STASI KABE - MERAUKE
Telah lama saya tidak menjumpai anda. Kesibukan sehari-hari rasanya
mempersulit saya untuk menulis sesuatu untuk dibagikan kepada para pembaca.
Kemauan memang ada, namun mengambil keputusan untuk duduk di depan komputer
ternyata tidak mudah. Menentukan prioritas atas apa yang perlu dikerjakan pada
hari yang sama, memang penting, namun ternyata bukan hanya sekedar “hal untuk memutuskan”.
Masih tetap “ada hal lain yang sering juga turut menentukan dan perlu dipertimbangkan, yaitu suasana batin dan keadaan fisik. Batin yang belum
siap dan fisik yang capek, sering harus dikalahkan lebih dulu, sehingga “seluruhnya
siap untuk bekerja”.
Apa yang saya suguhkan kepada anda, adalah hasil dari “kesiapan saya
untuk mengerjakan tulisan ini”. Selamat
menikmati.
Beberapa waktu yang lalu, Juni 2015, saya diminta
untuk memberikan sakramen krisma kepada umat di stasi Kabe. Untuk mencapai tempat itu, saya terbang dari
Merauke ke Kepi (ibukota Kabupaten) dengan pesawat berpenumpang 12 orang,
selama 1 jam, naik mobil dari Kepi ke Agham selama 30 menit (15 km), dan naik
“speed-boat” selama 2 jam. Itulah
kunjungan / pelayanan saya yang kedua, karena tahun 2010 saya pernah ke tempat
it.
Ketika tiba di pelabuhan, kami disambut oleh kepala
kampung, ketua dewan dari beberapa stasi. Saya dihantar mereka sampai ke
gapura. Di sana telah menunggu OMK
(orang muda katolik) dan anak-anak, serta umat Allah dengan hiasan dedaunan,
mahkota bulu kasuari, dan banyak yg wajahnya dicat dengan tanah merah dan putih, atau dengan arang kayu sehingga
tampak merah, putih dan hitam.
Dari gapura, mereka mengantar saya menuju ke tempat
penginapan. Jalan menuju ke sana sepanjang 2 km sudah disemen. Banyak rumah
masyarakat yang sudah tembok dan disemen rapih. Instalasi listrik tenaga surya
juga sudah terpasang dengan baik. Rumah
penginapan pun telah disiapkan dengan baik, ada listrik, air yang cukup, wc dan
kamar mandi pun tersedia. Makan pagi, makan siang dan malam tersajikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Mereka
bisa menyajikan hidangan makan seperti hidangan orang kota.
Umat stasi Kabe, telah menunjukkan jalan ke tempat
penginapan dan memberikan kepada saya
“rupa-rupa karunia (berkat). Mereka melakukan semuanya itu, karena
sebelumnya telah mengalami banyak berkat dan karunia dalam kehidupan
mereka. Melalui orangtua, tetangga, para
guru dan bidan desa, petugas penyuluh lapangan dll, mereka telah menerima
karunia dalam bentuk pelatihan agar bisa hidup yang baik, untuk menggunakan sarana-prasarana,
untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Juga mereka diperkaya
dengan ketrampilan, pelatihan, dan penyuluhan sehingga mampu mengusahakan apa
yang mereka butuhkan, dengan kekuatan sendiri.
Mereka menghadirkan kembali, menyegarkan dan
“merayakan karunia-karunia Allah itu” dengan membagikannya secara nyata di
kampung halaman mereka. Mereka
menunjukkan kepada umat, anak-anak, dan masyarakat yang berkeyakinan lain bahwa
Tuhan itu ada, Dia pengasih dan penyayang dan telah menunjukkan jalan kebaikan,
serta memberikan karunia-Nya pada saat ini di antara mereka.
Dalam rangka persiapan krisma, mereka telah
mengalami pengampunan lewat sakramen tobat. Itu berarti mereka telah
dikuduskan. Mereka dibentuk dan dilahirkan kembali bagaikan baru saja keluar
dari kandungan ibunya, seperti dikatakan oleh Nabi Yeremia "Sebelum
Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi
nabi bagi bangsa-bangsa" (Yer 1:5).
Melalui
peristiwa itu juga mereka berusaha untuk untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama (1 Kor 12: 31).
Mereka menyadari bahwa tidak setiap minggu mereka bisa ikut / merayakan
ekaristi. Tidak setiap minggu, imam
berkunjung ke stasi mereka. Pada hari
itu, sakramen tobat diberikan, mereka yang sudah sekian lama kumpul kebo,
nikahnya dibereskan. Anak-anak mereka dan bayi-bayi dipermandikan, anak-anak
remaja menerima komuni pertama.
Apa yang mereka dengar, apa yang mereka lihat dan
apa yang mereka inginkan, mereka “genapkan” ( mereka wujudkan ) agar
benar-benar hari itu bukan hanya “pesta fisik”,
karena ada banyak kegiatan yang melelahkan badan, tetapi “pesta
iman”. Itu berarti Tuhan juga mewujudkan
/ menghadirkan dan menggenapkan (memenuhkan) apa yang pernah dijanjikan-Nya
kepada mereka.
Bila anda (pembaca) juga melakukan / mewujudkan
karunia-karunia itu, anda telah menjadi
“penghadir karunia Allah pada masa sekarang” dan serentak Tuhan menggenapinya
(menyempurnakannya). Kalau demikian, berkat dan karunia itu makin berlimpah
kepada orang yang percaya dan melakukannya.
Komentar