SURAT GEMBALA PRAPASKA 16
SURAT
GEMBALA PRAPASKA 2016
Saudara-saudari
Umat
sekalian
para
pastor, bruder, suster dan anak-anak yang terkasih
Tidak
lama lagi, kita akan memasuki masa pra-Paska atau masa persiapan
batin untuk menyambut pesta Paska, yang dimulai pada hari Rabu Abu.
Kiranya baik, bahwa kita mengawali masa pertobatan ini dengan
mengambil hikmah dari bacaan-bacaan kitab suci hari ini.
Yesaya,
ketika mendengar suara pujian para malaikat: “Kudus, kudus,
kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya”,
langsung mengakui kedosaannya. Ia yang tinggal di tengah-tengah
masyarakat yang penuh mulutnya sering mengucapkan kata-kata kasar,
bersaksi dusta, suka memfitnah, menyumpahi sesamanya, merasa amat
tidak pantas melihat kemuliaan Allah. Kekudusan Allah itu, menurut
keyakinannya, akan menghanguskan / membakar habis semua orang berdoa.
Namun, apa yang ia pikirkan dan ia yakini, sungguh berbeda dengan apa
yang dilakukan Allah. Dengan bara api, Allah mengutus malaikatnya
untuk menguduskan mulut Yesaya dan mengampuni dosa-dosanya.
Demikian
pula Petrus, yang telah terlanjur kesal dan mengeluarkan kata-kata
yang keras kepada Yesus, yang tidak mau taat kepada dirinya. Bisa
jadi dia mengatakan Yesus itu sok tahu, merasa lebih pintar dan
berpengalaman padahal Dia itu berasal dari kampung yang jauh dari
pantai. Ternyata, apa yang dikatakan Yesus itu benar, dan mereka
menangkap ikan dalam jumlah yang besar. Petrus, betul-betul menyesal
dan merasa tidak pantas berada di hadapan Utusan Allah yang begitu
agung dan kudus. Dia sungguh mengakui kedosaannya, dan memohon kepada
Yesus untuk meninggalkan dia.
Di
dalam kedua bacaan Kitab Suci yang baru saja kita dengarkan itu, kita
menemukan kerahiman Allah yang luar biasa. Kerahiman-Nya mengatasi
kerapuhan, kekecewaan, kekesalan, ketidakmengertian, dan kedosaan
manusia. Kalau di perjanjian lama, kerahiman Allah itu disampaikan
oleh para malaikat, pada jaman perjanjian baru, dihadirkan Yesus.
Pada jaman kita, dihadirkan oleh kita sekalian sebagai
utusan-utusan-Nya.
Paus
Fransiskus, dalam Bulla Indiksi Yubileum Luar Biasa tentang
Kerahiman, meminta kepada umat beriman agar "masa Prapaskah
dalam Tahun Yubileum ini dihayati secara lebih mendalam sebagai saat
istimewa untuk merayakan dan mengalami kerahiman Allah"
(Misericordiae Vultus, 17). Melalui ajakan untuk mendengarkan sabda
Allah dengan penuh perhatian dan mendorong umat untuk menyediakan
waktu " 24 jam bagi Tuhan” , beliau berusaha menekankan
keutamaan mendengarkan sabda Allah, terutama sabda kenabian-Nya
dengan hati yang dipenuhi doa dan ucapan syukur. Kerahiman Allah
adalah sebuah warta keselamatan bagi dunia, sebuah kabar yang
menekankan bahwa setiap orang Kristiani dipanggil untuk mengalaminya
secara langsung. Karena alasan ini, selama masa Prapaskah beliau akan
mengutus para Misionaris Kerahiman sebagai sebuah tanda nyata bagi
semua orang tentang kedekatan dan pengampunan Allah.
Kerahiman
mengungkapkan cara Allah menjangkau orang berdosa, menawarkan
kepadanya sebuah kesempatan baru untuk memandang diri Allah, bertobat
dan percaya” (MV 21), dan dengan demikian, memulihkan hubungan
manusia dengan Dia. Dalam Yesus yang disalibkan, Allah menunjukkan
keinginan-Nya untuk mendekati orang-orang berdosa, meskipun mereka
mungkin jauh telah menyimpang dari hadapan-Nya.
Kerahiman
Allah mengubah hati manusia; ia memungkinkan kita, melalui pengalaman
akan kasih dan kesetiaan Allah, menjadi orang yang penuh kerahiman.
Kerahiman ilahi bersinar dalam kehidupan kita, mengilhami kita
masing-masing untuk mengasihi sesama dan untuk mengabdikan diri kita
melalui karya-karya kerahiman rohani dan jasmani. Misalnya, memberi
makan, mengunjungi, menghibur dan memberi petunjuk serta menolong
mereka yang membutuhkan bantuan kita.
Oleh
perbuatan-perbuatan seperti itulah kita akan dihakimi. Karena alasan
ini, Paus meminta agar "umat Kristiani sudi merenungkan
karya-karya kerahiman jasmani dan rohani. Hal ini akan menjadi suatu
cara untuk membangunkan kembali hati nurani kita, dan masuk lebih
dalam ke jantung Injil di mana orang miskin, tertindas, dan
orang-orang yang tidak berdaya, memiliki pengalaman khusus akan
kerahiman Allah" (Misericordiae Vultus, 15). “Daging / tubuh
jasmani Kristus” menjadi kelihatan dalam daging dari orang-orang
yang disiksa, ditindas, kurang gizi, dan orang-orang yang diasingkan
.... Mereka ini butuh untuk diakui, dijamah, dan dirawat oleh kita"
(MV 15).
Kristus
adalah misteri kasih yang belum pernah terjadi sebelumnya dan
menimbulkan pertanyaan besar: mengapa Anak Domba yang tak berdosa,
harus menderita ? Di hadapan kasih ini, kita bisa, seperti Musa,
melepas kasut (kemapanan, kenyamanan, dan kedudukan) kita (bdk. Kel
3:5), terutama ketika orang-orang miskin adalah saudara atau saudari
kita di dalam Kristus yang sedang menderita karena iman mereka.
Saudara
sekalian, selain berpantang dan berpuasa, pada hari Rabu Abu dan
Jumat Agung sebagai tanda pertobatan kita, bersama dengan Yesus yang
mengundang kita untuk menunjukkan pribadi Allah dan kerahiman-Nya,
marilah kita berusaha untuk :
- tidak bergosip
- makan secukupnya dan tidak membuang makanan,
- membeli barang-barang yang sederhana (tidak mewah)
- mengunjungi orang-orang sakit, orang yg susah, atau lansia
- berhenti menghakimi sesama
- tetap bersahabat dengan mereka yang tidak sepaham dg kita
- menjadikan berdoa setiap hari sebagai kebiasaan
- setia janji dengan orang lain seperti yg dilakukan pasutri
- Tetap percaya bahwa Tuhan menyertai kita
- menjaga kebersihan rumah, halaman dan saluran-saluran air
- menjaga hutan, sungai, rawa dan laut demi anak cucu kita
- membangun daerah kita dalam suasana aman dan damai
Marilah
kita mengisi kehidupan kita, melalui pertobatan kita, agar semakin
banyak orang mengalami kerahiman Tuhan. Kita doakan juga Bupati dan
wakil bupati terpilih, agar pelantikan mereka dapat berjalan dengan
baik dan aman, dan mereka dapat melaksanakan tanggung jawab yang akan
dipercayakan kepada mereka dengan bijaksana. Akhirnya, saya ucapkan
“Selamat menjalani masa pra-Paska” dengan sukacita.
Merauke,
2 Februari 2016
Berkat
dari Uskupmu
Mgr.
Nicholaus Adi Seputra MSC
Komentar