, dikumandangkan beberapa kali, dan lincah, sehingga anak-anak segera hafal dan menyukainya.
Uskup menyampaikan bahwa anak-anak dengan kegiatan / pekerjaan kecil-kecil sehari-hari, dapat menjadi “bintang” atau menjadi saluran kasih kepada orangtua, kakak adik, dan anggota keluarga. Misalnya, menyapu halaman rumah, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, membereskan kamar tidur dll. Berdoa sebelum makan, menghafalkan doa-doa wajib yang diajarkan guru juga merupakan usaha untuk mendapatkan bintang.
Kalau sudah melakukan hal-hal yang baik, berbicara yang sopan, suka menolong, anak-anak berhak juga mendaptkan “bintang” penghargaan. Untuk itu, anak-anak bisa bernyanyi:” Bintang satu, bintangnya ibuku. Bintang dua, bintangnya ayahku. Bintang tiga, itu saya punya. Bintang Tujuh, bintangnya Yesus Kristus”.
Pada hari Sabtu, jam 15.00 di lapangan Hasanab Sai Merauke, digelar pentas nyanyi untuk anak-anak. Mereka bersukacita atas kegiatan itu, karena memang mereka punya talenta untuk menyanyi dan menari dan digerakkan oleh para pendamping (Pembina Karya Kepausan Indonesia dan Sekami Merauke) serta mendapat dukungan fasilitas dan dana dari Pemda Kabupaten Merauke.
Kegiatan itu berpuncak pada hari Minggu tgl 10 Januari 2010, dengan misa Mulia yang dipersembahkan oleh Uskup Agung Merauke, didampingi oleh pastor Victor MSC, Pastor Alo Batmyanik MSC, dan Pastor John. Ratusan anak-anak dan remaja yang berasal dari Stasi SP3 Tanah Miring - paroki Bunda Hati Kudus – Kuper, Paroki Wendu, dari Stasi Buti, Payum - Paroki Buti, Paroki Sang Penebus, Maria Fatima, St. Yoseph, Katedral, Stasi Gudang Arang, memenuhi halaman Lapangan Hasanab Sai – Merauke.
Berdasarkan tema: “Aku telah melihat bintangnya”, dalam homilinya, Uskup mengajak anak-anak untuk menyebut 7 Sakramen yang ada di dalam gereja katolik, mengajar anak-anak berdoa sebelum makan, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil di rumah yang dapat dirasakan oleh anggota keluarga. Misalnya, membersihkan lantai yang basah karena adik kecil pipis, mencuci piring, membereskan kamar tidur dll. Kalau telah melakukan pekerjaan-pekerjaan itu, anak-anak telah menjadi “bintang” (menjadi sumber kegembiraan, menjadi saluran kebaikan Tuhan) bagi teman-teman.
Setelah misa, jumlah hadirin di seputar panggung utama makin banyak. Mengapa demikian ? Mereka memang menunggu kehadiaran para artis cilik / remaja dari Jakarta: Kiki, Gabriel, Angel, Nobo dan Ve. Anak-anak Merauke sudah tidak sabar lagi menunggu para artis itu, sehingga ketika gerimis sudah reda, para artis cilik mulai menyanyi, mereka makin merapat ke pinggir panggung.
Ternyata yang hadir pada saat itu bukan hanya anak-anak, kaum muda dan para orangtua juga turut hadir dan bergembira bersama. Sayang bahwa Bapak Bupati yang menjadi sponsor acara itu masih berada di Jakarta. Asisten III, yang mewakili Bupati memberikan sambutan pada malam itu. Beliau menyampaikan ucapan selamat Natal 25 Desember 2009 dan Tahun Baru 2010, dan menegaskan bahwa Tanah Merauke adalah Tanah Damai. Di dalam suasana inilah, masyarakat membangun Merauke dan menyambut para tamu dari Jakarta.
Para artis telah menjadi contoh bagi anak-anak di Merauke bahwa mereka meskipun banyak kegiatan bahkan sampai ke Merauke tokh tetap dapat bersekolah. Atas dasar itu, anak-anak di Merauke dihimbau agar tetap bersekolah meskipun ada banyak kegiatan. Jangan sampai kegiatan-kegiatan itu, membuat anak-anak lantas putus sekolah.
Selain para artis cilik dari Jakarta, artis-artis cilik dari Merauke pun tampil. Mereka amat mempesona dan membuat cuaca dingin akibat hujan sore harinya, menjadi hangat dan meriah. Artis-artis cilik Merauke pun berani berduet dengan artis-artis Ibukota.
Memang benar bahwa menyanyi, bermusik yang baik dan tenang dapat menjadi penghiburan, pengikat hati dan pemersatu nurani anak manusia. Ketika unsur-unsur kemanusiaan bertemu, persaudaraan dialami, hati nurani dikedepankan, di sana terjadi kesatuan yang mendalam dan indah. Suasana yang demikianlah yang dirindukan oleh setiap orang.
Komentar