APA ADANYA


PESTA PELINDUNG PAROKI KRISTUS RAJA KEPI

Sebuah Cara Baru Hidup Menggereja Menuju Kesejatian Hidup Anak-anak Allah

“Gelar Raja, yang diberikan kepada Yesus, bukanlah sebuah kuasa untuk memerintah dengan semaunya, bahkan membunuh orang dengan semaunya, tetapi ungkapan raja Ia dapatkan ketika harus mati di salib demi keselamatan umat manusia”

Pada hari minggu pagi, bertepatan dengan perayaan Kristus Raja Alam Semesta, lapangan Olahraga Komplek krida kepi, dipadati oleh hampir ribuan umat paroki yang datang dari 6 himpunan ditambah 1 stasi yang ada dalam paroki kepi. Perayaan misa puncak diawali dengan perarakan arcah Kristus raja dari lapangan olahraga Krida menuju gereja katolik paroki Kristus raja Kepi. Tak lupa pula dalam perarakan itu hadir  Bupati kabupaten Mappi bersama rombongan dan hadir pula kelompok tari yang memeriahkan perarakan itu.

Perarakan begitu terasa meriah bahkan membuat semua orang terharu melihat arca Kristus Raja yang menggunakan busana adat Yakai, dikepalanya dibalut dengan burung mas, (cendrawasih) yang menggambarkan Yesus sebagai raja. Sungguh sangat meriah ditambah lagi koor dari Cor Jesu yang membuat perayaan ini menjadi berhikmat. Bertindak sebagai selebran utama, Pastor Gerardus Ohoduan, MSC  didampingi oleh Frater Christ, Pr.  “Ungkapan Raja, yang diberikan kepada Yesus, bukanlah sebuah kuasa untuk memerintah dengan semaunya, bahkan membunuh orang dengan semaunya, tetapi ungkapan raja Ia dapatkan ketika harus mati di salib demi keselamatan umat manusia” demikian ungkap  Pastor Paroki, Pastor Gery Ohoduan,MSC  dalam Kotbahnya.   

Di saat persembahaan, semua mata tertuju pada sekelompok orang yang memikul Tumpeng khas Jawa, dan diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak. Kelompok yang menamai diri mereka dengan kelompok Jawa itu, ternyata hanya 2 orang yang berasal dari jawa, sisanya adalah orang asli suku Yakai.

Setelah perayaan misa syukur, dilanjutkan dengan acara resepsi di depan gereja. Hadir para tamu undangan dan semua umat paroki. Acara resepsi diawali dengan pertunjukan dari anak-anak sekami dan PPA (Putra/I Altar) kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan oleh Pastor paroki, bupati dan ketua panitia disusul dengan pembagian hadiah kepada para pemenang dari berbagai himpunan yang telah mengikuti lomba selama beberapa hari sebelumnya hingga hari puncak. Jenis mata lomba yang dilombakan adalah; Koor, tari dan gerak, futsal, Volly, doa spontan OMK, tari Kreasi baru, Renungan Oleh Bapa-Bapa dan Menggambar untuk Anak-anak sekami. Dan yang menjadi juara umum adalah stasi Yakobus Rasul kilo Enam. Dan setelah itu dilanjutkan dengan jamuan makan siang bersama. 

Biodata Singkat

Nama             : Fr. Christoforus Rifeleli, Pr

TTL                  : Saumlaki, O5 Oktober 1987

Sekolah           : STFT Fajar Timur Abepura - Jayapura

 PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN


Cerita yang baru saja anda baca, saya paparkan seutuhnya, tanpa polesan apa pun. Menghidangkan  sesuatu yang utuh, itulah yang mendorong saya memberi judul tulisan ini : "APA ADANYA". Saya tidak mengubah apa pun. Aslinya dan benar-benar buah karya Fr. Christ yang saya tampilkan. 


Beberapa hal yang saya dapatkan dalam tulisan ini, dan juga tulisan yang lain:


1.  banyak orang Indonesia, bisa berbicara bahasa Indonesia, namun "tidak paham kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Dalam tulisan di atas, penulis belum cermat membedakan: dikepi dan di Kepi. Di sebagai kata depan, harus dipisahkan dengan kata sesudahnya.  Di sebagai kata depan, pada umumnya menunjukkan tempat. Maka, yang benar penulisannya adalah di Kepi. 


2. Contoh yang saya berikan ini, adalah contoh kalimat rancu.  Ada dua kalimat yang digabungkan. Namun, karena penulisnya kurang cermat, ada sesuatu yang penting tidak dimunculkan.  Ada sesuatu yang kurang. Apanya yang masih kurang ?  Mari kita cermati uraian di bawah ini. 


Di saat persembahaan, semua mata tertuju pada sekelompok orang yang memikul Tumpeng khas Jawa, dan diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak.


Saya berikan penjelasan sbb: 


Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara. Hal ini amat jelas, karena kedua kalimat itu sesungguhnya punya makna sendiri-sendiri, tetapi dieratkan dengan cara dihubungkan dengan kata penghubung  dan.  Jadi, sebenarnya ada 2 kalimat, yang oleh penulisnya hendak dijadikan satu. 

Kalimat pertama: 

Di saat persembahaan, semua mata tertuju pada sekelompok orang yang memikul Tumpeng khas Jawa


Mari kita bahas satu per satu unsur-unsur kalimat pertama ini. 

Di saat persembahaan   adalah keterangan waktu


        semua mata adalah subyek (pokok kalimat)


            tertuju  adalah predikat


            pada sekelompok orang yang memikul Tumpeng khas Jawa, adalah keterangan penyerta 


Kalimat kedua: 

Di saat persembahaan, diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak.


Mari kita bahas satu per satu unsur-unsur kalimat kedua ini. 



         Di saat persembahaan    adalah keterangan waktu 

             ( .........................)     subyeknya tidak ada
  
             diantar adalah predikat 

        oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak 
adalah pelengkap pelaku.  


Yang menjadi pertanyaan adalah  "apa yang diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak ?"   Tentu bukan  "semua mata".  Yang diantar tentunya adalah bahan-bahan persembahan, misalnya  roti dan anggur, bunga, lilin, hasil bumi dll. 


Jadi, kalimat kedua seharusnya adalah tertulis demikian: 


Di saat persembahaan, bahan-bahan persembahan, berupa roti dan anggur, bunga, lilin dan hasil bumi lainnya, diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak.

Bila kedua kalimat itu digabungkan,  akan terjadi kalimat majemuk setara sbb: 


Di saat persembahaan, semua mata tertuju pada sekelompok orang yang memikul Tumpeng khas Jawa,  dan bahan-bahan persembahan, berupa roti dan anggur, bunga, lilin dan hasil bumi lainnya, diantar oleh misdinar dan kelompok tari anak-anak.


3. Terdapat kalimat yang tidak sempurna. Contohnya:

Setelah perayaan misa syukur, dilanjutkan dengan acara resepsi di depan gereja. 

Mari kita uraikan unsur-unsur kalimat tersebut.

                  Setelah perayaan misa syukur : keterangan waktu

                 ( apa ???  atau siapa ?? )   subyek tidak ada

                 dilanjutkan  predikat

                dengan acara resepsi di depan gereja  : keterangan kegiatan.  


Kalimat yang sempurna adalah 


Setelah perayaan misa syukur,   kegembiraan umat ini dilanjutkan dengan acara resepsi di depan gereja. 

Moga-moga catatan kecil ini, akan memberikan pencerahan bagi pembaca setia blog ini.  Syaloom. 


Komentar

Postingan Populer