Vancouver Hari Keempat
SHB hari kedua diisi oleh Kareen (seorang ibu muda, mempunyai 2 anak yang masih kecil dan tinggal di LA) yang berbicara tentang “Pertumbuhan Iman, Harapan dan Kasih” pada sesi pertama. Setiap orang dapat tumbuh dan berkembang, karena kasih Allah dilimpahkan kepadanya. Lewat sapaan, doa, membaca buku-buku rohani, kegiatan lingkungan, membaca KS, Allah dapat dikenal, dirasakan kehadiran-Nya. Lebih-lebih melalui sesama manusia, lewat persekutuan doa, kehadiran itu menjadi lebih terasa. Pengalaman akan kehadiran Allah itu, dapat membangkitkan dan menumbuhkan iman bahwa dirinya dicintai dan berharga.
Benar bahwa pertumbuhan iman itu merupakan suatu proses panjang, melalui kegagalan, kekecewaan, sakit, dan bisa juga melalui pengolahan luka-luka batin. Kesembuhan atas luka-luka batin, akan memantapkan pertumbuhan dan perkembangan iman seseorang. Allah adalah segalanya. Bahwa di dalam Dia, ada kekuatan, pengharapan, pertolongan, perlindungan, dan penyertaan. Di dalam diri Kristus yang bangkit, pengharapan kita tidak pernah akan sia-sia.
Ibu Dyana mengisi sesi kedua, dengan tema “Menjadi Seperti Kristus”. Kristus diutus oleh Bapa untuk melaksanakan kehendak-Nya, yaitu mewartakan pertobatan dan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat”. Kehendak Bapa itu dilaksanakan-Nya secara total, dengan penuh kesetiaan, kesabaran, kerendahan hati sampai mati di kayu salib. Mengikuti Kristus berarti mengikuti Sang Guru yang mengajarkan Jalan, Kebenaran dan Kehidupan, sebab hanya melalui Dia, orang sampai kepada Bapa (Yoh 14: 6). Mengikuti Yesus, berarti berani memikul salib kehidupan (Mat 16: 24), dan berjalan bersama Dia.
“Menjadi seperti Kristus” merupakan perjalanan panjang, dibentuk melalui latihan penyangkalan diri, pengorbanan yang terus menerus, setia dalam doa, pertobatan dan pembaharuan diri, agar makin hari menjadi lebih rendah hati, sabar, setia, pengertian, menghargai manusia sebagai citra Allah.
SHB ditutup dengan Misa mulia di Kapel UBC. Misa dipersembahkan oleh Pastor John, SJ (chaplain di UBC) didampingi oleh Mgr. Niko Adi MSC. Hari itu adalah hari minggu Kristus Raja Semesta Alam, tgl 22 November 09. Setelah Injil dibacakan, Pastor John mempersilakan uskup untuk memberikan “perkenalan”. Mgr Niko memperkenalkan diri: “Bahwa ia berasal dari Keuskupan Agung Merauke, dan berada di Canada dalam rangka SHB yang diselenggarakan oleh Umat Katolik Indonesia British Columbia (UKIBC). Kehadiran uskup dari Indonesia, di tengah umat di gereja ini menandakan universalitas umat Allah dalam Gereja Katolik. Kita satu dalam Tuhan, satu dalam Firman, dan satu dalam Ekaristi. Kedatangannya juga untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada para misionaris dari Canada dan USA yang telah membawa iman dan terang Kristus kepada masyarakat Indonesia, sekian puluh tahun yang silam. Saya adalah buah dari pengorbanan dan pelayanan para misionaris itu.
Saat ini, ketika jumlah umat katolik di Canada mulai berkurang, ternyata sudah banyak umat Allah dari Negara-negara Asia yang datang ke Negara ini. Anda semua kini menjadi rasul, pewarta dan penerus Gereja katolik di Negara ini. Berbahagialah anda, karena anda kini menjadi saluran rahmat Allah dan kekuatan Gereja di Keuskupan ini. Mari kita saling mendoakan, agar damai sejahtera Allah tetap dialami oleh banyak orang di muka bumi ini.
60% umat yang hadir adalah umat Allah yang asal usulnya dari Asia. Mereka ini berkebangsaan Thailand, Birma, Singapore, Hongkong, Taiwan, Vietnam, India, Sri langka, Indonesia, Filipina dll. Benar-benar wajah Asia muncul gereja-gereja di Keuskupan Agung Vancouver ini.
Setelah Misa, ada acara ramah tamah. Kepada Umat sekalian disediakan makanan dan minuman ringan. Sungguh amat baik, bahwa “table of fellowship” yang berpusat di Altar Tuhan dilanjutkan dalam “daily table of fellowship”. Di sini amat nyata bahwa Altar dan dunia nyata adalah satu. Rahmat yang mengalir dari altar Tuhan tercurah dan mewarnai serta dihidupi dalam “meja perjamuan kehidupan harian”. Dan apa yang terjadi di meja perjamuan harian, menjadi sumber kekuatan jasmani untuk bekerja, mencari nafkah, mengembangkan diri, menolong sesama, dan pada gilirannya menjadi alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Syukur dalam wujud doa, persembahan dan derma dipersembahkan oleh umat Allah dengan perantaraan imam di Altar.
“Table of fellowship” itu dilengkapi dengan makan siang bersama. Thanks God… pada hari minggu itu, jiwa, badan dan roh “menerima berkat yang melimpah”.
Lalu diadakan sharing tentang kesan / pengalaman para peserta ketika mengikujti SHB. Ada yang heran / kagum / tidak mengerti “mengapa beberapa peserta tiba-tiba menangis, sehingga dia pun turut menangis. Yang lain setelah “resting in the spirit” mengalami “plong di dada”. Ada juga yang bersharing bahwa dia melihat “Yesus hadir” di tengah mereka ketika sakramen mahakudus ditahtakan. Pada umumnya peserta mengalami sukacita, dalam acara yang penuh persaudaraan dan damai itu. Pengalaman sukacita itulah yang mereka bawa pulang, dan akan digemakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Bersambung...........Hari kelima
Benar bahwa pertumbuhan iman itu merupakan suatu proses panjang, melalui kegagalan, kekecewaan, sakit, dan bisa juga melalui pengolahan luka-luka batin. Kesembuhan atas luka-luka batin, akan memantapkan pertumbuhan dan perkembangan iman seseorang. Allah adalah segalanya. Bahwa di dalam Dia, ada kekuatan, pengharapan, pertolongan, perlindungan, dan penyertaan. Di dalam diri Kristus yang bangkit, pengharapan kita tidak pernah akan sia-sia.
Ibu Dyana mengisi sesi kedua, dengan tema “Menjadi Seperti Kristus”. Kristus diutus oleh Bapa untuk melaksanakan kehendak-Nya, yaitu mewartakan pertobatan dan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat”. Kehendak Bapa itu dilaksanakan-Nya secara total, dengan penuh kesetiaan, kesabaran, kerendahan hati sampai mati di kayu salib. Mengikuti Kristus berarti mengikuti Sang Guru yang mengajarkan Jalan, Kebenaran dan Kehidupan, sebab hanya melalui Dia, orang sampai kepada Bapa (Yoh 14: 6). Mengikuti Yesus, berarti berani memikul salib kehidupan (Mat 16: 24), dan berjalan bersama Dia.
“Menjadi seperti Kristus” merupakan perjalanan panjang, dibentuk melalui latihan penyangkalan diri, pengorbanan yang terus menerus, setia dalam doa, pertobatan dan pembaharuan diri, agar makin hari menjadi lebih rendah hati, sabar, setia, pengertian, menghargai manusia sebagai citra Allah.
SHB ditutup dengan Misa mulia di Kapel UBC. Misa dipersembahkan oleh Pastor John, SJ (chaplain di UBC) didampingi oleh Mgr. Niko Adi MSC. Hari itu adalah hari minggu Kristus Raja Semesta Alam, tgl 22 November 09. Setelah Injil dibacakan, Pastor John mempersilakan uskup untuk memberikan “perkenalan”. Mgr Niko memperkenalkan diri: “Bahwa ia berasal dari Keuskupan Agung Merauke, dan berada di Canada dalam rangka SHB yang diselenggarakan oleh Umat Katolik Indonesia British Columbia (UKIBC). Kehadiran uskup dari Indonesia, di tengah umat di gereja ini menandakan universalitas umat Allah dalam Gereja Katolik. Kita satu dalam Tuhan, satu dalam Firman, dan satu dalam Ekaristi. Kedatangannya juga untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada para misionaris dari Canada dan USA yang telah membawa iman dan terang Kristus kepada masyarakat Indonesia, sekian puluh tahun yang silam. Saya adalah buah dari pengorbanan dan pelayanan para misionaris itu.
Saat ini, ketika jumlah umat katolik di Canada mulai berkurang, ternyata sudah banyak umat Allah dari Negara-negara Asia yang datang ke Negara ini. Anda semua kini menjadi rasul, pewarta dan penerus Gereja katolik di Negara ini. Berbahagialah anda, karena anda kini menjadi saluran rahmat Allah dan kekuatan Gereja di Keuskupan ini. Mari kita saling mendoakan, agar damai sejahtera Allah tetap dialami oleh banyak orang di muka bumi ini.
60% umat yang hadir adalah umat Allah yang asal usulnya dari Asia. Mereka ini berkebangsaan Thailand, Birma, Singapore, Hongkong, Taiwan, Vietnam, India, Sri langka, Indonesia, Filipina dll. Benar-benar wajah Asia muncul gereja-gereja di Keuskupan Agung Vancouver ini.
Setelah Misa, ada acara ramah tamah. Kepada Umat sekalian disediakan makanan dan minuman ringan. Sungguh amat baik, bahwa “table of fellowship” yang berpusat di Altar Tuhan dilanjutkan dalam “daily table of fellowship”. Di sini amat nyata bahwa Altar dan dunia nyata adalah satu. Rahmat yang mengalir dari altar Tuhan tercurah dan mewarnai serta dihidupi dalam “meja perjamuan kehidupan harian”. Dan apa yang terjadi di meja perjamuan harian, menjadi sumber kekuatan jasmani untuk bekerja, mencari nafkah, mengembangkan diri, menolong sesama, dan pada gilirannya menjadi alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Syukur dalam wujud doa, persembahan dan derma dipersembahkan oleh umat Allah dengan perantaraan imam di Altar.
“Table of fellowship” itu dilengkapi dengan makan siang bersama. Thanks God… pada hari minggu itu, jiwa, badan dan roh “menerima berkat yang melimpah”.
Lalu diadakan sharing tentang kesan / pengalaman para peserta ketika mengikujti SHB. Ada yang heran / kagum / tidak mengerti “mengapa beberapa peserta tiba-tiba menangis, sehingga dia pun turut menangis. Yang lain setelah “resting in the spirit” mengalami “plong di dada”. Ada juga yang bersharing bahwa dia melihat “Yesus hadir” di tengah mereka ketika sakramen mahakudus ditahtakan. Pada umumnya peserta mengalami sukacita, dalam acara yang penuh persaudaraan dan damai itu. Pengalaman sukacita itulah yang mereka bawa pulang, dan akan digemakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Bersambung...........Hari kelima
Komentar