RENUNGAN HARIAN
TGL 2 AGUSTUS 2021
Dalam Bil 11: 4b-15 dikisahkan: "Di padang gurun, orang Israel
berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat ikan
yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, juga ingat mentimun dan
semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita
kurus kering, tidak ada sesuatupun, kecuali manna ini saja yang kita
lihat."
Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar
bedolah. Bangsa itu lari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya
dengan batu kilangan atau menumbuknya di lumpang. Mereka memasaknya dalam
periuk dan membuatnya menjadi roti bundar. Rasanya seperti rasa panganan
yang digoreng. Dan jika embun turun di perkemahan pada waktu malam, turunlah
juga manna di situ.
Ketika Musa mendengar mrk menangis di depan pintu kemahnya, bangkitlah
murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu dipandang jahat oleh Musa.
Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Mengapa Kauperlakukan hambaMu
ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mataMu,
sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?
Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya
?
Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku
anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada
nenek moyangnya. Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada
seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami
daging untuk dimakan.
Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa
ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku,
sebaiknya Engkau membunuh aku saja, namun jika aku mendapat kasih karunia di
mataMu, janganlah aku mendapat malapetaka.
Matius dalam injilnya (Mat 14: 13-21) mewartakan: "Setelah
mendengar berita pembunuhan Yohanes, menyingkirlah Yesus, dan hendak
mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak
mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota
mereka. Ketika mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya. Maka
tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka
yang sakit.
Menjelang malam, para muridNya datang kepadaNya dan berkata:
"Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mrk itu pergi
supaya dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus berkata kepada
mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka
makan."
Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua
ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepadaKu." Lalu
disuruhNya orang banyak itu duduk di rumput.
Setelah diambilNya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke
langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-muridNya, lalu mrk membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan
mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian mrk mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas
bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak.
Hikmah yg dpt kita petik:
1. Dikisahkan bhw Musa mengeluh, menggerutu dan marah kpd Tuhan:
"Mengapa Kauperlakukan aku dengan buruk ? Mengapa Engkau membebani dg
bangsa ini?
Itu berarti Musa jujur kepada dirinya dan kepada Tuhan yg mengutusnya
bhw tanggung jawabnya sungguh berat. Dia tidak mampu memimpin bangsa itu
sdirian. Apalagi mrk itu bandel dan suka memberontak. Sbg pemimpin, Musa
tetaplah manusia biasa yg mengalami bhw tidak semuanya berjalan mulus dan
lancar.
Presiden, Gubernur, Bupati, Paus, Uskup, Imam, biarawan-wati dan sdr
sekalian tetap manusia biasa, meski sudah beriman kpd Allah. Mrk dan juga kita
bisa sakit, bisa sedih, kecewa, kesepian, marah, mengeluh, kecapaian
dll. Maka pantaslah mrk kita doakan dan kita dukung secara moril agar tetap
setia dan bekerja di jalan yg lurus, meski banyak kesulitan dan beban
berat.
2. Dicatat oleh Matius: "Mereka mengumpulkan potongan-potongan roti
yang sisa, dua belas bakul penuh."
Mereka semua diajari utk menghargai makanan, dan bersolider dgn mrk yg
tidak mempunyai makanan. Membuang makanan secara sembarangan juga merusak
keindahan dan mengganggu kebersihan lingkungan. Terlebih roti itu adalah
"tanda kasih Allah kepada umatNya" tidak pantas disepelekan /
dibuang. Semoga ketika kita makan, kita ingat kepada Sang Pemberi dan
sdr2 kita yg tidak punya makanan shg tidak membuang-buang makanan. Amin. (Mgr
Nico Adi MSC).
Komentar