MENGAWALI TAHUN BARU 2012 ( II )



PEMBACA SETIA BLOG INI,

Syaloom.....

Kali ini, saya menyubuhkan cerita sekitar penggalangan dana di Karawaci. Karawaci adalah nama sebuah "kota baru" di daerah Tangerang. Suasana di wilayah ini tidak berbeda jauh dengan di Jakarta Pusat. Masyarakat dengan mudah mendapatkan barang-barang kebutuhan hidup, berekreasi dan bekerja sesuai dengan tuntutan dunia moderen.

KARAWACI......dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 sekitar 45 menit dari Jakarta Pusat ke arah Merak, bila jalanan lengang ( lancar ). Inilah ceritanya:

Hari Minggu tanggal 8 Januari 2012, bersama dengan Komunitas MKPP (Misi Kemanusiaan Peduli Papua) Mgr Niko mengadakan misa di Karawaci. Pastor Paroki St. Helena, Romo Heri Kartono OSC, bersama 2 orang rekan romo OSC menerima kami semua dengan sukacita. Tiga kali misa pada hari itu diberikan kepada Mgr untuk memperkenalkan Keuskupan Agung Merauke dan karya pelayanan kepada umat di Paroki Erom.

Pada kesemptan itu, Mgr menyampaikan informasi bahwa saat ini tanah Papua yang kaya itu, sedang dimekarkan. Seiring dengan pemekaran itu, karena kekayaan alam yang besar, tanah ini dilirik oleh para investor. Memang benar bahwa pemerintah daerah membutuhkan bantuan investor untuk mengembangkan daerahnya. Di sisi lain, penduduk lokal belum terampil dan tidak bisa mengikuti perkembangan dan perubahan yang begitu cepat.

Masyarakat setempat kebanyakan tinggal di pedalaman atau di daerah pinggirian kota, dengan hutan yang luas dan alam yang amat kaya. Itulah sebabnya, mereka belum / tidak terbiasa dengan kegiatan produksi danb industri yang berskala besar dan berkerja secara terjadwal dan teratur. Masyarakat secara alamiah bekerja sesuai dengan hukum alam, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara tradisional. Perbedaan kebutuhan, kerangka berpikir (paradigma), bekal pengetahuan dan ketrampilan yang seadanya, kurangnya jaringan kerja dan pengalaman, membuat mereka lebih condong bertani / mengambil hasil hutan, daripada bekerja di pabrik / di perusahaan.

Akibatnya, yang banyak bekerja sebagai tenaga inti, operator mesin dan tenaga administratif dengan menggunakan alat dan teknologi canggih, kebanyakan dipegang oleh para pendatang. Sedangkan pekerjaan kasar dan pekerjaan lapangan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Dengan pekerjaan yang demikian ini, gaji yang diterima pun berbeda. Mereka yang terampil dan punya banyak pengalaman, mendapatkan gaji besar dan fasilitas pendukung lainnya. Sedangkan para pekerja kasar mendapatkan gaji sesuai upah minimum regional(UMR).

Dengan infrastruktur yang kurang memadai / tidak ada, keterbatasan sarana penunjang kehidupan, mahalnya harga barang-barang kebutuhan hidup, mereka yang mendapat UMR tidak bisa berbuat banyak. Gaji mereka hanya cukup untuk makan dan sewa rumah. Maka, masyarakat ini hanya bisa berharap dan menunggu "kapan perubahan nasib mereka itu bisa terjadi". Hal ini sangat sulit dijawab.

Akibat lebih lanjut adalah anak-anak mereka tidak bisa sekolah dengan baik. Uang untuk membayar uang sekolah tidak ada. Apalagi, di banyak tempat, ada banyak gedung sekolah, tetapi gurunya tidak ada atau kurang. Banyak guru yang mangkir berbulan-bulan lamanya, tetapi setiap bulan mereka menerima gaji. Gaji guru sudah lama disalurkan via rekening bank. Akibatnya, mereka dari mana pun dapat mengambil gaji mereka, tanpa harus lapor kepada pemerintah / kepala sekolah.

Keuskupan Agung Merauke, amat prihatin akan situasi umat dan masyarakat yang demikian ini. Telah banyak diusahakan perbaikan mutu sekolah di beberapa SD di dalam kota Merauke, di Kimaam dan di Kepi. Perubahan-demi perubahan sedang berlangsung di beberapa sekolah katolik yang dikelola oleh para suster. Tata tertib, kedisiplinan, etika. spiritualitas dan moral katolik mulai hidup kembali.

Pelayanan rohani juga tetap dilaksanakan di seluruh wilayah Keuskupan. Kunjungan-kunjungan secdara berkala, pembinaan para dewan stasi, pembinaan di bidang liturgi, pembinaan untuk kaum remaja dan anak-anak oleh Animator-animatris SEKAMI telah membawa angin segar bagi kehidupan spiritualitas umat.

Pada kesempatan itu, Mgr juga menggugah umat Karawaci untuk membantu pembangunan gereja paroki Erom. Gereja yang sedang dibangun ini, masih membutuhkan dana sebesar Rp. 800 juta. Umat Katolik Karawaci telah ambil bagian untuk pembangunan itu, dan sampai hari ini sumbangan mereka yang telah terkumpul berjumlah Rp. 130 juta.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada umat ST. Helena Karawaci, romo paroki dan rekan-rekan MKPP yang telah berpartisipari dalam penggalangan dana tersebut. Semoga Allah yang telah menggerakkan hati kita semua untuk membangun semangat kesatuan dan solidaritas, akan memberikan berkat yang berlimpah kepada kita semua.

Komentar

Postingan Populer