14 ANAK DIPERMANDIKAN



Umat Katolik yang tinggal di Wilayah Jati-Jati adalah umat pendatang dari desa Muin -Kabupaten Mappi. Mereka sudah amat lama tinggal di wilayah itu. Mereka beranak cucu di sana dan masuk dalam wilayah Paroki Sang Penebus Merauke. Paroki ini letaknya dekat dengan Bandara Merauke, hanya 10 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor.

Pada hari Minggu, tanggal 26 September 2010 telah dilaksanakan permandian kepada 14 anak mereka. Permandian dilaksanakan oleh Rm Bernadus Boli Ujan SVD, atas nama pastor paroki yang pada hari itu melayani pusat paroki. Dalam rangka ini, 6 orang suster PRR turut ambil bagian dalam koor, bersama dengan koor utama OMK (Orang Muda Katolik) dari wilayah itu. Mereka bernyanyi dengan penuh semangat dan diiringi oleh gitar.

Sebelum acara itu berlangsung, para orangtua dari anak-anak yang akan dibaptis telah menerima pembinaan selama 4 minggu. Hari-hari pembinaan itu, diakhiri dengan acara penerimaan sakramen pengakuan dosa. Banyak orangtua yang mempergunakan kesempatan itu untuk membersihkan hati mereka dari dosa. Para pembina yang rajin melayani mereka adalah Corry Due, Adriana Ohoiwutun, Rosye, Esi Ndiken dan Petra.

Peristiwa permandian juga merupakan pesta iman umat. Maka tidak mengherankan bahwa gereja kecil itu pun penuh sesak dengan umat yang ingin turut bergembira atas "kelahiran anak-anak Allah" melalui sakramen baptis.

Kebahagiaan permandian, bukan hanya merupakan kebahagiaan orang yang dipermandikan saja, tetapi kegembiraan seluruh umat, para pembina dan pastor paroki. Inilah yang namanya kegembiraan umat Allah. Satu orang mendapat berkat, yang lain juga menerima berkat yang sama karena Allah memberkati semua umat-Nya.

Tuhan itu baik kepada semua orang. Apakah mereka tinggal di stasi, di kota maupun di kota Metropolitan, atas cara-Nya sendiri Tuhan menyapa dan memberkati mereka. Bergembira bersama mereka yang bergembira, bersehati dengan mereka yang berduka atau menderita, adalah sikap / tanda kasih yang baik. Ini semua dibutuhkan oleh manusia masa sekarang, yang semakin hari cenderung mencari kegembiraan dan kepuasan lewat barang-barang dan musik, makan minum atau pun harta benda.

Kehadiran teman dan sesama digantikan oleh benda (alat elektronik) yang dibawa, disanjung dan bersamanya siang malam. Meski pun sendiri, ia nampak tidak sendiri karena sibuk dengan "hp" di tangannya. Sayang, bahwa kesempatan untuk mengenal sesama dan bersharing dengan teman seperjalanan, teman penumpang yang lagi menunggu di bandara, "lenyap atau tertutup" akibat tidak mau lepas / terikat pada keluarga / kenalan lama mereka.

Dunia semakin maju, alat komunikasi semakin canggih, tetapi belum tentu "memperluas wawasan, menambah banyak sahabat, malah bisa sebaliknya, kita semakin terkurung pada masa lalu, teman lama, teman sekampung, atau keluarga sendiri. Sesama manusia yang ada di hadapannya menjadi tidak berharga. Ironis.............dan tragis........

Komentar

Postingan Populer