3 SUSTER TAREKAT PENYELENGGARA ILAHI
KEHADIRAN 3 SUSTER TAREKAT PENYELENGGARA ILAHI
Tanggal 9 Januari 2010 3 orang suster Penyelenggara Ilahi (PI) mendarat di Merauke dengan menumpang pesawat Merpati. Mereka dijemput oleh Mgr Niko Adi, Uskup Agung Merauke, di bandara Moppa. Hari itu amat cerah dan cuaca amat mendukung untuk kelancaran penerbangan. Semoga kehadiran mereka di Merauke merupakan tanda rahmat yang makin besar bagi umat dan masyarakat Merauke.
Sambil menunggu masa orientasi, mereka turut menghadiri tahbisan diakon Faby Tutuboy Pr,hari minggu 10 Januari 2010. Pada hari berikutnya mereka berkunjung ke SD Xaverius I dan II Merauke, SMA John 23 dan SMP John 23 Merauke. Cuaca hari itu juga mendukung untuk kegiatan kunjungan itu. Mereka melihat bahwa di Merauke juga ada SD, SMP dan SMA Katolik yang cukup gurunya, gedungnya lumayan, dan kegiatan belajar mengajar cukup teratur.
Mereka juga melihat daerah pertanian di luar kota Merauke, kira-kira 1 jam dari Merauke dengan mobil. Daerah itu tahun 2010 ini merupakan bagian wilayah yang dipromosikan sebagai lumbung padi nasional. Memang dengan daerah yang luas dan datar, curah hujan yang cukup, humus tanah yang cukup tebal, layaklah daerah ini bukan hanya dipromosikan, tetapi juga pantas diusahakan sungguh-sungguh sebagai daerah lumbung beras nasional.
Bersama dengan Sr. Franssiska Alma, Sr Florensia Alma, Sr.Goretti PBHK, Sr. Yulita PBHK, dan Sr. Agnesia TMM mereka menjalani masa orientasi. Pada hari Pertama mereka mendapatkan penjelasan tentang situasi Keuskupan Agung Merauke, dengan kekuatan, harapan dan tantangan yang ada. Pada hari kedua diberikan informasi tentang komisi-komisi, kerja sama dengan para mitra kerja, fokus perhatian keuskupan yaitu di bidang pendidikan dan kesehatan, serta pengembangan sosial ekonomi.
Ketiga suster PI itu adalah Sr. Yulia Silalahi PI, Sr. Adriana Sinaga PI, dan Sr. Priska PI (wakil provinsial PI yang mengantar mereka membuka komunitas di Kepi). Kehadiran kedua suster PI di Kepi tanggal 21 Januari 2010 yang lalu merupakan lembaran baru, yaitu lahirnya satu komunitas baru di Kevikepan Kepi / Keuskupan Agung Merauke.
Bekerja di Keuskupan Agung Merauke memang membutuhkan fisik yang prima, berani melaksanakan tugas rangkap, bahkan melakukan pekerjaan pertukangan, perkebunan, peternakan dll. Pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, pengembangan sosial ekonomi juga tidak bisa dilepaskan dari pelayanan pastoral. Semuanya itu menyatu, terlebih dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan hidup saudara-saudari yang sedang mengejar ketertinggalan mereka.
Meskipun banyak pekerjaan, bukan berarti bahwa gairah hidup dan semangat pelayanan memudar. Dengan mengalami sendiri pelayanan yang terpadu, seluruh hidup dan talenta ini dibutuhkan dan menjadi kekuatan pengembangan masyarakat, kebahagiaan hidup dan bahwa hidup ini berarti bagi orang lain itu sungguh nyata.
Situasi yang menantang, sarana dan prasarana yang terbatas, SDM yang belum terampil dapat membuat / mendorong orang menjadi lebih kreatif, berani membangun mitra kerja berdasarkan ketulusan, kejujuran, kesetiaan dan kepercayaan. Dan di atas semuanya itu, iman, harapan dan kasih kepada Allah dan sesama itu menjadi lebih nyata. Bekerja di medan yang berat, banyak hal yang terbatas, dengan SDM seadanya tanpa 3 keutamaan itu, rasanya melelahkan, membosankan dan tidak jarang membawa kekecewaan. Namun dengan dasar ketiga keutamaan itu, hidup menjadi indah dan orang dapat bekerja dengan penuh semangat karena Tuhanlah yang menuntun dan menjamin kegiatan dan kehidupan setiap orang.
Tanggal 9 Januari 2010 3 orang suster Penyelenggara Ilahi (PI) mendarat di Merauke dengan menumpang pesawat Merpati. Mereka dijemput oleh Mgr Niko Adi, Uskup Agung Merauke, di bandara Moppa. Hari itu amat cerah dan cuaca amat mendukung untuk kelancaran penerbangan. Semoga kehadiran mereka di Merauke merupakan tanda rahmat yang makin besar bagi umat dan masyarakat Merauke.
Sambil menunggu masa orientasi, mereka turut menghadiri tahbisan diakon Faby Tutuboy Pr,hari minggu 10 Januari 2010. Pada hari berikutnya mereka berkunjung ke SD Xaverius I dan II Merauke, SMA John 23 dan SMP John 23 Merauke. Cuaca hari itu juga mendukung untuk kegiatan kunjungan itu. Mereka melihat bahwa di Merauke juga ada SD, SMP dan SMA Katolik yang cukup gurunya, gedungnya lumayan, dan kegiatan belajar mengajar cukup teratur.
Mereka juga melihat daerah pertanian di luar kota Merauke, kira-kira 1 jam dari Merauke dengan mobil. Daerah itu tahun 2010 ini merupakan bagian wilayah yang dipromosikan sebagai lumbung padi nasional. Memang dengan daerah yang luas dan datar, curah hujan yang cukup, humus tanah yang cukup tebal, layaklah daerah ini bukan hanya dipromosikan, tetapi juga pantas diusahakan sungguh-sungguh sebagai daerah lumbung beras nasional.
Bersama dengan Sr. Franssiska Alma, Sr Florensia Alma, Sr.Goretti PBHK, Sr. Yulita PBHK, dan Sr. Agnesia TMM mereka menjalani masa orientasi. Pada hari Pertama mereka mendapatkan penjelasan tentang situasi Keuskupan Agung Merauke, dengan kekuatan, harapan dan tantangan yang ada. Pada hari kedua diberikan informasi tentang komisi-komisi, kerja sama dengan para mitra kerja, fokus perhatian keuskupan yaitu di bidang pendidikan dan kesehatan, serta pengembangan sosial ekonomi.
Ketiga suster PI itu adalah Sr. Yulia Silalahi PI, Sr. Adriana Sinaga PI, dan Sr. Priska PI (wakil provinsial PI yang mengantar mereka membuka komunitas di Kepi). Kehadiran kedua suster PI di Kepi tanggal 21 Januari 2010 yang lalu merupakan lembaran baru, yaitu lahirnya satu komunitas baru di Kevikepan Kepi / Keuskupan Agung Merauke.
Bekerja di Keuskupan Agung Merauke memang membutuhkan fisik yang prima, berani melaksanakan tugas rangkap, bahkan melakukan pekerjaan pertukangan, perkebunan, peternakan dll. Pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, pengembangan sosial ekonomi juga tidak bisa dilepaskan dari pelayanan pastoral. Semuanya itu menyatu, terlebih dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan hidup saudara-saudari yang sedang mengejar ketertinggalan mereka.
Meskipun banyak pekerjaan, bukan berarti bahwa gairah hidup dan semangat pelayanan memudar. Dengan mengalami sendiri pelayanan yang terpadu, seluruh hidup dan talenta ini dibutuhkan dan menjadi kekuatan pengembangan masyarakat, kebahagiaan hidup dan bahwa hidup ini berarti bagi orang lain itu sungguh nyata.
Situasi yang menantang, sarana dan prasarana yang terbatas, SDM yang belum terampil dapat membuat / mendorong orang menjadi lebih kreatif, berani membangun mitra kerja berdasarkan ketulusan, kejujuran, kesetiaan dan kepercayaan. Dan di atas semuanya itu, iman, harapan dan kasih kepada Allah dan sesama itu menjadi lebih nyata. Bekerja di medan yang berat, banyak hal yang terbatas, dengan SDM seadanya tanpa 3 keutamaan itu, rasanya melelahkan, membosankan dan tidak jarang membawa kekecewaan. Namun dengan dasar ketiga keutamaan itu, hidup menjadi indah dan orang dapat bekerja dengan penuh semangat karena Tuhanlah yang menuntun dan menjamin kegiatan dan kehidupan setiap orang.
Komentar