PIETER DAN DE JONG
Di pesawat KLM dengan nomor penerbangan KL- 810, saya duduk di kursi no: 21H. Penumpang yang duduk di kursi 21-J ternyata bernama Pieter. Dia berkebangsaan Canada. Orangtuanya berasal dari Afrika. Sudah 5 tahun dia bekerja di Malaysia, di perusahaan minyak Petronas. Selama ini, kalau dia mengadakan perjalanan pulang pergi Canada - Malaysia, dia menggunakan jasa penerbangan KLM (Belanda) dan LUFTANSA (German).
Ketika berkenalan dia menyebut nama Pieter dan saya menyebut nama Nicholaus. Spontan dia heran, bahwa di Indonesia ada "Christian's name" (nama orang kristen / nama baptis) sebagai nama panggilan. Sejauh dia ingat, umumnya rekan-rekannya yang berasal dari Indonesia dan bekerja di Malaysia, tidak menggunakan "nama baptis". Tokh kemudian dia ingat, bahwa ada beberapa rekannya yang juga punya nama baptis.
Saya informasikan kepadanya bahwa di Indonesia bagian barat, banyak orang Indonesia yang memakai nama berdasarkan budaya atau bahasa Sansekerta, ada juga yang karena pengaruh adat, dan ada banyak pula yang diilhami oleh agamanya. Sedangkan di bagian tengah dan timur, banyak pula warga yang beragama kristen (katolik dan protestan) menggunakan "nama baptis".
Pieter, orangnya amat simpatik dan energik. Layaklah bahwa dia dipercaya dan dapat pekerjaan di perusahaan Petronas Malaysia.
De Jong, saya jumpai di Kereta Api jurusan Amsterdam - Utrech - Eindhoven. Dia baru saja kembali dari Canada. Dia telah membuat perjalanan panjang selama 7 jam. Pertemuan itu, terjadi jam 8 pagi waktu Amsterdam. Saya bertanya kepadanya, kira-kira jam berapa di Canada. Dia menjawab "saat ini di Canada masih tengah malam". Menurut perkiraan saya, kira-kira jam 2 / jam 3 dini hari. Beda beberapa jam dengan waktu di Belanda. Di Indonesia sudah siang hari, kira-kira jam 13 wib.
Bapak de Jong adalah tenaga ahli untuk tanggap darurat bila ada bencana. Saya lupa dia bekerja di lembaga apa. Namun, saya ingat bahwa Karitas Internasional dengan giat dan sigap membantu para korban yang dilanda bencana alam. Menurut informasi yang saya peroleh dalam perbincangan itu, de Jong sudah beberapa kali ke Aceh, Nias dan Padang. Telah dibangun ratusan rumah untuk para korban bencana alam. Bulan Oktober tahun 2010 yang lalu, dia ke Padang Pariaman yang pada waktu itu dilanda gempa bumi.
Piter dan de Jong adalah dua orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya. Dari pertemuan dan penuturan yang hanya singkat itu, saya mengalami dan meyakini bahwa pelayanan untuk kemanusiaan dan kemajuan banyak orang tetap dibutuhkan di mana-mana. Pekerjaan dan pelayanan lintas negara, lintas bangsa, lintas agama dan lintas perbedaan amat dibutuhkan dan sangat membantu mewujudkan kebahagiaan hidup.
Dari manakah dorongan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup bagi dirinya dan sesamanya, tanpa membedakan bahasa, suku dan bangsa ? Tidak ada lain, kecuali berasal dari Allah. Bangsa Indonesia boleh dan terus-menerus seharusnya berbangga mempunyai Pancasila yang mendorong warganya untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Mahaesa. Dialah Tuhan yang diakui dan diimani sebagai Allah yang satu, dengan cara Bhineka Tunggal Ika.
Ketika berkenalan dia menyebut nama Pieter dan saya menyebut nama Nicholaus. Spontan dia heran, bahwa di Indonesia ada "Christian's name" (nama orang kristen / nama baptis) sebagai nama panggilan. Sejauh dia ingat, umumnya rekan-rekannya yang berasal dari Indonesia dan bekerja di Malaysia, tidak menggunakan "nama baptis". Tokh kemudian dia ingat, bahwa ada beberapa rekannya yang juga punya nama baptis.
Saya informasikan kepadanya bahwa di Indonesia bagian barat, banyak orang Indonesia yang memakai nama berdasarkan budaya atau bahasa Sansekerta, ada juga yang karena pengaruh adat, dan ada banyak pula yang diilhami oleh agamanya. Sedangkan di bagian tengah dan timur, banyak pula warga yang beragama kristen (katolik dan protestan) menggunakan "nama baptis".
Pieter, orangnya amat simpatik dan energik. Layaklah bahwa dia dipercaya dan dapat pekerjaan di perusahaan Petronas Malaysia.
De Jong, saya jumpai di Kereta Api jurusan Amsterdam - Utrech - Eindhoven. Dia baru saja kembali dari Canada. Dia telah membuat perjalanan panjang selama 7 jam. Pertemuan itu, terjadi jam 8 pagi waktu Amsterdam. Saya bertanya kepadanya, kira-kira jam berapa di Canada. Dia menjawab "saat ini di Canada masih tengah malam". Menurut perkiraan saya, kira-kira jam 2 / jam 3 dini hari. Beda beberapa jam dengan waktu di Belanda. Di Indonesia sudah siang hari, kira-kira jam 13 wib.
Bapak de Jong adalah tenaga ahli untuk tanggap darurat bila ada bencana. Saya lupa dia bekerja di lembaga apa. Namun, saya ingat bahwa Karitas Internasional dengan giat dan sigap membantu para korban yang dilanda bencana alam. Menurut informasi yang saya peroleh dalam perbincangan itu, de Jong sudah beberapa kali ke Aceh, Nias dan Padang. Telah dibangun ratusan rumah untuk para korban bencana alam. Bulan Oktober tahun 2010 yang lalu, dia ke Padang Pariaman yang pada waktu itu dilanda gempa bumi.
Piter dan de Jong adalah dua orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya. Dari pertemuan dan penuturan yang hanya singkat itu, saya mengalami dan meyakini bahwa pelayanan untuk kemanusiaan dan kemajuan banyak orang tetap dibutuhkan di mana-mana. Pekerjaan dan pelayanan lintas negara, lintas bangsa, lintas agama dan lintas perbedaan amat dibutuhkan dan sangat membantu mewujudkan kebahagiaan hidup.
Dari manakah dorongan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup bagi dirinya dan sesamanya, tanpa membedakan bahasa, suku dan bangsa ? Tidak ada lain, kecuali berasal dari Allah. Bangsa Indonesia boleh dan terus-menerus seharusnya berbangga mempunyai Pancasila yang mendorong warganya untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Mahaesa. Dialah Tuhan yang diakui dan diimani sebagai Allah yang satu, dengan cara Bhineka Tunggal Ika.
Komentar