PESTA PERAK DI BEKASI
Pesta Perak Hidup Membiara bagi 5 orang suster OSF diselenggarakan di komunitas OSF Bekasi tanggal 5 Agustus 2011 yang lalu. Mereka yang berpesta adalah Sr. Anastasia OSF, Sr. Christera OSF, Sr. Chrisentine OSF, Sr. Petra OSF, dan Sr. Christa OSF. Para suster yang berpesta itu berasal dari komunitas yang berbeda, namun bersama-sama mereka mengadakan syukuran di komunitas Bekasi.
Sebenarnya angkatan mereka ini jumlahnya 7 orang, namun yang mengucapkan kaul pertama 25 tahun yang lalu hanya 6 orang. 1 Suster rekan mereka: Sr Sylvana OSF, karena alasan kesehatan, harus menunda kaulnya. Maka, pada tahun 2010 yang lalu, mereka bertujuh telah mengadakan retret bersama, untuk mengenang kembali kebersamaan mereka, ketika mereka masih di novisiat. Retret diselengarakan di Ledug, Malang, dan didampingi oleh Mgr Niko msc.
Angkatan mereka yang berpesta perak ada 6 orang. Namun Sr. Lucy yang bertugas di provinsialat OSF, tidak bisa hadir di Jakarta. Maka, syukuran di Bekasi dihadiri oleh 5 orang suster dari angkatan mereka. Sr. Petra bertugas di komunitas Tanjung Priuk, Jakarta, Sr. Anastasia diutus untuk melayani persekolahan di Fak-fak, Papua, Sr. Chrisentine di komunitas Kupang, NTT, sedangkan dua suster yang lain: Sr. Christa dan Sr. Christera di komunitas Bekasi.
Misa Syukur dipersembahkan oleh Mgr Niko didampingi oleh Romo Margo MSF dan Romo Hendrikus SVD, pastor paroki Taman Galaxi - Bekasi. Pada kesempatan itu, Mgr menyampaikan beberapa butir renungan bagi umat beriman yang hadir, khususnya bagi pestawati:
1. Pesta 25 tahun pertama-tama adalah syukuran atas kemurahan dan kesetiaan Tuhan kepada manusia. Betapa sabar, murah hati dan setia-Nya Dia menghadapi anak-anak-Nya yang sering keras kepala, mau ikut jalannya sendiri, dan sering meninggalkan Dia dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Bantuan, bimbingan dan penyertaan-Nya tidak surut, meski manusia sering ragu-ragu dan memilih enaknya sendiri. Siapakah mereka berlima, sehingga Tuhan memampukan mereka selama 25 tahun ? Mereka secara fisik, psikologis, dan mental diciptakan sama dengan sesama manusia yang lain. Karena rahmat dan panggilan-Nyalah mereka menjadi kuat dan sanggup menanggapi panggilan-Nya untuk seumur hidup.
2. Syukur ini adalah syukur atas kebaikan Tuhan yang nyata dalam diri sesama. Mereka berlima telah mengalami kasih, kebaikan dan kemurahan hati serta kesetiaan banyak orang. Di mana-mana mereka menemukan kebaikan dan kemurahan itu. Tuhan telah bekerja dan menggerakkan banyak orang untuk saling mencintai, saling bekerja sama, saling berkorban, saling mengampuni tanpa dibatasi oleh wilayah, suku, bahasa dan budaya.
3. Syukur ini bisa terjadi karena mereka dipercaya untuk bergabung dengan tarekat dan melaksanakan tugas perutusan tarekat di bidang mereka masing-masing. Kepercayaan itu mendorong mereka untuk maju dan berkembang, dan melihat dalam kehidupan mereka bahwa Allah bekerja dan memurnikan mereka, serta melibatkan mereka dalam karya keselamatan-Nya.
4. Patutlah mereka berterima kasih kepada para senior yang tetap setia pada panggilan mereka, sehingga ada yang berpesta 40 th, 50 tahun dan 60 tahun hidup membiara. Para senior telah membuktikan dan telah memberikan kesaksian bahwa Tuhan yang memanggil mereka adalah Tuhan yang setia. Perjuangan mereka sampai sekian lama dan banyak dari mereka telah berjuang sampai tutup usia, telah menyatakan kepada dunia bahwa Tuhan sungguh hadir. Dan Tuhan yang memanggil meeka adalah Tuhan yang mahamurah dan kasih-Nya tidak berkesudahan. Kesetiaan mereka dalam hidup membiara juga telah memberikan andil bagi kesetiaan generasi muda, dan mereka yang baru akan melangkah masuk dalam kehidupan membiara.
Hidup membiara atau hidup berkeluarga adalah pilihan. Ketika orang sudah memilih, kesetiaan adalah dasar utama bagi keutuhan dan kedamaian dalam hidup. Kesetiaan tanpa pengorbanan adalah sia-sia, dan pengorbanan tanpa kasih akan membuahkan kekecewaan dan putus asa. Tuhan memberikan berkat, kekuatan dan perlindungan bagi orang-orang yang telah memilih dan melaksanakan pilihannya dengan penuh kesetiaan.
Cara hidup apa pun yang dipilih, tidak membebaskan dia dari kesulitan, tantangan dan kegagalan. Semua itu akan menguatkan dan mendewasakan kepribadian seseorang serta memurnikan motivasi. Dan, siapa yang berjalan terus dalam aneka kesulitan dan tantangan, berani menghadapi kegagalan, dengan hati yang bersih dan jujur, dengan sukacita dan kerendahan hati, dengan kesetiaan dan kepasrahan, akan sampai di pelabuhan kebahagiaan.
Sebenarnya angkatan mereka ini jumlahnya 7 orang, namun yang mengucapkan kaul pertama 25 tahun yang lalu hanya 6 orang. 1 Suster rekan mereka: Sr Sylvana OSF, karena alasan kesehatan, harus menunda kaulnya. Maka, pada tahun 2010 yang lalu, mereka bertujuh telah mengadakan retret bersama, untuk mengenang kembali kebersamaan mereka, ketika mereka masih di novisiat. Retret diselengarakan di Ledug, Malang, dan didampingi oleh Mgr Niko msc.
Angkatan mereka yang berpesta perak ada 6 orang. Namun Sr. Lucy yang bertugas di provinsialat OSF, tidak bisa hadir di Jakarta. Maka, syukuran di Bekasi dihadiri oleh 5 orang suster dari angkatan mereka. Sr. Petra bertugas di komunitas Tanjung Priuk, Jakarta, Sr. Anastasia diutus untuk melayani persekolahan di Fak-fak, Papua, Sr. Chrisentine di komunitas Kupang, NTT, sedangkan dua suster yang lain: Sr. Christa dan Sr. Christera di komunitas Bekasi.
Misa Syukur dipersembahkan oleh Mgr Niko didampingi oleh Romo Margo MSF dan Romo Hendrikus SVD, pastor paroki Taman Galaxi - Bekasi. Pada kesempatan itu, Mgr menyampaikan beberapa butir renungan bagi umat beriman yang hadir, khususnya bagi pestawati:
1. Pesta 25 tahun pertama-tama adalah syukuran atas kemurahan dan kesetiaan Tuhan kepada manusia. Betapa sabar, murah hati dan setia-Nya Dia menghadapi anak-anak-Nya yang sering keras kepala, mau ikut jalannya sendiri, dan sering meninggalkan Dia dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Bantuan, bimbingan dan penyertaan-Nya tidak surut, meski manusia sering ragu-ragu dan memilih enaknya sendiri. Siapakah mereka berlima, sehingga Tuhan memampukan mereka selama 25 tahun ? Mereka secara fisik, psikologis, dan mental diciptakan sama dengan sesama manusia yang lain. Karena rahmat dan panggilan-Nyalah mereka menjadi kuat dan sanggup menanggapi panggilan-Nya untuk seumur hidup.
2. Syukur ini adalah syukur atas kebaikan Tuhan yang nyata dalam diri sesama. Mereka berlima telah mengalami kasih, kebaikan dan kemurahan hati serta kesetiaan banyak orang. Di mana-mana mereka menemukan kebaikan dan kemurahan itu. Tuhan telah bekerja dan menggerakkan banyak orang untuk saling mencintai, saling bekerja sama, saling berkorban, saling mengampuni tanpa dibatasi oleh wilayah, suku, bahasa dan budaya.
3. Syukur ini bisa terjadi karena mereka dipercaya untuk bergabung dengan tarekat dan melaksanakan tugas perutusan tarekat di bidang mereka masing-masing. Kepercayaan itu mendorong mereka untuk maju dan berkembang, dan melihat dalam kehidupan mereka bahwa Allah bekerja dan memurnikan mereka, serta melibatkan mereka dalam karya keselamatan-Nya.
4. Patutlah mereka berterima kasih kepada para senior yang tetap setia pada panggilan mereka, sehingga ada yang berpesta 40 th, 50 tahun dan 60 tahun hidup membiara. Para senior telah membuktikan dan telah memberikan kesaksian bahwa Tuhan yang memanggil mereka adalah Tuhan yang setia. Perjuangan mereka sampai sekian lama dan banyak dari mereka telah berjuang sampai tutup usia, telah menyatakan kepada dunia bahwa Tuhan sungguh hadir. Dan Tuhan yang memanggil meeka adalah Tuhan yang mahamurah dan kasih-Nya tidak berkesudahan. Kesetiaan mereka dalam hidup membiara juga telah memberikan andil bagi kesetiaan generasi muda, dan mereka yang baru akan melangkah masuk dalam kehidupan membiara.
Hidup membiara atau hidup berkeluarga adalah pilihan. Ketika orang sudah memilih, kesetiaan adalah dasar utama bagi keutuhan dan kedamaian dalam hidup. Kesetiaan tanpa pengorbanan adalah sia-sia, dan pengorbanan tanpa kasih akan membuahkan kekecewaan dan putus asa. Tuhan memberikan berkat, kekuatan dan perlindungan bagi orang-orang yang telah memilih dan melaksanakan pilihannya dengan penuh kesetiaan.
Cara hidup apa pun yang dipilih, tidak membebaskan dia dari kesulitan, tantangan dan kegagalan. Semua itu akan menguatkan dan mendewasakan kepribadian seseorang serta memurnikan motivasi. Dan, siapa yang berjalan terus dalam aneka kesulitan dan tantangan, berani menghadapi kegagalan, dengan hati yang bersih dan jujur, dengan sukacita dan kerendahan hati, dengan kesetiaan dan kepasrahan, akan sampai di pelabuhan kebahagiaan.
Komentar