PENGORBANAN SEORANG GURU DI PEDALAMAN
PARA PEMBACA BLOG YANG BUDIMAN
Asnat Bell mengajar selama 7 jam setiap harinya, mengajar 9 mata pelajaran di kelas 1. Sejak mengajar dari Tahun 2002 hingga sekarang, gaji yang terima pun hanya 50 ribu perbulan, gajinya turun kadang 3 - 4 bulan. Dengan 50 ribu gajinya sebagai guru honor di SD terpencil ini, ia juga harus menghidupi 3 orang anaknya dan keluarganya. Ditambah lagi dengan keadaan geografis tanah di Amanuban Timur ini yang kering, dingin, dan susah air, membuat pertanian tidak bisa tumbuh. Dia hanya lulusan SMA, bersama teman-temannya mengajar di SD GMIT mulai tahun 2002, kini hanya dia saja yang bertahan, temannya berhenti. Karena hati dan panggilannya mengajar, untuk mengentaskan kebodohan dan kemiskinan membuat dia tetap mengajar di Sekolah ini.
Selama bertahun-tahun mengabdi dan mengajar, ia jauh dari pengangkatan menjadi seorang Guru PNS, kenapa? Karena kebijakan sekolah, seorang guru yang akan jadi PNS harus melanjutkan ke jenjang pendidikan keguruan, minimal D3. Asnat Bell hanya SMA. Pengorbanannya mengajar selama 10 tahun tidak berarti apa-apa, ternyata syarat menjadi PNS itu ijazah pendidikan keguruan.
Di desa ini, banyak anak-anak yang putus sekolah. Walau sekolah gratis, kemiskinan membuat anak-anak membantu ortunya bekerja daripada sekolah. Di sekolah ini ada 4 guru honor dan 3 PNS, tentu yang PNS adalah kepala sekolahnya. Sejak teman-temannya mengundurkan diri, sekolah ini kosong. Asnat bell tetap mengajar, walau gaji sangat tidak memadai, pengemis di Jakarta lebih besar penghasilanya dari pada gaji honor Asnat Bell. Dia mengajar 7 sehari, selama 26 hari, 182 jam, gaji yang dia dapat 50 ribu sebulan. Perjam dia hanya di hargai 277 perak. Pengemis di kota-kota besar sekali lampu merah bisa dapat 1000 rupiah. Miris, gaji guru honor sangat tidak manusiawi. Ke mana dana BOS? Bagaimana bisa anak-anak NTT menjadi setara dengan anak-anak di pulau Jawa kalau kesejahteraan guru tidak diperhatikan ?. Bagaimana mau mengajar yang baik kalau guru harus berfikir keras untuk memenuhi kebutuhannya ? Dia tidak akan fokus mengajar, banyak yang dipikirkan.
Asnat Bell masih berharap, semoga tahun ini dia menjadi PNS, di tahun ke-11 dia mengajar. Semoga pemerintah mengangkat dia menjadi PNS. Masih banyak Asnat Bell -Asnat Bell di Pedalaman NTT ini, mereka mencoba memberikan pengajaran, agar anak-anak NTT dapat membangun desanya, daerahnya. Semoga kisah ibu guru ini dapat menginspirasi kita, dan pemerintah menjadi peduli dengan Indonesia Timur.
Ia tidak mengeluh
Ia tidak pernah menyesali nasibnya
Ia tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk merubah nasibnya
Ia hanya ingin membuat anak-anak di NTT memiliki bekal ilmu yang akan mereka pakai untuk kedepannya....
Salute, Asnat Bell !!!
SYALOOM....
Malam ini, saya terinspirasi oleh kata-kata Yesus,
ketika Dia mengajar murid-murid-Nya tentang bagaimana memperlakukan sesama
manusia, meskipun mereka itu “derajat / pangkat / status sosialnya lebih rendah
dari kita”. Apa yang Yesus ajarkan: “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Ajaran yang telah ribuan tahun diberikan
kepada murid-murid-Nya itu berlaku sepanjang jaman.
Pada masa kini, meski mungkin orang itu tidak
menyadari sepenuhnya bahwa dirinya mendengarkan / mengikuti ajaran Yesus, tetapi
telah melakukannya. Asnat Bell, seorang guru dipedalaman NTT telah
mencengangkan “masyarakat banyak”, ketika perjuangannya dimunculkan di milis
pendidikan. Pengorbanannya sungguh luar biasa. Kisah itu dituturkan oleh salah seorang rekan
saya di milis pendidikan, dan kini saya tuturkan kembali seutuhnya:
Perjuangan Asnat
Bell, Guru Honor Pedalaman NTT 10 thn mengabdi, gaji hanya 50 ribu /bulan
Asnat Bell mengajar selama 7 jam setiap harinya, mengajar 9 mata pelajaran di kelas 1. Sejak mengajar dari Tahun 2002 hingga sekarang, gaji yang terima pun hanya 50 ribu perbulan, gajinya turun kadang 3 - 4 bulan. Dengan 50 ribu gajinya sebagai guru honor di SD terpencil ini, ia juga harus menghidupi 3 orang anaknya dan keluarganya. Ditambah lagi dengan keadaan geografis tanah di Amanuban Timur ini yang kering, dingin, dan susah air, membuat pertanian tidak bisa tumbuh. Dia hanya lulusan SMA, bersama teman-temannya mengajar di SD GMIT mulai tahun 2002, kini hanya dia saja yang bertahan, temannya berhenti. Karena hati dan panggilannya mengajar, untuk mengentaskan kebodohan dan kemiskinan membuat dia tetap mengajar di Sekolah ini.
Selama bertahun-tahun mengabdi dan mengajar, ia jauh dari pengangkatan menjadi seorang Guru PNS, kenapa? Karena kebijakan sekolah, seorang guru yang akan jadi PNS harus melanjutkan ke jenjang pendidikan keguruan, minimal D3. Asnat Bell hanya SMA. Pengorbanannya mengajar selama 10 tahun tidak berarti apa-apa, ternyata syarat menjadi PNS itu ijazah pendidikan keguruan.
Di desa ini, banyak anak-anak yang putus sekolah. Walau sekolah gratis, kemiskinan membuat anak-anak membantu ortunya bekerja daripada sekolah. Di sekolah ini ada 4 guru honor dan 3 PNS, tentu yang PNS adalah kepala sekolahnya. Sejak teman-temannya mengundurkan diri, sekolah ini kosong. Asnat bell tetap mengajar, walau gaji sangat tidak memadai, pengemis di Jakarta lebih besar penghasilanya dari pada gaji honor Asnat Bell. Dia mengajar 7 sehari, selama 26 hari, 182 jam, gaji yang dia dapat 50 ribu sebulan. Perjam dia hanya di hargai 277 perak. Pengemis di kota-kota besar sekali lampu merah bisa dapat 1000 rupiah. Miris, gaji guru honor sangat tidak manusiawi. Ke mana dana BOS? Bagaimana bisa anak-anak NTT menjadi setara dengan anak-anak di pulau Jawa kalau kesejahteraan guru tidak diperhatikan ?. Bagaimana mau mengajar yang baik kalau guru harus berfikir keras untuk memenuhi kebutuhannya ? Dia tidak akan fokus mengajar, banyak yang dipikirkan.
Asnat Bell masih berharap, semoga tahun ini dia menjadi PNS, di tahun ke-11 dia mengajar. Semoga pemerintah mengangkat dia menjadi PNS. Masih banyak Asnat Bell -Asnat Bell di Pedalaman NTT ini, mereka mencoba memberikan pengajaran, agar anak-anak NTT dapat membangun desanya, daerahnya. Semoga kisah ibu guru ini dapat menginspirasi kita, dan pemerintah menjadi peduli dengan Indonesia Timur.
Ia tidak mengeluh
Ia tidak pernah menyesali nasibnya
Ia tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk merubah nasibnya
Ia hanya ingin membuat anak-anak di NTT memiliki bekal ilmu yang akan mereka pakai untuk kedepannya....
Salute, Asnat Bell !!!
Di pihak lain, Rasul
Paulus juga menyerukan: “Orang yang bekerja patutlah mendapatkan upahnya”. Asnat Bell tidak menuntut kepada
murid-muridnya, kepada orang tua murid, atau kepada kepala sekolah yang
memegang dana bos. Namun, layaknya orang seperti dia juga mendapatkan upah yang
layak, apalagi kemungkinan untuk mendapatkan imbalan itu ada. Dana bos memang
juga dapat dipergunakan untuk membayar honor guru.
Meski sudah 11 tahun
mengajar tanpa gaji yang layak, Asnat tetap sanggup menghidupi ketiga anaknya,
dan keluarganya. Secara matematis, hal
itu tidak mungkin, namun realita telah menunjukkan bahwa dia tetap bisa hidup.
Dari manakah rejeki yang dia dapatkan ? Tidak lain, jawabannya adalah Tuhan yang maha pengasih
dan penyayang telah memelihara dan menghidupi dia dan keluarganya secara luar
biasa.
Komentar